Budayawan Lampung Rizani Puspawijaya Wafat

0
805
Almarhum H Rizani Puspawijaya SH MH (kedua dari kiri, baris kedua) semasa hidup. (foto: Fb Ariansyah)

Kliksumatera.com, BANDARLAMPUNG — Berita duka cita. Budayawan Lampung, tokoh masyarakat adat, penulis, periset, pensiunan dosen Fakultas Hukum (FH) Universitas Lampung (Unila) Rizani Puspawijaya (78) dikabarkan wafat, di RS Abdul Moeloek Bandarlampung, Minggu (15/12/2019) pukul 23.05 WIB.

Informasi yang berhasil dihimpun, jenazah kakek empat cucu itu disemayamkan di rumah duka, Jl HOS Cokroaminoto 56, Pahoman, Telukbetung, Bandarlampung, sebelum dikebumikan di pemakaman keluarga di bilangan Terbanggi Besar, Lampung Tengah, Senin (16/12/2019).

Selain dosen tetap FH, pernah mengajar di beberapa fakultas lain, mendiang suami Maria Farida dan ayah dari Rita Laslubiati dan Rismar Dani ini merupakan Kepala Lembaga Pengabdian Masyarakat Unila pertama (1978-1982). Saat itu, LPM di bawah naungan Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Unila.

Pernah jadi Pembantu Rektor (Purek) III Unila era rektor Prof R Margono Slamet (1981-1990), mendiang dikenal humoris. Salah satu yang mengungkapnya, bekas mahasiswanya, eks Wakil Bupati Tulang Bawang, politisi Partai Golkar Heri Wardoyo, yang juga mantan jurnalis.

Medio awal 1980-an, Rizani Puspawijaya dkk lewat Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah, berhasil menerbitkan buku Upacara Tradisional Daerah Lampung.

Kecintaan pada tanah kelahiran, Rizani dan almarhum Prof Dr Hilman Hadikusuma pada Dialog Kebudayaan Daerah Lampung, 1988,
berusaha mereaktualisasi konsep luhur yang digali dari nilai-nilai lokal masyarakat adat Lampung, “piil pesenggiri”, sebagai kearifan budaya Lampung.

Dikutip dari HU Lampung Post (20/10/2006), presentasi dari alumnus FH Unila 1968 ini memantik pro-kontra dan diskursus positif di jagat intelektual hingga mengundang atensi Pemdaprov Lampung yang menasbihkan piil pesenggiri jadi warisan budaya yang harus dikembang-lestarikan.

Puncaknya, Kanwil Depdikbud Lampung lalu menerbitkan buku panduan piil pesenggiri sebagai filsafat hidup masyarakat adat Lampung, 1996.

Dalam peluncuran-bedah buku keduanya, Hukum Adat Dalam Tebaran Pemikiran, di Hotel Indra Puri, Bandarlampung, 19 Oktober 2006, ia menyebut sebagai orang pertama kali memperkenalkan konsep filsafat piil pesenggiri dalam skripsi gelar sarjana.

“Bersama almarhum Hilman Hadikusuma, konsep itu terus dipelajari dan dikaji sehingga bisa dirumuskan unsur-unsur pembentuk piil pesenggiri yang terdiri dari juluk adek, nemui nyimah, nengah nyappur, sakai-sambayan, dan titie gemanttei,” ujar dia saat itu, seperti dikutip Lampung Post.

Sekadar mengingatkan, buku tersebut berisi kumpulan tulisan Rizani terkait hukum adat dan filsafat piil pesenggiri, baik tulisan untuk kepentingan diskusi atau kegiatan akademik.

Belum diketahui persis, seperti keterangan almarhum saat itu, tekad menyelesaikan penulisan lima buku lainnya, salah satunya mengenai hukum adat Lampung tentang keluarga, berusaha ia buktikan.

Mantan pengampu mata kuliah Sosiologi Hukum yang pensiun November 2007 itu aktif pula di berbagai organisasi sesuai passion hidupnya. Pernah Ketua I Bidang Pemberdayaan Masyarakat Koordinator Kampung Tua Provinsi Lampung, Ketua Perwatin Lampung itu juga proaktif turun ke lapangan ikut menyelesaikan konflik sosial bernuansa SARA di Lampung Selatan, 2012, bersama Ketua Umum Majelis Penyimbang Adat Lampung (MPAL), Kadarsyah Isa.

Almarhum juga memukau saat tampil selaku narasumber Diskusi Kelompok Terpumpun “Bahasa dan Aksara Lampung” guna mencari solusi pembentukan kebijakan pelestarian bahasa dan aksara Lampung, taja Pemprov Lampung, di Hotel Arinas, Bandarlampung, 24 Oktober 2018. [Lampost.co, 24/10/2018].

Mengutip Antara (17/8/2015), era Gubernur Ridho Ficardo, lewat SK Gubernur Lampung No G/385/III.04/HK/2015, ia menerima penghargaan sebagai tokoh yang berjasa dalam mengabdi dan memajukan daerah Lampung bidang pendidikan/budaya, bareng 13 tokoh Lampung di bidang/profesi lainnya.

Istimewa, penghargaan plus SK, piagam, medali dan pin emas, diberikan bertepatan peringatan HUT ke-70 RI, 17 Agustus 2015.

Sebagai bagian ujud belasungkawa, redaksi nukilkan bagi Sidang Pembaca, salah satu pesan abadi almarhum, dikutip dari Lampung Post. “Saya ingin masyarakat Lampung memahami budaya mereka sendiri. Sebab, hukum adat Lampung sangat potensial dijadikan salah satu alat penyelesaian konflik,” kata Kyay Rizani, sapaan almarhum, dari kerabat dan sejawatnya semasa hidup.

Advokat Lampung, Ariansyah, alumnus FH Unila angkatan 1986, menulis di Facebook-nya. “Mantan Pembantu Rektor III Univeritas Lampung, dosen, mentor, pembimbing, Kyay, Abang dan sahabat yang baik dan penuh kenangan. Insya Allah husnul khotimah, dan damai di sisi Allah,” ujarnya, Senin pagi.

Penulis asal Lampung yang sejak tahun 2005 hijrah ke Inggris, dan kini bermukim di salah satu kota di sana, Lancaster, Rilda A Oe Taneko, lugas mengungkap rasa kehilangan mendalamnya.

Dalam unggahannya di Facebook, alumnus Jurusan Sosiologi FISIP Unila angkatan 2002 ini menguak watak almarhum yang dia sapa dengan panggilan Buya itu, sejatinya, sosok pemikir dan penolong.

“Buya yang super-cool. Buya yang disayangi semua. Buya yang setelah curhat dengannya, bisa buat masalah besar terasa kecil. Buya yang sering aku ganggu. Buya yang bantu penelitian-penelitianku. Buya yang selalu punya waktu untuk diskusi apa saja. Buya yang seperti kamus besar tentang adat-budaya Lampung, sebuah buku yang selalu terbuka dan memberi pengetahuan untuk semua,” penulis Anomei ini mengenang.

Lanjut dia, “Buya baru saja berulang tahun ke 78 bulan lalu, sekarang Buya telah berpulang. Rasanya aku masih belum bisa percaya. Terakhir aku pulang ke Lampung, kami masih mengobrol ngalor-ngidul di teras rumah panggung, minum air kelapa yang dipetik dari pohon di samping rumah.”

Akhir unggahan, penulis Kereta Pagi Menuju Den Haag ini, mengucap selamat jalan pada almarhum, Senin sekira pukul 14.50 waktu Lancaster. “Selamat jalan, Buya. Selamat beristirahat dalam damai. I miss you already. AlFatihah,” ucap dia takzim.

Selamat jalan Kyay Rizani Puspawijaya. Tidurlah dalam pelukan Tuhan Maha Kuasa. Karya-karya dan semangat kecintaanmu terhadap kembang-lestarinya adat istiadat dan kebudayaan Lampung, akan senantiasa kami wariskan pada anak cucu. Tabik.

Laporan : Muzzamil
Posting  : Imam Ghazali

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here