Gubernur Sumsel dapat Gelar Bapak Rumah Tahfidz dari Cicit Kiai Marogan

0
305

Kliksumatera.com, PALEMBANG — Gubernur Sumatera Selatan, H Herman Deru secara resmi membuka Jambore Rumah Tahfidz Ustadz dan Ustadzah se-Sumsel, yang akan berlangsung 19-21 Juli 2019 di Pondok Pesantren Tahfidz Kiai Marogan Talang Betutu Palembang, Jumat (19/07/2019).

Selain membuka Jambore, Herman Deru juga meresmikan berdirinya Pondok Pesantren Tahfidz Kiai Marogan di Talang Betutu. Hal itu ditandai dengan penandatanganan prasasti secara simbolik, yang disaksikan sejumlah tokoh, ulama di Sumsel dan tokoh masyarakat lainnya.

Pada acara itu, Herman Deru juga mendapat kejutan dari penggagas dan pendiri Rumah Tahfidz Sumsel, Ustad H Ahmad Fauzan, S.Sos, Jumat (19/07/2019).

Kali itu, Ustadz yang akrab dipanggil Ustadz Yayan — secara mengejutkan menobatkan Herman Deru sebagai Bapak Rumah Tahfidz Sumsel. Penghargaan ini sempat mengangetkan sejumlah panitia Jambore. Sebab, hanya beberapa tim panitia saja yang sebelumnya sudah mengetahui rencana itu.

Merespon penghargaan itu, Herman Deru memberi apresiasi terhadap gelar yang diterima dari Ponpes Tahfidz Kiai Marogan Palembang, melalui Cicit Kiai Marogan, Ustadz Yayan.

“Tentang gelar Bapak Rumah Tahfidz yang diberikan kepada saya, saya cukup apresiasi atas penghargaan ini. Saya berharap, penghargaan ini dapat menjadi motivasi bagi Pemerintah Provinsi Sumsel, untuk mewujudkan program 1 kelurahan, 1 Rumah Tahfidz dan 1 desa 1 rumah tahfidz,” ujar Herman Deru, saat memberi sambutan pada acara tersebut.

Pada kesempatan itu, Herman Deru juga mengakui, program 1 kelurahan 1 rumah tahfidz dan 1 desa 1 rumah tahfidz yang dicanangkan pada saat kampanye Pilkada Gubernur 2018, terinspirasi dari gerakan rumah tahfidz di Sumsel yang dipelopori Ustadz Yayan.

“Jujur saya katakan, program yang saya sampaikan tentang satu desa satu rumah tahfidz dan satu desa satu rumah tahfidz, juga terinspirasi dari kegiatan Ustadz Yayan yang sudah mendirikan rumah tahfidz di Sumsel. Sebagai orang muda yang masih berusia 38 tahun, tetapi sudah mampu mempelopori berdirinya rumah tahfidz di Sumsel, ini perlu kita contoh dan kita bantu,” ujarnya.

Menurut Herman Deru, tanggung jawab memaksimalkan rumah tahfidz di Sumsel, tidak bisa hanya dibebankan pada pemerintah, baik kecamatan, kabupaten dan kota/kabupaten atau bahkan provinsi. Menurutnya, pemerintah dalam menggerakkan rumah tahfidz hanya berposisi sebagai fasilitator. Sementara dasar awal gerakan rumah tahfidz di Sumsel harus berbasis masjid dan musola.

“Rumah tahfidz di Sumsel ini tidak bisa hanya dilakukan oleh kecamatan, kabupaten dan provinsi. Pemerintah harus menjadi fasilitator. Tetapi masyarakat yang membangun rumah tahfidz harus dimulai dari masjid dan musola. Pemerintah akan membantu kebutuhan rumah-rumah tahfidz, bahkan sampai berpikir tentang kesejahteraan ustadz dan ustadzanya,” tegasnya.

Pada kesempatan itu, Ustadz Yayan, Pembina Ponpes Tahfidz Kiai Marogan menyatakan, rumah tahfidz di Sumsel sudah menjadi gerakan sosial baru. Sebab, rumah tahfidz yang digagas sejak 10 tahun lalu di Sumsel, saat ini sudah mencapai 250 rumah tahfidz yang berdiri.

“Kalau saya mendengar dari teman-teman dan para ustadz, gerakan rumah tahfidz di Sumsel sudah menjadi gerakan sosial baru. Sebab sejak kita gagas dan kita mulai sepuluh tahun lalu, saat ini sudah lebih dari 200 rumah tahfidz yang berdiri. Dan semua itu berbasis masjid dan mushola, Masya Allah, ini sangat luar biasa,” ujarnya.

Usul membangun Jembatan
Lebih lanjut, Ustadz Yayan juga mengajukan permohonan kepada Gubernur Sumsel, tentang hambatan masuknya material ke lokasi Pondok. Oleh sebab itu, pada kesempatan itu Ustadz Yayan hanya minta dibantu agar Pemerintah Provinsi Sumsel dapat membangun jembatan yang selama ini menjadi jalan utama. Namun karena jembatan hanya terbuat dari kayu, mobil pengangkut material tidak bisa masuk ke lokasi.

“Kepada Bapak Gubernur Sumsel, saya hanya minta satu hal. Tolong dibantu dibangunkan jembatan utama, supaya kami juga mudah untuk mengangkut material. Selama ini kami terhambat karena jembatan yang kami bangun terbuat dari kayu, sehingga belum bisa dilalui mobil. Itu saja permintaan kami,” tegasnya.

Menyikapi itu, Herman Deru menegaskan siap membantu membangun jembatan yang menjadi pintu utama masuk ke pondok. Namun menurutnya, pelaksanaan pembangunan baru bisa diwujudkan tahun depan.

“Insya Allah, Pemerintah Provinsi Sumsel akan membantu membangun jembatan. Tapi belum bisa tahun ini, sebab kita harus anggarkan dulu. Setelah itu baru nanti tahun depan bisa direalisasikan,” ujar Herman Deru yang diiringi suara takbir pada peserta Jambore.

Sementara, Ketua Pelaksana Jambore, Ustadz Hoiril Amin menyatakan kegiatan Jambore yang digelar bukan kali pertama, tetapi sudah empat kali. Sebelumnya sudah digelar di Pagaralam, Bangka, dan Palembang tahun 2018 dan 2019.

Menjelaskan peserta Jambore, Ustadz Hoiril mengatakan kali ini peserta Jambore bukan hanya berasal dari Sumsel, tetapi juga dari sejumlah kota luar Sumsel, diantaranya ustadz-ustadzah dari Jakarta, Bandung, Medan, Serang, dan Tangerang.

Hadir pada acara itu, para ulama, tokoh masyaraat, jajaran perwakilan Pangdam II Sriwijaya, Polda Sumsel, Wali Kota Kota Palembang, Badan Wakaf Jakarta, Perwakilan MUI Pusat Jakarta, Ormas, organisasi mahasiswa, Wakif tanah 1,5 hektar lokasi Ponpes Tahfidz Kiai Marogan, Muhamamd Daud, dan warga lainnya.

Sumber : Imron Supriyadi/Ril
Posting : Imam Ghazali

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here