Membabi Buta Gencarkan Bahaya Radikalisme, Rezim Halangi Kebangkitan Islam

0
240

Oleh: Siti Murlina SAg

Pernyataan Menteri Agama Fachrul Razi terkait radikalisme masuk mesjid lewat anak good looking menuai kritik pedas elemen bangsa dan masyarakat.

MUI minta agar Menag menarik semua tuduhannya yang tak mendasar karena itu sangat menyakitkan dan mencederai perasaan umat Islam yang sudah punya andil besar dalam memerdekakan negara ini dan mengisi kemerdekaan dengan karya nyata,” kata Wakil Ketua MUI, Muhyiddin Junaidi, kepada wartawan, Jumat (4/9/2020).

Muhyiddin lantas menyinggung pemahaman Menag Fachrul Razi tentang isu-isu radikal. Jangan sampai, kata Muhyiddin, Fachrul mendukung para pihak yang mempunyai agenda terselubung.

Juga Wàkil Ketua Komisi VIII DPR Ace Hasan Syadzily Jum’at (4/9/2020) menilai, pernyataan Menag soal radikalisme yang masuk ke masjid-masjid melalui seorang anak yàng menguasai bahasa Arab dan good loking tak sepenuhnya tepat.

Sebagaimana diketahui, bukan kali ini saja pernyataan Menag Fachrul Razi menuai polemik. Sejak dilantik 23 Oktober 2019, menteri yang menyatakan “saya bukan menteri agama Islam” ini, secara beruntun membuat gaduh di masyarakat.

Desember 2019 lalu, ia menyebut Aparatur Sipil Negara (ASN) yang tidak suka Pancasila untuk pulang saja. Di waktu yang sama, Kemenag memindahkan materi Khilafah dari pelajaran fikih ke pelajaran sejarah.

Alhasil, Wakil Ketua Komisi VIII DPR fraksi Golkar Ace Hasan Syadzily meminta Kemenag setop membuat gaduh masyarakat terkait pernyataan-pernyataan kontroversialnya.

Pernyataan Menag tersebut sangat disayangkan. Depag sebagai lembaga kapabel seharusnya mengeluarkan pernyataan tegas dan berdalil. Tapi ini justru menggiring umat pada narasi dangkal dan mengeluarkan pernyataan yang provokatif, benci, dan curiga terhadap umat Islam.

Seharusnya kita bangga dengan generasi dan fasih bahasa Arab. Yaitu bahasa Al Qur’an dan sekaligus Hafizh Qur’an. Sebab generasi seperti inilah diantaranya yang akan memberikan kontribusi atas pembangunan bangsa. Serta pembentukan sumber daya manusia (SDM) yang unggul dan berkualitas. Untuk melawan arus liberalisasi kerusakan remaja yang sudah akut.

Menag seharusnya memahami secara tepat dan akurat data-data yang diterimanya. Jangan terburu-buru dalam menanggapinya. Seyogyanyalah Menag berterima kasih dan membantu semua pihak untuk mendorong proses Islamisasi di kalangan generasi muda dan ghiroh umat Islam yang ingin menghapal Quran. Serta menjadi garda terdepan dalam mencerdaskan umat dengan pemahaman Islam yang utuh.

Dan juga dalam hal sertifikasi da’i, program tersebut sebenarnya telah di wacanakan Menag sebelumnya, Lukmanul Hakim. Namun penolakan keras dari komponen masyarakat telah mengubur program tersebut.

Kini oleh Menag Fachrul Razi di angkat lagi dan akan di berlakukan tahun ini. Tujuan dibuatnya program tersebut untuk mencegah radikalisme. Menurutnya banyak penceramah di masjid-masjid dituding telah membodohi umat dengan menyebarkan paham-paham yang tidak sejalan dengan NKRI.

Pemahaman Menag yang menyinggung isu-isu radikal ini adalah untuk mendukung para pihak yang mempunyai agenda yang terselubung. Menag harus banyak baca literatur yang benar bukan konten ceramah yang disiapkan oleh pihak yang sengaja punya hidden agenda di negeri ini.

Sejak jadi Menag yang dijadikan kambing hitam adalah umat Islam. Seharusnya Menag menghilangkan stigma negatif tentang umat Islam yang beramar ma’ruf dan nahi munkar demi tegaknya keadilan dan kebenaran di negeri ini.

Dalam konteks ini seharusnya umat Islam sebagai ” Khairu Ummah” menyadari Islam sebagai suatu mabda. Harus mengembalikan persoalan ini pada sudut pandang Islam.

Karena dalam sistem demokrasi-kapitalis ini, mustahil lahirnya individu yang amanah, ketika mereka berkuasa. Mereka hanya dijadikan antek yang menjadi perpanjangan kekuasaan yang disiapkan oleh pihak yang sengaja punya hidden agenda dinegeri ini.

Mereka yang digadang-gadangkan untuk membawa umat pada kebangkitan dari kerusakan yang terjadi sekarang ini. Malah membuat pada situasi konyol dan massif untuk memusuhi Islam. Bahkan menjadi corong untuk meng halangi bangkitnya umat.

Hanya dalam sistem Islam yang shohihlah yang akan melahirkan individu yang amanah. Karena kekuasaan dan jabatan akan diminta pertanggungjawabannya oleh Allah SWT.

Sebagaimana Rosulullah SAW bersabda:
“Kalian akan berambisi untuk menjadi penguasa sementara hal itu akan membuat kalian menyesal di hari Kiamat kelak. Sungguh hal itu ( ibarat ) sebaik-baik susuan dan sejelek-jelek penyapihan. (HR. Bukhari)

Maksud hadits tersebut, di akhirat nanti apa yang telah ia pimpin akan dihisab, maka sepantasnyalah seorang muslim itu memegang prinsip yang benar dan lurus serta mempunyai sikap waro’.

Hal ini pernah dicontohkan oleh Sayyidina Umar bin Khattab RA ketika Beliau diangkat menjadi Khalifah. Langsung mengucapkan kalimat istirja. Innalillahi wa inna ilaihi rojiun karena beratnya amanah ini.

Seharusnyalah para pemimpin dan pemangku jabatan di negeri ini memahami dengan benar dan seksama. Agar amanah ini digunakan untuk menegakkan hukum-hukum Allah. Dan membantu umat dan menggawanginya untuk menegakka Daulah Khilafah A’la Minhajin Nubuwah.

Yang akan menjadi solusi bagi negeri ini yang mengantar umat kepada habitat aslinya dan menjadikan Islam yang rahmatan lil A’lamin. ***

Wallahu A’lam Bishawaab.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here