Persiapan Menyambut Ramadhan di Tengah Pandemi

0
159

Oleh : Yusseva, S.Farm

Alhamdulillah. Tak terasa, dalam hitungan hari, umat Islam akan memasuki bulan suci Ramadhan 1442 H, bulan yang penuh berkah.. Bulan yang selalu dirindukan kehadirannya karena keberkahan, ampunan dan pembebasannya dari api neraka. Namun, Pandemi Covid-19 yang belum teratasi membuat sebagian kaum muslim berencana masih membatasi aktivitas dan pertemuan tatap muka secara langsung. Seperti tahun lalu, Ramadhan dan mungkin juga Lebaran tahun ini tetap akan dijalani dengan nuansa yang masih virtual.

Kegiatan dan aktivitas khas selama Ramadhan seperti silaturahmi hingga buka puasa bersama akan berpindah ke ruang daring. Kaum muslim menjalani banyak aktivitas khas Ramadhan secara virtual demi mengantisipasi penularan Covid-19.

Meskipun demikian, persiapan menyambut Ramadhan 1442 H masih bisa kita lakukan. Karena itu perlu dipahami hukum-hukum seputar bulan Ramadhan agar maksimal menjalankan ibadah di dalamnya.

Menyambut Bulan Ramadhan, Rasulullah SAW dan para sahabatnya serta generasi salaf dengan penuh kegembiraan. Hal itu dapat diketahui dalam beberapa kondisi:
Pertama, saat sebelum memasuki Ramadhan. Ma’alla bin al-Fadhal berkata: Dulu Sahabat Rasulullah SAW berdoa kepada Allah sejak enam bulan sebelum masuk Ramadhan agar Allah menyampaikan umur mereka ke bulan yang penuh berkah itu.

Kemudian selama enam bulan sejak Ramadhan berlalu, mereka berdoa agar Allah menerima semua amal ibadah mereka pada bulan itu. Di antara doa mereka ialah:
اَللَّهُمَّ سَلَّمْ ني إِلىَ رَمَضَانَ، اَللَّهُمَّ سَلَّمْ لِيْ رَمَضَانَ، وَتَسَلَّمَهُ مِنِّيْ مُتَقَبَّلاً
Ya Allah, sampaikan aku ke bulan Ramadhan dalam keadaan selamat. Ya Allah, selamatkan aku saat Ramadhan dan selamatkan amal ibadahku di dalamnya sehingga menjadi amal yang diterima (HR at-Thabarani).

Dari sikap dan doa mereka, terlihat jelas antusiasmenya merindukan kedatangan Ramadhan. Di antara persiapan menyambut Ramadhan adalah: persiapan ilmu, yaitu menyiapkan ilmu (fikih) seputar bulan Ramadhan dan puasa; persiapan spiritual, yaitu melatih diri dalam suasana keimanan, ketaatan dan taqarrub ilallâh; persiapan fisik, yaitu merawat kesehatan agar tetap sehat dan bugar memasuki Ramadhan; persiapan harta,  yaitu mengatur keuangan untuk maksimal berinfak pada bulan Ramadhan.
Kedua, saat memasuki Ramadhan. Rasul SAW dan para sahabat menyambut hilal dengan sukacita sembari membacakan doa ketika melihat hilal. Ibnu Umar berkata:
الله أَكْبَرُ، اللَّهُمَّ أَهِلَّه عَلَيْنَا بِالْأَمْنِ وَالإِيماَنِ وَالسَّلاَمَةِ وَالإِسْلاَمِ وَالتَّوْفِيقِ لِمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَ، رَبُّنَا وَرَبُّكَ اللهُ
Allah Maha Besar. Ya Allah, jadikanlah hilal ini bagi kami membawa keamanan, keimanan, keselamatan, keislaman, dan taufik kepada yang dicintai Tuhan kami dan Dia ridhai. Tuhan kami dan Tuhanmu (hilal) adalah Allah (HR at-Tirmidzidan ad-Darimi).
Ketiga, saat di dalam Ramadhan. Rasulullah SAW dan para sahabat menghidupkan siang dan malam sejak awal sampai akhir Ramadhan berbagai amal ibadah (Lihat: Hadis al-Bukhari no. 1902; Muslim no. 2308; dan an-Nasa’i no. 4/125 dari Ibn ‘Abbâs ra.).
Keempat, saat memasuki sepertiga akhir Ramadhan. Ketika memasuki sepertiga akhir Ramadhan, Rasulullah SAW dan para sahabat generasi setelahnya mengencangkan tali ikat pinggangnya pertanda makin bertambah kesungguhannya untuk beribadah dan menghidupkan malam-malamnya.

Mereka pun membangunkan keluarga mereka untuk shalat dan berzikir  hingga terbit matahari (Lihat: Hadis al-Bukhari no. 2247 dan Muslim no. 1174).

Demikianlah gambaran Rasulullah dan para sahabat dalam menyambut dan mengisi Ramadhan demi meraih kemuliaan Ramadhan yang hakiki. Itulah yang harus kita teladani dalam menyambut Ramadhan dan menghidupkan ibadah di dalamnya.

Seputar Puasa Ramadhan
Puasa (shawm/shiyâm) secara bahasa adalah menahan (imsâk), yaitu menahan diri dari apa saja, termasuk tidak bicara (QS Maryam [19]: 26). Adapun menurut syariah, puasa adalah menahan diri dari makan, minum dan jimak dari terbitnya fajar shâdiq hingga terbenamnya matahari.

Puasa Ramadhan hukumnya wajib atas setiap Muslim mukallaf dan mampu (fardhu ‘aîn). Kewajiban ini berdasarkan QS al-Baqarah [2]: 183, hadis riwayat al-Bukhârî tentang rukun Islam serta Ijmak Sahabat tentang kewajiban puasa Ramadhan. Maka dari itu siapa saja dari kalangan Muslim, baligh, berakal, sehat, muqîm (tidak sedang musafir) serta suci dari haid dan nifas khusus wanita, maka wajib berpuasa Ramadhan di siang hari.

Beberapa amalan yang dianjurkan dan disunnahkan dalam berpuasa, yaitu:
– Sahur dan mengakhirkan waktunya (Lihat: Hadis al-Bukhari no. 1923; Muslim no. 1095; Ahmad, 5/147).

– Menyegerakan berbuka jika telah tiba waktunya dan dianjurkan berbuka dengan ruthab (kurma basah), tamr (kurma kering), makanan yang manis-manis, air zam-zam atau air minum biasa (Lihat: Hadis Abu Dawud no. 2356 dan Ahmad 3/164 dari Abu Dzar di atas).

– Memperbanyak doa pada waktu sahur dan menjelang berbuka puasa (HR Ibnu Majah, 1/557).

– Menyibukkan diri dengan ibadah seperti tilawah, berzikir, bersedekah, shalat sunnah, berdakwah dan sebagainya, serta menjauhi segala bentuk kemaksiatan seperti berbohong atau menyebarkan hoax, menfitnah, provokasi dan sebagainya (HR al-Bukhari no.1903). ***
Wallahu’alam ….

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here