Stop Bullying Atas Nama Orientasi Pendidikan

0
418

Oleh: Susanti Mandasari (Pemerhati masalah pendidikan)

FAKTA tewasnya siswa DBJ di sekolah Taruna Indonesia Palembang saat mengikuti MOS, menambah panjang daftar kelamnya dunia Pendidikan saat ini. Pasalnya ini bukan kejadian pertama yang dialami siswa yang mengikuti MOS tapi sudah banyak kasus serupa terjadi di beberapa sekolah di Indonesia.

Dengan alasan dan dalih apapun, seperti kesal, emosi, dsb sungguh tidak dibenarkan bagi siapa pun melakukan kekerasan kepada calon peserta didik baru sehingga bisa menyebabkan trauma bahkan hilangnya nyawa bagi mereka.

Masa Orientasi Siswa semestinya dijadikan ajang utk saling mengenal antar siswa dengan sesama, siswa dengan guru, siswa baru dengan lingkungan pendidikan dan saling memotivasi untuk mengejar cita-cita menjadi orang yang berbaik dalam beramal sholeh sebagaimana keharusan Fastabiqul Khoirot’ berlomba dalam mengerjakan kebajikan, memberi Nasihat agar menghormati kepada orang yang lebih tua dan saling menyayangi sesama, sebagaimana hadist Rasulullah SAW :

لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيُوَقِّرْ كَبِيرَنَا

“Bukan golongan kami orang yang tidak menyayangi yang lebih muda atau tidak menghormati yang lebih tua.” (HR. at-Tirmidzi no. 1842 dari shahabat Anas bin Malik).

Sehingga para peserta didik baru akan semakin Bersemangat dalam menuntut ilmu sebagai kewajiban atas diri mereka dan memahami pentingnya menjalin Ukhuwah di antara mereka.

Sangat disayangkan ketika MOS malah dijadikan ajang bulying senior terhadap junior, ataupun memaksakan kehendak dengan dalih apapun yang intinya membully

Inilah wajah kelam sistem pendidikan yang berlandaskan sekulerisme (paham yg memisahkan Agama dari kehidupan), kenapa? Karena Agama tidak dianggap penting dan tidak diambil sebagai solusi bagi masalah kehidupan. Dalam sekulerisme sah-sah saja orang bertindak sesuai keinginannya, orang merasa kuat bisa menaklukan yang lemah, orang merasa puas bisa membully atau merendahkan orang lain.

Sekulerisme menjadi sebab bobroknya akhlaq dan perilaku pelajar saat ini ditambah gaya hidup liberal yang lahir dari asas sekuler kemudian menghadirkan individu yang hanya peduli manfaat dan diri sendiri.

Ini menjelaskan kepada kita bagaimana visi dan misi sistem pendidikan yang semestinya dijalankan di negeri ini harus di revisi secara total. Bagaimana pun Islam sebagai Rahmat seluruh alam tidak membedakan antara muslim dan nonmuslim dalam memperoleh hak yang sama atas pengajaran dan pendidikan.

Maka sistem pendidikan Islam harus segera diterapkan sebagai solusi yang akan membentuk pribadi generasi yang sholih, taat kepada Allah SWT, faqihu fiddin, mumpuni dalam ilmu agama dan ilmu pengetahuan tentang kehidupan. Karena ini merupakan output yang dihasilkan dalam pendidikan Islam yang terbukti dari generasi saat kegemilangan Islam seperti Imam Syafi’i, Imam Bukhori, Muhammad al Fathih dan masih banyak lainnya. Islam menggunakan methode Talqiyan fikriyan yang menggabungkan pola fikir dan pola sikap yang sejalan dengan aqidah Islam dengan pendekatan Qoidah fikriyah (kaidah berfikir benar) dan Qiyadah fikriyah (Kepemimpinan berfikir yang jernih) yang menjadikan generasi mampu memecahkan masalah kehidupan, sehingga jauh dari galau apalagi emosi. Maka akan terbentuk Syaksiyah Islam (pola pikir dan pola sikap yang terikat halal dan haram).

Bi iznillah akan segera terwujud sistem pendidikan Islam sebagai Rahmatan lil ‘alamiin tidak lama lagi Insya Allah. Wallahu’alam bi ash showab.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here