Wahai Al Mu’tasim Billah, di Manakah Anda?

0
511

Oleh : Irohima

UIGHUR kembali bersimbah darah dan air mata. Pelanggaran HAM, perlakuan diskriminatif, dan tindakan refresif pemerintah Cina yang berujung penindasan tidak manusiawi dan keji terhadap minoritas muslim Uighur di Xinjiang terkuak lebar dan mengalir deras dari berbagai media.

Tentu ini mengundang banyak kecaman dan protes keras bahkan boikot dari dunia internasional, tak perlu menjadi muslim dulu untuk bisa berempati pada penderitaan warga Uighur. Siapa pun yang masih mempunyai nurani jelas akan mengutuk Cina. Namun ironisnya justru suara dan dukungan serta pembelaan yang sebenarnya signifikan yaitu pembelaan dari negeri-negeri muslim malah nyaris tidak ada. Para penguasa negeri muslim memilih bungkam, buta karena tersandera kepentingan politik, ekonomi, dan kebijakan luar negeri.

Pemerintah negara muslim cenderung menghindari mengangkat isu Uighur. Pakistan malah membela Cina dengan mengatakan media barat telah menjadikan laporan situasi di Uighur “sensasional”. Indonesia juga diam meski di saat bersamaan mendapat tekanan dari kelompok dan organisasi muslim tanah air. Investasi besar-besaran Cina di sejumlah negara timur dan Afrika Utara serta bantuan yang diberikan pada beberapa negara yang mengalami krisis ekonomi mampu membuat kelu lidah para penguasa. Tak terkecuali di Indonesia.

Menurut laporan Wall Street Journal ( WSJ)(11/!2/2019) kondisi Indonesia dengan mayoritas muslim dan banyaknya ormas Islam yang beredar membuat Cina rela menggelontorkan sejumlah bantuan dan donasi kepada ormas Islam setelah isu Uighur kembali mencuat ke publik. Beijing juga disebut – sebut membiayai tour para pejabat negeri ini ke Xinjiang demi mencuci otak opini publik. Dan ironisnya sebagian petinggi ormas Islam ini pun akhirnya membela Cina.

Tragedi Uighur sejatinya telah berlangsung sejak lama. Ada lebih dari 10 juta muslim Uighur mengalami perlakuan diskriminatif agama, sosial, dan ekonomi. PBB memperkirakan ada sekitar 1 juta warga etnis Uighur, Kazakh, dan minoritas lainnya di tahan di Xinjiang barat laut China sejak 2017. Namun berdasarkan hasil investigasi UN Committe On The Elimination Of Racial Discrimination dan Amnesty International and Human Right Watch terdapat 2 juta warga Uighur ditahan otoritas cina di penampungan politik berlabel “Re-Edukasi” yang awalnya mereka bantah namun sekarang mereka melegalisasinya dan mengatakan kamp tersebut sebagai pusat pelatihan untuk melawan ekstrimisme. Tapi faktanya kamp “Pusat Re-edukasi” telah memaksa muslim Uighur menjalani propaganda komunisme, pemerintah Cina bersikeras dan menutup-nutupi dengan dalih memasukkan muslim Uighur ke kamp Re –edukasi adalah upaya untuk menangkal terorisme global.

Tindakan refresif Cina terhadap muslim Uighur bukan tanpa alasan. Sebagai negara komunis dan secara tersirat begitu membenci Islam, tentu Cina melihat Uighur sebagai kanker, karena itu mereka berupaya menelanjangi warga Uighur dari budaya dan bahasa mereka, memaksa mereka mencela keyakinan mereka sendiri, menculik, memperkosa muslimah Uighur, memenjarakan sampai menyiksa muslim Uighur karena melakukan aktivitas keyakinan mereka dianggap sebagai sebuah kejahatan. Tindakan Cina sudah tergolong genosida dan merupakan kejahatan kemanusiaan seperti halnya yang terjadi di bagian negeri negeri muslim lainnya.

Wilayah otonom Xinjiang Uighur terletak di Cina utara, barat laut dan sudah menjadi provinsi otonom sejak 1955 dengan nama resmi Xinjiang Uighur Autonomous Region (XUAR) dengan ibukota Urumqi, terletak di pedalaman benua Eurasia. Xinjiang berbatasan dengan Kazakhstan, Kirghistan, Tajikistan, India, Afghanistan, Mongolia, dan Tibet. Xinjiang dihuni oleh warga Uighur Islam keturunan klan Turki, berbahasa Turki namun merupakan etnis minoritas. Letak Xinjiang yang strategis adalah penting bagi Cina dan negara di sekitarnya.
Dalam sejarah Xinjiang merupakan bagian pengendali kunci dari Silk Road (jalur sutra) yang saat ini merupakan bagian tak terpisahkan dari kereta api yang mengarah ke Continental eurasia kedua. Xinjiang adalah rumah dari berbagai keturunan peradaban Turki, Kazaks, Uighur, Kirgiz, Ttar dan Uzbek. Uighur sendiri adalah suku yang terbanyak populasinya. Karena letaknya di Silk Road, Uighur memainkan peran penting dalam pertukaran budaya antara barat dan timur.

Invasi Cina ke Uighur terjadi berulang-ulang, tak lain karena Cina berambisi menguasai Silk Road. Tahun 1884 Xinjiang dimasukkan ke wilayah Cina oleh Dinasti Qing. Upaya terakhir Cina menduduki wilayah Xinnjiang tahun 1949 ketika Partai Komunis Cina mengambil alih kekuasaan dari partai nasionalis. Tahun 1955 Xinjiang jadi wilayah Otonom di bawah RRC. Sejak partai komunis mengambil alih wilayah itu, muslim Uighur mengalami penganiayaan agama dan budaya oleh orang cina Han yang didukung pemerintah, apalagi sejak ditemukannya minyak dan sumber daya alam lainnya, kaum Cina Han membanjiri Xinjiang untuk mengeksplorasi. Dan kini tindakan represif Cina semakin menjadi. Beijing makin mengekang kebebasan beragama, menghembuskan isu terorisme dan radikalisme. Perkembangan ini makin memperkuat diskriminasi terhadap Uighur, tidak hanya pada kebebasan mengekspresikan spiritual beragama, namun juga dalam hal kesehatan, pendidikan dan pekerjaan.

Seiring dengan tindakan represif tersebut, ada beberapa faktor yang menjadikan konflik di Xinjiang tak jua selesai. Perhatian dunia internasional bukan hanya tertuju pada tragedi kemanusiaan Uighur semata. Salah satu yang menarik adalah adanya ladang minyak di Xinjiang. Datangnya kaum Han ke Xinjiang tahun 1949 karena dibangunnya Xinjiang Production and Contruction Corp atau Xinjiang Shengchan Jianche Bingtuan. Xinjiang merupakan ladang minyak yang sangat penting bagi Cina dan merupakan faktor pendukung yang bisa membuat Cina menjadi negara besar dan diperhitungkan dalam persaingan global.
Dari sini kita bisa lihat “Uighur “ tak hanya sekedar konflik agama, diskriminasi, sosial, politik ataupun ekonomi. namun lebih luas daripada itu. Uighur begitu “sexy” karena ladang minyak yang menggoda dan sumber daya alam lainnya yang mampu merangsang syahwat para penjajah dan kaum kapitalis.

Setiap kali Uighur ingin melepaskan diri dan membangun hubungan dengan dunia luar, seketika itu juga Cina akan menjegal. Faktor minyak dan lokasi strategis Uighur membuat negara negara yang berkepentingan begitu bernafsu menjajah dan mengeksploitasi sumber daya alam Xinjiang. Rusia misalnya pernah melakukan invasi ke Xinjiang dan kini bekerja sama dengan Cina dalam explorasi minyak, gas, dan lain – lain. Xinjiang adalah kunci bagi keberlangsungan kerja sama antara Cina dan Negara sekitarnya, hingga tak heran bila Cina melakukan berbagai upaya agar dapat menegakkan kedaulatannya di Xinjiang, salah satunya dengan menghilangkan dominasi Uighur di Xinjiang.

Penindasan, pemenjaraan, pemerkosaan, penculikan serta tindakan represif lain sejatinya tak hanya terjadi di Uighur. Palestina, Suriah, Rohingya, Kashmir dan di belahan negara muslim lainnya di dunia ini telah mengalami hal serupa. Bertahun-tahun lamanya kita dihadapkan pada permasalahan yang sama. konflik yang tiada berujung, kemiskinan dan kelaparan, cap teroris, radikal dan intoleran yang tak pernah sepi dari pemberitaan. Tak ada penyelesaian yang pasti, semua seperti menggantung. Protes dan kecaman yang mengalir deras tetap saja hanya akan menjadi sebuah “kecaman” jika tanpa respon dan reaksi para penguasa negeri negeri muslim. Tak bermaksud meremehkan reaksi protes seorang Oziel ataupun Khabib dan para tokoh terkenal lainnya dalam menanggapi isu Uighur. Bagaimanapun juga keimanan yang membuat mereka terusik akan derita saudara seakidah hingga berani bersuara jauh lebih baik dari para penguasa muslim yang hanya diam karena tersandera oleh kepentingan. Namun yang dibutuhkan Uighur, Palestine, Suriah dan yang lain bukan hanya kecaman dan kutukan. Mereka butuh kekuatan yang datang menolong membebaskan mereka dari tangan penjajah.

Kondisi kaum muslimin sekarang tak ubahnya seperti buih di lautan, banyak namun tak bisa berbuat apa – apa. Islamophobia yang digulirkan kafir sebagai upaya menghabisi kaum muslim adalah ekspresi kebencian kafir yang mengakar. Kaum muslim selalu menjadi korban dari setiap kebijakan apapun yang mereka buat. Lihatlah di Xinjiang, kaum muslim dimasukkan ke kamp konsentrasi, di Myanmar muslim dibunuh secara massal, di Kashmir UU anti Islam yang dikeluarkan pemerintah India sangat mengancam kaum muslim, di Palestine muslim tiap hari di bombardir, di AS dan eropa kaum muslim pun tak luput dari teror kaum kuffar.

Sementara umat Islam dinegeri sendiri pun sama, hidup dibawah rezim tirani. Tak usahlah berharap pada Komisi HAM ataupun organisasi dunia sekelas PBB, berharap pada penguasa muslim pun kita tak mampu. Betapa penguasa sekarang bersikap lepas tangan dengan kondisi umat. Tak bisa mengintervensi dan memberi bantuan karena tersandera oleh berbagai kepentingan, atau mungkin dibungkam dengan segepok kesenangan dunia.

Wahai Al Muta”shim Billah dimanakah Anda? saat ini begitu banyak orang yang mengingatmu dan merindukanmu. Betapa manis membayangkan jika sekarang kau ada mungkin bukan hanya ribuan tapi jutaan tentara akan kau kirimkan demi mendengar seruan saudara kami di Uighur, Palestine, Kashmir, Rohingya, Suriah dan negeri muslim lainnya. Karena seruan itu tak berasal dari satu muslimah saja namun dari jutaan kaum muslim yang teraniaya.

Sungguh umat kini butuh naungan sebuah negara yang benar benar mampu menjaga darah, jiwa, harta dan tanah kaum muslim. Negara dengan pemimpin seperti Al mutashim billah yang benar benar membela rakyatnya, pemimpin seperti Umar Bin Khatab yang selalu meninggikan kepentingan rakyat dari pada kepentingan pribadi, negara dengan pemimpin seperti Rasulullah SAW yang begitu mencintai umatnya hingga rela menanggung rasa sakit yang amat sangat diakhir hayatnya. Dan negara itu tak lain adalah Khilafah. Negara khilafah yang merupakan sistem pemerintahan yang berideologi islam, negara yang bisa menyatukan umat, negara yang akan menjaga darah kaum muslim tanpa sekat kebangsaan, ras dan suku. Hanya dengan khilafah tragedi Uighur dan yang lainnya bisa di selesaikan. *** Wallahualam bis shawab

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here