kliksumatera.com

Ancaman Disintegrasi Itu Nyata

Oleh: Diana Wijayanti, SP (Pemerhati Sosial)

KERUSUHAN di Papua kian memanas, setelah dipicu isu rasis Mahasiswa Papua di Malang dan Surabaya. Seolah di rancang dengan apik, strategi pihak-pihak yang sangat berkepentingan di Papua sangat terasa. tujuannya akhirnya adalah pelepasan Papua Barat dari Indonesia dengan mengajukan referendum ke dunia internasional.

Juru bicara internasional Komite Nasional Papua Barat (KNPB) Victor Yeimo mengatakan pihaknya akan menyerukan aksi mogok nasional di seluruh wilayah yang diklaim sebagai West Papua untuk mendesak referendum atau penentuan nasib Papua lewat pemungutan suara rakyat.
“Kita sudah serukan rakyat Papua untuk melakukan mogok sipil nasional di wilayah West Papua, untuk mendesak Jakarta membuka ruang referendum di Papua Barat,” kata dia, dalam wawancara dengan CNN Indonesia TV, Sabtu (31/8).

Menurut Victor, itu merupakan bagian dari perjuangan KNPB yang akan dilakukan terus-menerus dalam menuntut referendum. Karena baginya Papua dalam kondisi “dijajah Indonesia.”

Victor mengaku ruang dialog dengan Jakarta tetap terbuka. Namun, itu terbatas pada perundingan untuk meminta referendum dan pengawasan internasional.

Sementara, di Papua Nugini, bak pahlawan mereka melakukan aksi bela Papua Barat. Ribuan orang Papua Nugini berbaris melalui Port Moresby untuk mengecam sikap rasis terhadap warga Papua di sejumlah daerah Indonesia, serta mendukung kebebasan Papua Barat, Selasa (10/9/2019).

Protes ini dipimpin langsung oleh dua gubernur Papua Nugini, yakni Gubernur Provinsi Oro Garry Jufa, dan Gubernur Port Moresby Powes Parkop.

Seperti diberitakan laman daring Radio New Zealand, aksi tersebut diorganisasikan oleh kelompok-kelompok masyarakat sipil setempat.
”Mereka menggelar demonstrasi solidaritas sesama bangsa Melanesia,” tulis Radio New Zealand.

Ini adalah bentuk tekanan luar biasa terhadap pemerintah Indonesia untuk segera melepaskan Papua Barat dari Indonesia.
Selanjutnya, secara politik, Barat akan langsung melakukan intervensi. Saat Organisasi Papua Merdeka (OPM) terus melancarkan berbagai serangan, kendati secara sporadis, upaya menumpas pemberontakan tersebut terus disorot oleh Barat dan dianggap melanggar HAM. Akhirnya, konflik tak kunjung usai. Bahkan beberapa tahun lalu, dua anggota Kongres AS, Eni Fa’aua’a Hunkin Faleomavaega asal Samoa dan Donald Milford Payne asal Newark, New Jersey, berhasil menggolkan RUU mengenai Papua Barat yang isinya mempertanyakan keabsahan proses masuknya Papua ke Indonesia. Ini membuktikan bahwa pihak asing seperti AS memiliki kepentingan dengan Papua.

Adanya indikasi campur tangan asing untuk membantu kelompok separatisme Papua sudah tampak paling tidak sejak kehadiran Sekretaris I Kedubes Amerika pada Kongres Papua serta kehadiran utusan Australia, Inggris dan negara-negara asing lainnya yang menghadiri kongres itu. Kongres Rakyat Papua pernah berlangsung tanggal 29 Mei-4 Juni 2000. Kongres menggugat penyatuan Papua dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang dilakukan Pemerintah Belanda, Indonesia dan PBB pada masa Presiden Soekarno. Menurut Kongres, bangsa Papua telah berdaulat sebagai sebuah bangsa dan negara sejak 1 Desember 1961. Selanjutnya Kongres meminta dukungan internasional untuk kemerdekaan Papua (Kompas, 05/06/2000).

Keberhasilan kafir penjajah memecah-belah Indonesia yang paling nyata adalah lepasnya Timtim. Begitu Timor Timur merdeka, wilayah itu langsung jatuh ke tangan Australia, satelit AS di kawasan Asia Pasifik. Hal yang sama bisa terjadi atas Papua.
Karena itu jelas, disintegrasi adalah salah satu jalan yang memungkinkan kafir penjajah untuk menguasai kita. Hal ini HARAM berdasarkan firman Allah SWT:

Allah tidak akan pernah memberikan jalan kepada kaum kafir untuk memusnahkan kaum Mukmin (QS an-Nisa [4]: 141).
Salah satu upaya untuk melemahkan dan menguasai Indonesia adalah dengan strategi pecah-belah dan disintegrasi. Dulu umat Islam bersatu dalam satu negara besar dan kuat, yakni Daulah Khilafah Islam. Namun, sejak Barat berhasil meruntuhkan Khilafah pada tahun 1924, wilayahnya kemudian dipecah-belah. Sejak itu hingga kini Dunia Islam terpecah menjadi lebih dari 50 negara. Bahkan negara yang kecil-kecil itu dipecah-belah juga dengan disintegrasi.

Indonesia pun kini sedang diarahkan menuju proses disintegrasi tersebut. Tujuannya agar negeri Muslim terbesar ini semakin remuk dan hancur berkeping-keping. Jelas ini adalah kondisi yang amat berbahaya bagi negeri ini.

Belakangan ini bendera Bintang Kejora sering dikibarkan di Papua. Sejak awal, pengibaran Bintang Kejora ini telah dilarang oleh Pemerintah Indonesia. Larangan itu mengakibatkan meletusnya pemberontakan bersenjata pertama di Manokwari (26 Juli 1965) yang dimotori oleh Mandatjan dan Awom bersaudara dengan dukungan politikus senior John Ariks. Penyerangan terhadap kompleks TNI di Manokwari yang dilanjutkan dengan menjalarnya pemberontakan bersenjata ke seluruh wilayah Kepala Burung itulah yang dinyatakan sebagai hari lahirnya Organisasi Perjuangan Menuju Kemerdekaan Papua Barat. Organisasi ini oleh Pemerintah Indonesia dan Aparat Keamanan sering disebut sebagai Organisasi Papua Merdeka (OPM). Demikianlah sampai hari ini pengibaran Bintang Kejora masih terjadi di berbagai tempat di Papua.
Kini tuntutan untuk melepaskan Papua dari Indonesia mencuat kembali. Peristiwa ini tampak tidak dapat dilepaskan dari upaya pihak asing, khususnya AS, yang membantu separatisme dan disintegrasi jika menguntungkan mereka.

Karena itu seluruh komponen bangsa, khususnya umat Islam di negeri ini, harus selalu waspada terhadap makar pihak asing yang ingin memecah-belah negeri kita. Hendaknya kita bersatu menghadapi makar mereka sekaligus berjuang mempertahankan kesatuan negeri kita. Kita harus sadar, disintegrasi hanya akan semakin memperlemah negeri Muslim terbesar ini. Kelemahan itulah yang diinginkan oleh kafir penjajah.

Karena itu pula para elit politik, khususnya kepada para jenderal dan prajurit Muslim serta para polisi Muslim, hendaknya bangkit dengan kekuatan yang ada untuk tak ragu menjaga setiap jengkal negeri kita agar tidak lepas dari tangan kekuasaan kita. Janganlah negeri ini diserahkan kepada musuh-musuh kita, yakni konspirasi kafir internasional dan antek-anteknya yang telah nyata-nyata akan memisahkan sebagian negeri kita dari kesatuan wilayah negeri kita. Alih-alih memecah-belah, sejatinya negeri-negeri Muslim disatukan. Karena itu hendaklah kita selalu berupaya sekuat tenaga menjaga perbatasan negeri kita dengan niatan yang ikhlas karena Allah, niscaya kita akan jaya, sebagaimana Allah SWT berfirman:

Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah, kuatkanlah kesabaran kalian, tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negeri kalian) dan bertakwalah kepada Allah supaya kalian beruntung (TQS Ali Imran [3]: 200).

Hendaklah semua komponen kaum Muslim, baik sipil maupun militer, tidak memberikan kesempatan kepada penguasa seperti dulu mereka telah melepaskan Timor Timur dari negeri kita. Ingatlah, segala keputusan dan sikap perbuatan kita hari ini akan berdampak di masa depan, di dunia maupun di akhirat kelak. Telah tampak di mata kita, tangan-tangan asing dan keterpecahbelahan umat. Semua itu akibat kita tidak berpegang teguh pada tali Allah SWT yang kokoh, yaitu Islam.

Janganlah kita membiarkan diri kita semakin tercabik-cabik. Jagalah keutuhan kita. Pertahankan kesatuan yang masih ada. Berjuanglah terus untuk menyatukan seluruh negeri-negeri kaum Muslim. Wallahu a’lam bish shawab. ***

Exit mobile version