Jika Hanya Mengada-Ada, Masih Perlukah Pilkada?

0
27

Oleh : Deswayenti, S.T. (Pemerhati Pendidikan/Owner Rumah Peradaban SNC)

Persiapan Pilkada tahun 2024 sepertinya sudah dimulai. Berseliweran spanduk, banner para calon yang siap berkompetisi, mulai adanya upaya PDKT calon pemimpin daerah ke tokoh-tokoh masyarakat. Beberapa ” pasukan ” mulai di siapkan to memuluskan jalan menuju kekuasaan. Inilah gambaran rutinitas sirkulasi kepemimpinan atas nama demokrasi.

 

Sayangnya, demokrasi yang ada sekarang tidak lagi rasional, beradab dan alamiah. Akal sehat tidak lagi di kedepankan padahal pilkada salah satu pintu rakyat mengubah nasib lebih baik dari hari kemarin, lebih sejahtera dan nyaman dari hari-hari sebelumnya. Begitukan harapan kita?

Bukankah pada hari ini kita merasakan harga BBM naik terus, token listrik membengkak 2 kali lipat, minyak sayur mahal, biaya pendidikan semakin mencekik. Semua setuju, kesulitan pada hari ini terasa lebih berat dari hari-hari kemarin.

 

Kenapa hidup terasa smakin sulit?  Itu karena pemimpinnya tidak amanah, para elit politik hari ini tidak lagi memikirkan nasib dan penderitaan rakyat. Tidak lagi berusaha memberikan kesejahteraan bagi masyarakat sesuai dengan amanat UUD 1945. Rakyat harus berjuang sendiri untuk kesejahteraannya.

 

Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia (PPI) Adik Prayitno berkomentar bahwa prinsip utama politik yang ada sekarang adalah mendapatkan keuntungan pribadi dan kelompok. Tujuannya, mendapatkan kekuasaan dengan cara apapun.

“Demi mengejar keuntungan pribadi dan kelompoknya itu, praktik politik yang terjadi kerap brutal dan membabi buta. Persahabatan di korbankan, pertemanan diingkari, berbohong dan ingkar janji perkara biasa bahkan ada yang rela menghabisi partainya sendiri. Semua demi keuntungan politik tutur Adi, Dosen Ilmu politik UIN Syarif Hidayatullah (11 Agustus 2024, Liputan 6).

 

Pendek kata demi dorongan nafsu kekuasaan, apa yang mereka koarkan mengatas namakan demokrasi dan rela berjuang untuk kepentingan rakyat tidak lebih dari berjuang untuk mencapai ambisinya sendiri. Setelah ambisinya itu tercapai yang ada tinggal ucapan selamat tinggal untuk demokrasi dan rakyat jelata. Rakyat pun akan terus meratapi nasib sepanjang masa.

 

Pilkada, Jangan Mengada-Ada!

Jangan salah pilih, karena untuk mengubah nasib rakyat butuh pemimpin yang bisa memimpin. Mereka harus bisa memutuskan belenggu krisis yang membelit leher rakyat. Tidak cukup dengan janji-janji dan sogokan serangan “fajar” yang sehari.

Persoalan kita tidak sekedar harga beras mahal, minyak sayur mahal, gas dijatah atau tagihan PDAM naik terus, biaya pendidikan saja. Masalah mendasar bangsa kita adalah tiadanya sistem, konsep dan visi yang jelas, mau di bawa kemana sesungguhnya republik ini.

 

Kita merindukan perubahan bagi negara yang sedang sakit ini karena serangan 3 kekuatan besar, sekularisme, kapitalisme dan liberalisme plus kaum “Munafikum” . Negara ini tidak akan pernah sembuh dari sakitnya jika kita memilih pemimpin ” Pinokio ” yang di “desain” oleh barisan ” Sengkuni ” Untuk kepentingan pribadi dan kelompok mereka saja.

Sebenarnya negara ini bisa kita rekonstruksi kembali mulai dari sistemnya, moralnya dan spiritnya jika kita memilih pemimpin yang berkomitmen memegang teguh hukum-hukum Allah tanpa memerlukan diskusi dan kritik. Islam adalah satu-satunya tuntutan kehidupan baik dalam ibadah, sosial, budaya, ekonomi dan politik. Islam adalah akidah, syariat dan manhaj.

 

Allah berfirman : “Sesungguhnya Allah SWT tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka. mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. ” ( Q. S. Ar-Ra’d : 11).

 

Jangan memilih pemimpin yang menggadaikan Islam untuk kepentingan politik. Menjual ayat-ayat Allah dengan pemikiran-pemikiran yang menyesatkan untuk membodohi rakyat  atas nama kemashlahatan.

Sungguh, Allah SWT. menegaskan kemurkaan-Nya untuk mereka. “Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, yaitu Allah kitab dan menjualnya dengan harga yang sedikit (murah) mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya melainkan api dan Allah tidak akan bicara kepada mereka pada hari kiamat dan tidak akan menyucikan mereka dan bagi mereka siksa yang sangat pedih”.

Wallahu al-muwaffiq.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here