Benarkah Moderasi Beragama, Solusi Permasalahan Pemuda Saat Ini?

0
18

Oleh : Fifi Anggraini

 

Sosialisasi moderasi beragama kian gencar digeruskan di kalangan pemuda khususnya para pelajar.

 

Moderasi beragama sendiri merupakan program yang telah diluncurkan pada tahun 2016 hingga kini, bahkan sosialisasi ini dijadikan sebagai seminar ospek disekolah maupun di perguruan tinggi dengan tujuan peserta didik diberikan pemahaman moderat secara terus menerus dalam berbagai kesempatan.

 

Dalam hal ini Ikatan Penyuluh Agama Republik Indonesia (IPARI) Palembang menggelar seminar bertemakan kerukunan antarumat beragama guna memperingati Hari Sumpah Pemuda, Minggu, (27/10/2024), di SMA Kusuma Bangsa, Palembang. (Dilansir dari laman Katolikterkini).

 

Kegiatan ini dihadiri ratusan peserta dari para akademisi, praktisi dan juga tokoh lintas agama, baik dari kalangan PNS, PPPK maupun non PNS di Kota Palembang yang aktif dalam memperjuangkan nilai-nilai kerukunan dan kebersamaan antarumat beragama.

 

Jika kita mencermati program sosialisasi moderasi yang kian gencar di kalangan remaja ini, tentu menjadi tanda tanya tersendiri.

 

Sosialisasi tersebut tidak berhubungan dengan akar persoalan generasi saat ini yang sudah terbilang akut, yakni dekadensi moral, selain merosotnya moral pada remaja taraf berpikir mereka juga sangat menurun, sehingga tidak ada daya kritis pada remaja hari ini, hanya berpikirkan tentang cinta, kegalauan dan kesehatan mental saja.

 

Selain itu, perilaku miris sering kali terjadi pada remaja. Berbagai kasus seperti perundungan, seks bebas, aborsi, narkoba, geng motor, kriminalitas, dan kenakalan remaja, yang sudah tidak ubahnya seperti “makanan sehari-hari” generasi muda hari ini.

 

Namun tidak ada pengedukasian, pencegahan, dan penanganan secara berkala, untuk mengatasi berbagai persoalan ini, bahkan terkesan dibiarkan begitu saja.

 

Oleh karena itu, sosialisasi moderasi beragama di kalangan remaja untuk menyelesaikan persoalan remaja jelas absurd.

 

Nyatanya, kasus intoleransi ataupun keengganan mengikuti tradisi lokal tidak mendominasi. Bahkan faktor penyebab terbesar dalam kasus kekerasan yang dilakukan pelajar bukanlah pertikaian karena SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan)  melainkan budaya liberal yang terus mencemari generasi muda sehingga mereka merasa bebas bertingkah laku.

 

Tidak ada aturan yang membatasi tingkah laku meraka. Maka hal ini yang harus menjadi perhatian besar bukan perkara intoleransi tapi bagaimana menghentikan masuknya budaya asing yang merusak generasi muda saat ini.

 

Budaya barat yang terus mencekoki remaja hari ini telah berhasil membuat mereka mengikuti segala gaya hidupnya, mulai dari fashion, food, fun dan lain-lainnya.

 

Mereka merasa kolot saat mengikuti aturan agama mereka, dikarenakan ketidak pemahamannya terhadap agamanya sendiri.

 

Dan menganggap bahwa agama hanyalah perkara Shalat, Puasa, zakat saja. Padahal Islam bukan hanya agama tapi juga ideologi kehidupan, yang mengatur segala lini kehidupan, dari bangun tidur hingga bangun negara diatur di dalam Islam.

 

Inilah yang membuat generasi hari ini sangat jauh dari aturan agama, dan banyak terjadi penyimpangan, kriminal, dan kemunduran moral yang sangat mengerikan.

 

Padahal segala solusi problem yang terjadi hari ini ada di dalam Islam itu sendiri. Karena Islam bukan hanya agama tapi aturan hidup yang lengkap disertai dengan segala solusi atas setiap masalah yang terjadi pada manusia. Karena aturan ini berasal dari sang Pencipta yang tahu betul apa yang ia ciptakan.

 

Coba kita lihat sejarah Islam. Betapa banyak pemuda-pemuda islam yang namanya harum dan menjadi duta islam, hingga hari ini ilmunya terus mengalir hingga saat ini tetap digunakan. Seperti Ibnu Sina tokoh penting dalam bidang ilmu kedokteran dan filsafat di dunia, dan dikenal karena karyanya yang berjudul Kitab al-Qanun fi al-Tibb (Buku Kanun dalam Kedokteran), yang menjadi buku rujukan penting dalam bidang kedokteran selama berabad-abad.

 

Lalu ada Al-Khawarizmi, seorang ahli matematika dan astronomi, dan dianggap sebagai penemu algoritma, yang dikenal sebagai algoritma Al-Khawarizmi. Algoritma ini menjadi dasar dalam pengembangan komputer modern. Dan masih banyak ilmuan lainnya yang sangat hebat.

 

Ini dikarenakan mereka menerapkan aturan Islam, dan menjadikan Islam sebagai pedoman hidup. Serta berpegang teguh pada islam, tidak mengambil pemikiran barat yang menyesatkan.

 

Sudah semestinya, para pelajar menjadi duta Islam dengan mengambil Islam secara murni dan tidak bercampur dengan pemikiran Barat. Dengan memahami Islam secara kafah, mereka akan mengetahui bahwa tujuan hidup di dunia adalah beribadah kepada Allah SWT. Sehingga amal perbuatan mereka juga akan senantiasa terikat dengan aturan Allah.  Wallahu a’lam bishawab.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here