
Oleh : Titin Agustina
Memasuki musim hujan, nampaknya memberikan dampak trauma yang mendalam bagi warga jakarta dan sekitarnya. Banjir yang terjadi di Bekasi pada tahun ini terparah dan ketinggian dari banjir mencapai 8 meter atau sampai setinggi rumah penduduk.
Banjir yang menerjang Jabotabek pada saat ini lebih parah dari 5 tahun yang lalu pada tahun 2020. Sehingga banyak warga yang terpaksa mengungsi ke posko-posko pengungsian untuk bisa menyelamatkan diri dan keluarga mereka.
Akibat dari banjir yang menerjang wilayah Jakarta dan Bekasi, banyak harta benda masyarakat yang tidak bisa terselamatkan seperti mobil, motor, hewan ternak, surat berharga dan rumah pun turut hancur hingga ada seorang ibu dan anak yang tewas dalam keadaan berpelukan saat dievakuasi oleh Basarnas. Menurut Firman Soebagyo, Anggota Komisi lV DPR RI dan Fraksi Partai Golkar, menuding Program Pembukaan lahan 20 juta hektare hutan menjadi lahan pangan, energi dan air menjadi penyebab utama terjadinya banjir di sejumlah wilayah Jabodetabek Senin (04/03/2025) Tirto.id.
Pembukaan hujan menjadi tempat wisata di puncak Bogor menjadikan kawasan hijau pun menjadi sedikit, sehingga mengakibatkan ketika hujan turun, air tidak terserap dengan baik oleh tanah. Belum lagi pendangkalan dan penyempitan sungai menjadikan air hujan meluap hingga tanggul-tanggul yang sudah rapuh, tidak mampu menahan gempuran air hujan.
Sistem kapitalisme yang diterapkan pada saat ini melahirkan pemimpin yang hanya berorientasi pada “keuntungan semata” dan juga menggunakan kepemimpinan sebagai “ladang bisnis”. Sehingga pembangunan ekonomi yang masif yang mengatasnamakan Proyek Strategis Nasional hingga pembangunan tol-tol yang mengorbankan hutan menjadi jalan tanpa memperhatikan dampak lingkungan yang rusak dan penyerapan air yang tidak lagi terserap oleh hutan-hutan yang selama ini menjadi tempat penyerapan, alhasil musim hujan datang pun membawa petaka bagi masyarakat yang ada di sekitarnya.
Undangan-undangan yang diberlakukan sekarang juga lebih mengedepan para oligarki untuk mengelola hutan-hutan dan kawasan hijau untuk menjadi lahan bisnis seperti perumahan-perumahan elite, mal, gedung-gedung perkantoran dan sebagainya tanpa memandang apakah dengan dibangunnya wilayah itu akan mengancam keseimbangan fungsi kawasan hijau dan dampak dari masyarakat sekitarnya.
Pemerintah berdalih bahwa banjir datang itu karena curah hujan yang tinggi, dan di perparah dengan adanya penumpukan sampah-sampah di pinggir sungai oleh masyarakat. Namum sebenarnya ada faktor lain yang lebih memperparah keadaan tersebut yaitu adanya kebijakan pembangunan kapitalisme yang telah mengabaikan lingkungan dan dampak pada masyarakat itu sendiri.
Penguasa pada saat ini juga menjadikan kepemimpinan mereka hanya melayani para oligarki (pemilik modal) bukan pelayan masyarakat sehingga penguasa sibuk berbisnis menjual aset-aset negara baik itu hutan, sungai, pulau, bahkan laut pun tidak luput menjadi dagangannya. Hal itu di lakukan para pemimpin kita agar bisa memperkaya diri kalau pun rakyat yang terkena imbas dari banjir akibat kerakusan-kerakusan para pemimpin. Sehingga ketika mereka menolong masyarakat yang terdampak banjir itu hanya bentuk pencitraan saja.
Berbeda dengan kepemimpinan di dalam Islam. Yang pemimpinnya berorientasi pada pelindung dan pelayanan umat dan bertanggung jawab atas segala kebutuhan masyarakat. Penerapan Islam Kaffah (sempurna) juga akan diterapkan dalam penerapan negara dan menyelesaikan permasalah banjir juga menggunakan metode secara Islam.
Bencana banjir yang terjadi pada saat ini karena kita sudah tidak menerapkan syariat Allah sebagaimana firman Allah SWT : “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut di sebabkan karena perbuatan tangan-tangan manusia supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali ke jalan yang benar.” (QS Ar-rum (30) : 41).
Negara khilafah juga akan tetap menjalankan politik pembangunan dan tata kota yang memang di butuhkan masyarakat seperti perumahan,rumah sakit, pusat pendidikan, pasar dan sebagainya, namun tetap memperhatikan kelestarian lingkungan seperti daerah resapan air, hutan lindung tidak boleh di gunakan karena akan berakibat pada rusaknya lingkungan, ekosistem hewan dan mengancam nyawa manusia. Negara Islam juga akan selalu memperhatikan sungai yang dangkal untuk di keruk secara berkala dan tanggul-tanggul pun akan di perbaiki jika memang sudah tidak dapat menahan air hujan.
Dan tak lupa juga pemimpin di dalam Islam akan mengedukasi masyarakat untuk membuang sampah dan mengajak seluruh elemen pemerintah dan masyarakat untuk menjaga kebersihan karena itu juga bagian dari keimanan. Dana yang di butuhkan untuk semuanya juga di ambil dari Baitul mall yang dananya cukup untuk keperluan masyarakat. Inilah gambaran kepemimpinan di dalam Islam yang pernah di terapkan selama 1300 tahun lamanya. Wallahu alam.


