Bukan Sekedar Salam tetapi Salam Penuh Keberkahan

0
801

Oleh : R. Bening Sukma (Anggota Komunitas Peduli Generasi dan Penggiat TO Palembang)

ISLAM mengajarkan, jika setiap bertemu. Muslim sejati akan saling mengharapkan kebaikan, bukan keburukan maka ucapkanlah salam “asslamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh”. Pelajaran yang sungguh indah dari salam yang dicontohkan Rasulullah SAW karena di dalamnya ada doa kebaikan, keselamatan, rahmat serta keberkahan dari Allah SWT atas orang lain. Hubungan baik akan terus terjaga jika kita saling mengucapkan salam.

Salam dalam Islam begitu indah jika diterapkan dalam kehidupan nyata. Sayang sekali jika ada yang menggantinya dengan salam pancasila yang tidak memiliki makna dan tidak membawa kebaikan bagi yang mengucapkan salam maupun yang menjawabnya.

Berawal dari wawancara ‘Blak-blakan Kepala BPIP: Jihad Pertahankan NKRI’ di detik.com pada tanggal 12 Februari 2020, tersebar kabar dan menjadi perbincangan di sosial media bahwa Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Yudian Wahyudi mengusulkan mengganti Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh dengan Salam Pancasila. Bagaimana tidak terkoyak hati ini atas pernyataan yang dibuat oleh Yudian Wahyudi Ketua BPIP dengan ucapan yang jelas tidak masuk akal.

Begitulah alam demokrasi yang memberikan kebebasan dalam berpendapat tanpa aturan. Padahal sudah jelas apa yang ingin diganti oleh Kepala BPIP tersebut adalah hal yang sudah mutlak tidak boleh diubah lagi.

Pengucapan salam jelas-jelas bagian dari syariah. Bagian dari ajaran Baginda Nabi Muhammad SAW. Pengucapan salam merupakan sunnah. Sementara menjawabnya adalah wajib bagi seorang muslim.

Dari sini terlihat, pola pikirnya sudah sekulerisme. Paham yang memisahkan agama dari kehidupan. Meniadakan aturan Allah SWT dari aktivitas sehari-hari. Sistem sekulerisme yang menjadikan Islam hanya sebatas ritual memisahkan agama dari Negara. Dan jelas banyak berperan dalam pola pikir cacat ini. Lagi dan lagi Islam kian dijadikan sebagai kambing hitam untuk kepentingan pribadi penguasa yang sekarang mencoba menyudutkan apa saja yang tidak sesuai dengan hukum negara ini, tak terkecuali Islam.

Bagaimana bisa salam yang begitu indah dalam Islam yang menjaga hubungan baik manusia dengan saling mendoakan kebaikan atas orang lain diganti dengan salam yang tidak memiliki makna apa-apa? Salam pancasila hanyalah ungkapan tanpa makna. Apakah layak salam pancasila atau salam yang lain menggantikan salam yang dicontohkan Rasullulah hanya karena alasan toleransi? Padahal, inti dari toleransi adalah saling menghormati, bukan mencampuradukkan keyakinan.

Salam Dalam Islam adalah Doa Keselamatan

Dari Ibnu Abbas bahwa Umar radhiyallahu ‘anhum menemui Nabi ﷺ, sedangkan beliau berada di masyrubah (ruangannya yang lebih tinggi) beliau, lalu Umar berkata, “Assalamu ‘alaika ya Rasulullah assalamu ‘alaikum (Semoga keselamatan bagi Anda, wahai Rasulullah, semoga keselamatan bagi Anda), apakah Umar boleh masuk?” (HR Abu Dawud).

Imam al-Nawawi rahimahullah dalam kitab Riyadh al-Shalihin dalam bab ‘Kaifiyyah al-Salam’ menjelaskan bahwa dianjurkan seseorang memulai mengucapkan salam dengan lafal,
السَّلامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
“Assalamu‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh”

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Tirmidzi, Nabi ﷺ bersabdَa “Jika seorang bertemu dengan saudaranya yang muslim, maka ucapkanlah ‘Assalamu‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh’.” (HR Al-Tirmidzi).

‘Imran bin al-Husain radhiyallahu ‘anhuma mengatakan, “Datanglah seorang laki-laki menemui Nabi ﷺ, lalu ia mengucapkan ‘Assalamu‘alaikum’ lalu beliau pun menjawabnya, ia pun duduk, kemudian Nabi ﷺ bersabda,
عَشْرٌ
“Sepuluh kebaikan (untuknya).”

Lalu datanglah laki-laki yang lain, kemudian mengucapkan ‘Assalamu‘alaikum wa rahmatullah’, beliaupun menjawabnya, lalu ia pun duduk, kemudian Nabi ﷺ bersabda,
عِشْرُونَ
“Dua puluh kebaikan (untuknya)”.

Selanjutnya, datanglah laki-laki lainnya lagi, kemudian mengucapkan ‘Assalamu‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh’, beliau pun menjawabnya, lalu ia pun duduk, kemudian Nabi ﷺ bersabda,
ثَلاَثُونَ
“Tiga puluh kebaikan (untuknya)” (HR. Abu Dawud dan al-Tirmidzi).

‘Aisyah radhiyallahu ‘anha menyatakan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda kepadaku,
هَذَا جِبْريلُ يَقْرَأُ عَلَيْكِ السَّلاَمُ
“Ini Malaikat Jibril menyampaikan salam kepadamu.”

Aku pun menjawabnya,
وعَلَيْهِ السَّلامُ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
Wa ‘alaihis salamu wa rahmatullahi wa barakatuh “Dan semoga keselamatan, rahmat, dan barakah Allah, dianugerahkan kepadanya” (HR Al-Bukhari dan Muslim).

Imam al-Nawawi rahimahullah dalam kitab al-Adzkar menjelaskan bahwa yang paling baik adalah mengucapkan salam dengan lafal “Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.” Sedangkan orang yang menjawab salam mengatakan “wa ‘alaikumussalam wa rahmatullahi wa barakatuh.”

Salam dalam Islam Adalah Tebaran Kebaikan

Pada kitab Shahih Muslim Bab ‘Di Antara Kewajiban Seorang Muslim adalah Menjawab Salam’, terdapat hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda, “Hak muslim pada muslim yang lain ada enam.” Lalu ada yang menanyakan, ”Apa saja keenam hal itu?”Lantas beliau ﷺ bersabda, ”(1) Apabila engkau bertemu, ucapkanlah salam padanya, (2) Apabila engkau diundang, penuhilah undangannya, (3) Apabila engkau dimintai nasihat, berilah nasihat padanya, (4) Apabila dia bersin lalu dia memuji Allah (mengucapkan ’alhamdulillah’), doakanlah dia (dengan mengucapkan ’yarhamukallah’), (5) Apabila dia sakit, jenguklah dia, dan (6) Apabila dia meninggal dunia, iringilah jenazahnya (sampai ke pemakaman).” (HR Muslim)

Jika kita melihat dari hadis di atas, akan terlihat perintah untuk memulai mengucapkan salam ketika bertemu saudara muslim yang lain. Namun sebagaimana dinukil dari Ibnu ‘Abdil Barr dan selainnya, mereka mengatakan bahwa hukum memulai mengucapkan salam adalah sunah, sedangkan hukum membalas salam adalah wajib. (Subul al-Salam, 7/7).

Imam al-Bukhari membawakan hadis dalam kitab Shahihnya Bab ‘Mengucapkan Salam kepada Orang yang Dikenal Maupun tidak Dikenal’. Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bahwasanya ada seseorang yang bertanya pada Naَbi “Amalan Islam apa yang paling baik?” Beliau ﷺ lantas menjawab, “Memberi makan (kepada orang yang butuh) dan mengucapkan salam kepada orang yang engkau kenali dan kepada orang yang tidak engkau kenali. ” (HR Bukhari).

Al-Bukhari juga mengeluarkan sebuah hadis dalam Adab al-Mufrad dengan sanad yang shahih dari Ibnu Mas’ud. Ibnu Mas’ud mengatakan bahwa dia melewati seseorang, lalu orang tersebut mengucapkan, “Assalamu ‘alaika, wahai Abu ‘Abdir Rahman.” Kemudian Ibnu Mas’ud membalas salam tadi, lalu dia berkata, “Nanti akan datang suatu masa, pada masa tersebut seseorang hanya akan mengucapkan salam pada orang yang dia kenali saja.”

Demikian juga dalam riwayat imam al-Thabarani dan al-Baihaqi terdapat riwayat yang marfu’, “Di antara tanda-tanda (dekatnya) hari kiamat adalah seseorang melewati masjid yang tidak pernah dia salat di sana, lalu dia hanya mengucapkan salam kepada orang yang dia kenali saja.”

Al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan, “Mengucapkan salam kepada orang yang tidak kenal merupakan tanda ikhlas dalam beramal kepada Allah Ta’ala, tanda tawadhu’ (rendah hati) dan menyebarkan salam merupakan syiar dari umat ini.” (Ibnu Hajar, Fath al-Bari, 17/459).

Tentu saja maksud dari hadis-hadis di atas adalah salam kepada orang muslim, bukan kepada orang kafir. Dari ‘Amar bin Yasir, beliau mengatakan، “Tiga perkara yang apabila seseorang memiliki ketiga-tiganya, maka akan sempurna imannya: (1) bersikap adil pada diri sendiri, (2) mengucapkan salam pada setiap orang, dan (3) berinfak ketika kondisi pas-pasan. ” (HR Al-Bukhari)

Mengucapkan salam merupakan sebab terwujudnya rasa cinta di antara sesama muslim. Dalil yang menunjukkan hal ini adalah sabda Nabi ﷺ, “Kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman. Kalian tidak akan beriman sampai kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan pada kalian suatu amalan yang jika kalian melakukannya kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian.” (HR Muslim)

Salah satu syiar yang disyariatkan dalam Islam, yakni menebarkan salam, dan menjawabnya adalah kewajiban. Salam adalah syiar Islam, doa kebaikan, wujud cinta, pertautan hati, dan akan mendatangkan pahala. Salam apa pun yang digadang-gadang untuk menggantikan salam dalam Islam, sama sekali tidak memiliki nilai kebaikan sebagaimana salam dalam Islam.

Lebih jauh lagi, mengganti salam dalam Islam adalah langkah jahat untuk menghapus simbol-simbol Islam yang sudah menjadi budaya di tengah pergumulan masyarakat yang heterogen. ***

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here