Kliksumatera.com, PAGARALAM– Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga BKKBN RI Nopian Andusti SE MT menyebut, jika penyelenggaraan peringatan Hari Keluarga Nasional (HARGANAS) XXIX tingkat Provinsi Sumsel, terkhusus di Kota Pagaralam merupakan yang paling berkesan.
“Yang saya tahu dan sudah selesai saya hadiri, bahwa di Kota Pagaralam adalah yang paling berkesan, karena diadakan bukan hanya upacara, melainkan ada rangkaian upcara mulai dari roadshow pelayanan KB dari Kabupaten Ogan Ilir, Kota Prabumulih hingga Kabupaten Lahat, yang merangkai peringatan HARGANAS, yang dirangkai pula dengan pameran stand 17 Kabupaten/Kota di Pagaralam. Dan ini satu-satunya, HARGANAS tahun 2022 yang dilaksanakan semeriah ini,” ujarnya.
Sesuai dengan tema HAGANAS ke-XXIX tahun 2022, yakni ‘Ayo cegah stunting agar keluarga bebas dari stunting,’ kata Nopian, bahwa di tahun 2024, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo melalui Perpres 72 tahun 2021 menargetkan, untuk masalah stunting ini berada di angka 14,4%. “Kondisi kita (Indonesia, red) saat ini, masih berada di angka 24,4 %, sedangkan untuk di Sumsel angkanya 24,8%, akan tetapi kalau kita berkaca dari Pagaralam, sedikit sekali untuk bisa mencapai penurunan angka stunting ini, hanya sekira 1,0% dan kalau bisa jangan ada lagi anak-anak lahir dengan stunting di Negeri ini,” ungkapnya.
Lalu bagaimana cara menghentikan stunting ini ? kata Nopian, caranya ialah dengan menyelamatkan 1.000 hari pertama kehidupan, mulai dari kandungan sampai 2 tahun setelah lahir, tetapi keluarga-keluarga beresiko stunting ini, siapa yang harus menyelematkannya ? karena secara umum keluarga beresiko stunting ini, ialah calon Pasangan Usia Subur (PUS) atau calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui, anak yang di bawah 2 tahun, yang umumnya berasal dari kalangan keluarga yang kurang beruntung. “Karena itu, ini menjadi tugas dan tanggung jawab kita bersama, maka gerakannya ialah gerakan gotong-royong untuk cegah stunting. Di Sumsel ada gerakan pencegahan stunting, melalui program Sumsel mandiri pangan. Ini adalah salah satu gerakan yang sangat baik, terkait bagaimana kita menghentikan atau memutus mata rantai stunting,” tegasnya.
Selain itu, jawab Nopian, baru-baru ini ada suatu gerakan gotong-royong, yang telah dicanangkan oleh BKKBN bersama dengan pemerintah Pusat, yaitu bagaimana menyelamatkan keluarga-keluarga beresiko stunting ini, melalui program bapak asuh. “Kalau seandainya di Sumsel ini, ada 10.000 yang beresiko stunting, maka apabila kita semua bergotong-royong, para PNS, Pejabat hingga pelaku usaha melalui CSR, menjadi pengapuh keluarga-keluarga beresiko stunting, maka niscaya saya memiliki keyakinan di Sumsel ini, akan bisa mengentaskan masalah stunting di Provinsi Sumsel, bukan hanya 14% tapi 0 atau zero stunting,” imbuhnya.
Lebih jauh Nopian menambahkan, kalau anak sudah yang stunting, itu tidak bisa diobati dan sudah selesai, tapi jangan terjadi anak yang belum stunting, atau yang beresiko stunting, inilah yang perlu diselamatkan. “Jadi ibu hamil, karena keterbatasan eknominya, sulit untuk mendapatkan makanan bergizi, maka kita yang mengapuhnya, kemudian ibu menyusui, calon PUS yang tinggal di rumah tidak layak huni, sulit mendapatkan air bersih. Ini yang harus bisa kita selesaikan bersama-sama,” katanya.
Sebetulnya, sambung Nopian, sudah banyak yang dilakukan, akan tetapi irisan dengan masalah stunting ini yang belum, semisal ada donasi yang dilakukan oleh PNS, tetapi hanya objeknya masyarakat miskin. Nah, sebetulnya yang diharapkan bisa mengiriskan program untuk membantu masyarakat miskin, tetapi dia juga beresiko stunting dan melahirkan anak stunting. “Inilah sebetulnya sasaran yang kita inginkan,” tandasnya.
Laporan : 09-Pai
Editing : Imam Ghazali