Oleh : Anto Narasoma
Hati-hati,
perjalanan suara
tak pernah bergetar
di udara bebas
ia hanya diam dan berjalan perlahan pada hati yang berharap
lembaran harga diri
dari balik sepi
dan diam itulah
kasak-kusuk kesunyian memecah dada
karena jumlah nominal kertas begitu menggiurkan dalam pemilihan suara
yang bodoh dan membodohkan
o ini amplop,
isinya kata-kata
tak bersuara
pecahan ratusan ribu
hanya diam dalam
senyum yang menggetarkan dada
mau kau kemanakan
suara-suara dalam pemilihan masa depan
negerimu?
lewat serangan sunyi
pada sekeping kertas
pecahan menggiurkan
di pajar berona merah,
harga dirimu pun mencair
ke aliran septik teng
yang menyengat hidung
lalu harga dirimu pun
terjual di tikungan politik
setelah gemerisik amplop menyelinap
ke bagian dalam
kantong celanamu
hanya sehari amplop
itu menyeringai
di wajahmu. lalu lima tahun ke depan, senyummu diam-diam
menggerutu dalam sunyi
prioritas hidupnya,
proyek dan lahan
kesuburan bagi irama
nada tawanya ke kantong
partai, kelompok, dan dirinya sendiri
kita hanya seratus ribu
ketika sebutir nasi menjadi basi di dalam
sejumlah kertas
yang robek berhamburan
Palembang
26 Januari 2023