Generasi Emas atau Generasi Cemas

0
16

Oleh : Irohima

 

Generasi remaja kita makin lama makin mengkhawatirkan, kita kerap dikejutkan dengan berbagai kejahatan yang terjadi dengan remaja sebagai pelakunya. Seiring perkembangan zaman, kenakalan remaja yang awalnya berupa kenakalan biasa kini bergeser pada kenakalan yang menjurus pada tindak kriminalitas. Lantas, bagaimana nasib bangsa ini jika remaja sebagai generasi yang menerima tongkat estafet perjuangan justru menjadi tongkat estafet kehancuran?, slogan “Indonesia menuju generasi emas” yang sering dikampanyekan tapi nyatanya kita menuju generasi yang dicemaskan.

 

Fenomena kenakalan remaja dan tindak kriminalitas menjadi fenomena sosial yang tengah marak di tengah masyarakat. Mereka tak lagi takut dan segan melakukan tindak kejahatan seperti mencuri, narkoba, pelecehan seksual, pemerkosaan bahkan pembunuhan. Seperti yang baru-baru ini terjadi di Palembang, seorang siswi SMP berinisial AA (13) diperkosa dan dibunuh oleh empat orang remaja di bawah umur. Mirisnya, mereka melakukan perkosaan dalam keadaan korban masih hidup dan sesudah korban meninggal dunia, jasad korban kemudian ditinggalkan pelaku di sebuah kuburan Cina.  Para pelaku yang masih duduk di bangku SMA dan SMP telah ditetapkan sebagai tersangka. Keempat pelaku tersebut adalah IS (16), MZ(13), AS (12), dan NS (12). Pelaku yang usianya lebih tua dari pelaku lain yaitu IS diketahui merupakan kekasih dari AA. Menurut Direktur Reserse Kriminal Umum Polda  Sumatra Selatan, Kombes Anwar Reksowidjojo, keempat pelaku terbukti merencanakan pemerkosaan hingga menyebabkan korban meregang nyawa ( CNN Indonesia, 06/09/2024 ).

 

Berdasarkan pemeriksaan pihak berwajib, motif keempat pelaku  melakukan pemerkosaan karena dipicu oleh film porno yang mereka tonton, polisi pun telah menyita bukti berupa HP yang berisi beberapa video cabul milik tersangka IS. saat ini tersangka IS sudah ditahan, namun tiga tersanga lainnya dititipkan di lembaga kesejahteraan sosial atau panti rehabilitasi yang berada di kawasan Indralaya, Ogan Ilir dengan alasan masih di bawah umur dan undang-undang melindungi mereka dari penahanan.

 

Realitas sekarang membuat potret generasi makin suram. Hal ini tampak dari perilaku pelaku yang kecanduan pornografi dan merasa bangga akan kejahatan serta tak punya rasa takut akan dosa. Fenomena ini juga menggambarkan anak-anak yang kehilangan masa kecil yang bahagia, kehilangan perhatian dari orang tua maupun keluarga, tidak bisa bermain dan belajar dengan tenang, sesuai dengan fitrah anak dalam kebaikan serta tidak didukung oleh sistem yang harusnya menciptakan lingkungan yang sehat dan aman.

 

Kriminalitas yang melibatkan remaja sebagai pelaku pemerkosaan disebabkan oleh banyak faktor seperti kontrol diri yang lemah, kemiskinan, ketidakadilan sistemik, pengangguran, faktor psikologis dan lain sebagainya. Perilaku mereka yang berbuat kriminal juga berkaitan dengan peran media yang makin liberal, tontonan vulgar dan konten yang memuat kekerasan beredar bebas dan sangat mudah diakses, di sisi lain, tidak ada keseriusan pemerintah untuk menutup konten-konten pornografi demi melindungi generasi. Dari kasus ini juga terlihat betapa sistem pendidikan yang diterapkan di negeri ini telah gagal membentuk dan membina generasi. Kehidupan generasi justru makin porak poranda karena negara turut ikut andil dengan membiarkan berbagai ide, pemikiran dan budaya yang salah tetap merajalela dan yang kerap dijadikan tren dan kiblat kehidupan remaja dengan dalih modernitas, kita juga terkadang dipaksa untuk open minded atau berpikiran terbuka terhadap ide-ide baru asing meski kerap bertentangan dengan nilai-nilai agama, moral dan etika.

 

Sesungguhnya tindakan kriminalitas seperti perkosaan dan pembunuhan yang dilakukan oleh remaja merupakan salah satu dampak dari diterapkannya sistem sekuler kapitalisme dalam aspek pendidikan. Sistem sekuler kapitalisme yang menjauhkan peran agama dalam kehidupan melahirkan pola hidup yang hedonistik, permisif, dan liberal. Standar hidup tidak didasarkan oleh landasan agama melainkan berorientasi pada pencapaian materi, padahal sejatinya agama berperan penting dalam membentuk generasi. Sistem pendidikan yang sekuler kapitalisme mungkin menghasilkan output yang cerdas secara intelektual namun minim akhlak, tak bermoral, tidak takut akan berbuat dosa serta tak memahami arti dan tujuan hidup yang sebenarnya.

 

Sistem sekuler kapitalisme telah gagal membentuk generasi berkepribadian mulia, kecanggihan teknologi yang mereka ciptakan tak sebanding dengan kehancuran peradaban yang mereka hasilkan. Sangat bertolak belakang dengan sistem pendidikan Islam. Dalam Islam sistem pendidikan yang dilandasi oleh akidah bertujuan untuk membentuk generasi yang tak hanya cerdas secara intelektual namun juga membentuk generasi yang beriman dan bertakwa serta berkepribadian mulia. Dalam upaya mewujudkan generasi yang unggul, Islam memiliki sejumlah mekanisme, di antaranya menerapkan sistem pendidikan berbasis akidah Islam, memberikan akses pendidikan yang mudah dan murah, menciptakan suasana lingkungan masyarakat yang kondusif dan yang terakhir, menerapkan sanksi yang tegas bagi pelaku kejahatan. Dalam Islam, setiap pelaku yang sudah akil baligh dan mukalaf bisa dikenakan sanksi Islam atasnya, termasuk jika pelaku kejahatan adalah remaja. Penerapan sanksi seperti ini akan membuat pelaku jera dan berpikir ulang untuk mengulang perbuatan yang sama.

 

Hanya sistem Islam yang bisa mengatasi persoalan remaja sekarang. dan hanya Islam jua yang mampu melahirkan generasi yang unggul dan berkualitas dalam hal ilmu, kepribadian, keimanan dan ketakwaan. Hanya Islam yang mampu mencetak generasi yang tak hanya siap mengambil tongkat estafet perjuangan tapi juga mampu menjadi pengukir peradaban.

 

Wallahualam bisa shawab

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here