Hanya Islam Solusi Total Memberantas HIV/AIDS

0
147

Oleh : Desi Anggraini, Pendidik Palembang

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Lhokseumawe, Aceh, mencatat sebanyak 88 warga di daerah itu positif HIV/AIDS yang penularannya didominasi karena perilaku seks bebas. “Jadi total kasus positif HIV/AIDS di Kota Lhokseumawe mencapai 88 kasus. Rata-rata penularannya akibat seks bebas,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe Safwaliza di Lhokseumawe, Jumat (2/12/2022).

Safwaliza mengatakan, terjadi peningkatan delapan kasus pada 2022. Sedangkan kasus positif HIV/AIDS di Kota Lhokseumawe pada 2021 sebanyak 80 kasus. Selain seks bebas, kata Safwaliza, penularan virus HIV/AIDS di kota yang berjuluk petro dolar tersebut juga disebabkan oleh homo seks. Selanjutnya, penularan terjadi melalui jarum suntik bagi pengguna narkotika.

Safwaliza menyebutkan, angka tersebut masih mungkin bisa bertambah, mengingat masih ada warga menutupi dan tidak mau melaporkan telah mengidap penyakit menular yang mematikan tersebut. Safwaliza mengatakan, human immunodeficiency virus (HIV) merupakan virus berbahaya yang dapat menyerang sistem kekebalan tubuh sehingga penderita akan rentan diserang penyakit. Apalagi penyakit HIV tidak ditangani dengan baik maka virus tersebut akan cepat berkembang sehingga menjadi acquired immune deficiency syndrome (AIDS), kata Safwaliza. Safwaliza menambahkan, untuk menekan angka kasus HIV/AIDS tersebut, tidak bisa dilakukan setengah-setengah. Semua unsur, baik pemerintah daerah maupun masyarakat harus ikut terlibat. Oleh karena Safwaliza mengajak masyarakat untuk aktif memerangi HIV/AIDS, minimal pada lingkungan keluarga dan juga masyarakat mengenali virus mematikan tersebut dengan benar, baik cara-cara penyebaran maupun pencegahan. (Republika.co.id, Jumat,02/12/2022).

Tidak akan ada asap jika tak ada api. Tak ada akibat jika tak ada sebab. Begitulah hukum alam yang berlaku di bumi. Penyakit berbahaya ini bukanlah tanpa sebab musabab. Penyakit ini tersebar luas karena prinsip kebebasan yang kebablasan. Kiranya ada beberapa sebab penularan penyakit ini.

Pertama, melalui seks bebas. Kebiasaan gonta-ganti pasangan memberikan peluan
g terbesar. Ketika mereka melakukan seks bebas dengan orang yang terinfeksi virus ini, maka pasangannya pun ikut terinfeksi. Apabila orang yang terinfeksi ini melakukan dengan banyak orang, akibatnya banyak jiwa pula yang tertular. Seperti Pekerja Seks Komersial (PSK) yang sengaja menjajakan tubuhnya demi materi.

Kedua, melalui keluarga. Jika seorang kepala rumah tangga pernah “jajan” di luar, yang kebetulan pasangannya mengidap virus ini, maka para suami ini akan ikut terinfeksi. Walhasil tertularlah istrinya melalui hubungan badan dengan suaminya. Dan tertularlah anaknya melalui ibunya.

Ketiga, jarum suntik bekas. Penularan penyakit ini melalui cairan dalam tubuh yang terkena pada seseorang. Jarum suntik yang dipakai digunakan berulang kali dengan dalih mengirit. Jika jarum tersebut dikenakan pada orang yang mengidap HIV, maka orang lain yang turut memakai jarum akan tertular. Biasanya dilakukan oleh pengonsumsi narkoba. Tingkah laku seseorang dipengaruhi oleh pemahaman mereka.

Orang mudah bermaksiat karena memahami maksiat itu boleh. Pemahaman tersebut dipengaruhi oleh paham tertentu. Sebut saja liberalisme (kebebasan). Liberalisme ini memiliki prinsip bebas melakukan apa saja, tanpa butuh aturan, sesuai kemauan. Pemahaman seperti ini lahir dari pemikiran sekularisme yang hanya menjadikan agama untuk ibadah mahdhah. Sedangkan mengenai kehidupan di dunia, manusia (merasa) bebas mengatur sesuai dengan ketentuannya, tanpa ada campur tangan agama.

Pemikiran semacam ini sangat bobrok. Umat manusia dibiarkan mengatur kebutuhannya sendiri, tanpa ada dasar yang pasti. Berbagai macam upaya telah dilakukan oleh pemerintah. Mulai dari penyuluhan, pendampingan, upaya jemput bola, hingga sosialisasi alat kondom dan yang lainnya. Namun, agaknya belum sedikit pun membuahkan hasil. Dapat dilihat dari semakin banyaknya pengidap HIV/AIDS. Bagi yang dinyatakan positif HIV/AIDS pun hanya dipantau dan diberi obat saja. Tak ada upaya lainnya agar tak menularkan pada yang lainnya.

Sungguh berbeda dengan Islam. Dengan segenap aturannya Islam memberikan solusi promotif, preventif, kuratif, hingga rehabilitatif. Promotif, Islam menganjurkan seorang muslim untuk memelihara kehormatannya. Jika telah siap maka diperintahkan menikah sesuai dengan syariat Islam. Namun jika belum siap, maka Islam menyunahkan berpuasa. Islam juga memiliki aturan pergaulan yang mengatur hubungan antara laki-laki dan perempuan. Sehingga setiap orang bisa memenuhi hak dan kewajibannya.

Preventif, adalah pencegahan. Maknanya Islam memiliki metode yang dapat mencegah penyakit ini tidak menular ke yang lainnya. Islam mengharamkan zina ataupun narkoba dan sejenisnya yang merusak akal. Oleh karena itu Islam juga memberikan sanksi yang tegas bagi pelakunya. Negara pun memberantas sarana-sarana maksiat seperti lokalisasi, night club, diskotik, dan sejenisnya. Tidak akan ada sarana-sarana yang dapat dimanfaatkan untuk bermaksiat. Kuratif, yaitu pengobatan.

Dalam hal ini HIV/AIDS merupakan virus yang berbahaya. Sama halnya dengan virus ebola atau flu burung. Maka, untuk pengobatannya perlu dilakukan dengan hati-hati. Seperti melakukan karantina total. Memberikan pengobatan gratis, berkualitas, dan manusiawi. Semua tindakan ini dilakukan untuk pengobatan termasuk mencegah agar virus ini tidak menjalar ke mana-mana. Rehabilitatif, dilakukan untuk memperbaiki kondisi psikologis dan keimanan Orang dengan HIV/AIDS (OdHA). Jika mereka tertular dari melakukan maksiat, maka harus bertobat dan mengubah diri menjadi lebih baik, taat syariat dan berharap husnul khatimah.

Bagi para korban yang tak bertanggung jawab, maka kesabaran lebih baik baginya. Dengan menganggap ini sebagai ujian, maka sakit itu akan menjadi pelebur dosa. Sesungguhnya Allah tidak akan menguji hamba-Nya melebihi kemampuannya. Itulah solusi Islam yang komprehensif. Lengkap dalam menyelesaikan suatu masalah. Sangat berbeda dengan kapitalisme-sekuleris, ingin menekan laju penyebaran HIV/AIDS tapi membiarkan kemaksiatan di mana-mana. Bagaikan mencuci piring dengan air kotor, masalah ini tak akan selesai dengan sekularisme. Maka, hanya Islam solusi total masalah ini. Masihkah kita meragukannya? Wallahu a’lam bishawab.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here