Oleh: Umma Salman
Pentingnya keberadaan anak-anak atau generasi muda bagaikan tunas muda bagi pohon pisang. Ketika sang induk mati usai menyelesaikan “tugasnya” ialah yang akan berdiri menggantikan induknya, terus memberi manfaat pada sekitar, untuk itu kelayakan kualitas tunas pisang sangat diperhitungkan. Sama halnya generasi muda, merekalah yang akan melanjutkan perjuangan para pendahulunya.
Oleh karena itu, penting sekali menyiapkan generasi muda yang mampu serta layak menggenggam estafet perjuangan tersebut. Generasi yang siap membawa agama juga negeri ini ke arah yang lebih baik.
Namun, sangat disayangkan banyak anak-anak generasi yang ada di hadapan kita saat ini sangatlah jauh dari kesiapan apalagi untuk menerima tampuk perjuangan. Berbagai virus dan racun telah menggerogoti jiwa mereka. Salah satu contoh memilukan adalah peristiwa kematian seorang anak berusia 11 tahun di Tasikmalaya (17/07) sebagai akibat dari pembullyan yang dilakukan beberapa orang yang merupakan temannya sendiri yang juga masih berusia belia. Diketahui korban mengalami depresi setelah dipaksa temannya menyetubuhi seekor kucing
Perundungan hanyalah satu jenis dari ragamnya kerusakan dan kemerosotan generasi muda zaman ini. Miras, perzinahan, tawuran antar pelajar, penyimpanan seksual, kemerosotan moral, dan masalah-masalah lain telah menjadi makanan sehari-hari pemuda masa kini. Juga yang tengah viral akhir-akhir ini yakni muda-mudi Citayam yang mengadakan fashion show memamerkan tubuh di jalanan dengan dalih kreativitas.
Kasus-kasus yang terjadi pada remaja tersebut merupakan fenomena gunung es dan banyaknya kasus yang tidak terekam dan tidak muncul dalam pemberitaan. Miris tentunya! Itu semua menunjukkan gagalnya sistem pendidikan sekuler untuk mewujudkan generasi baru syakhsiyah/berkepribadian Islam, baik cara berpikirnya maupun bersikapnya. Padahal, pemerintah telah menjalankan pendidikan karakter agar peserta didik mempunyai akhlak mulia, tapi nyatanya malah menghasilkan generasi rusak yang jauh dari ajaran Islam.
Sementara itu keluarga Muslim yang menginginkan anaknya taat dengan aturan Allah SWT tidak bisa dipenuhi oleh sistem pendidikan saat ini. Mengapa keinginan mempunyai anak yang taat aturan Allah SWT begitu sulit ? Karena sistem sekuler kapitalis yang diterapkan oleh negara lah yang membuat semua itu sulit, sebab menjauhkan kaum Muslim dari agamanya sendiri (Islam). Sistem sekuler kapitalis ini pun sudah tersebar ke segala aspek kehidupan, salah satunya pendidikan. Sekularisasi pendidikan pun tampak di depan mata kita, yang akan menggerus dan menghancurkan masa depan generasi Muslim agar taat syariat. Inilah yang menjadi tantangan bagi kita (keluarga Muslim) bagaimana bisa membentuk syakhsiyah Islam pada buah hatinya di tengah-tengah sistem sekuler yang rusak dan merusak ini.
Oleh karena itu, untuk memastikan aktivitas sang anak tidak menyimpang dari ajaran Islam, memang butuh sekali sistem yang bisa mengubah pendidikan sekuler menjadi pendidikan Islam. Sistem yang dimaksud adalah sistem yang menerapkan aturan Islam secara kaffah, yakni khilafah/daulah Islam. Daulah Islam yang dipimpin oleh seorang khalifah akan senantiasa memastikan ketiga peran pendidikan di keluarga, di lingkungan dan di sekolah tersebut berjalan dengan baik agar jauh dari pemahaman yang menyimpang, rusak dan merusak.
Dengan begitu akan terlahir generasi islami yang memahami agamanya dengan baik dan menerapkannya dalam tiap-tiap sendi kehidupannya. Generasi yang mampu mengemban amanah menjaga agama dan negeri Islam. Membawa umat Islam menjadi umat terbaik yang memimpin seluruh dunia mengejar rahmat Allah hingga keberkahan menyelimuti seluruh negeri hingga ke seluruh penjuru dunia.
Wallahu a’lam bi ash showab.