Islam Menyelesaikan Masalah Tawuran

0
65

Oleh : Irohima

Untuk kesekian kalinya tawuran antarpemuda di kota ini terjadi. Tawuran antarremaja seperti tak pernah ada habisnya. Ajang adu otot, umpatan sampai kekerasan seperti sudah menjadi fenomena biasa kehidupan remaja. Miris, banyaknya kasus tawuran akhir-akhir ini telah menjadi cerminan dari ketidakmampuan para remaja mengontrol diri.

Dan yang terbaru, tawuran yang berujung hilangnya nyawa terjadi di depan Indomaret Simpang Celentang, Palembang. M Arief (18) seorang remaja tewas akibat luka sabetan senjata tajam saat terjadi aksi tawuran pada hari Senin (24/06/2024). Sebelumnya korban sempat dilarikan ke Rumah Sakit BoomBaru Palembang namun tak dapat tertolong lagi (Kompas.com, 25/6/2024). Para pelaku kini tengah diburu polisi. Kasus serupa juga terjadi di belakan gedung DPRD Kota Palembang, korban bahkan bukan bagian dari kelompok pemuda yang terlibat perselisihan, melainkan seorang pedagang yang kebetulan melintas di kawasan tersebut dan berusaha melerai keributan, namun nahas, korban ditusuk dengan senjata tajam yang mengakibatkan korban kehilangan banyak darah dan pada akhirnya meninggal dunia (Media Indonesia, 27/06/2024).

Menyikapi berbagai kasus tawuran yang marak, Kepala kepolisian Resor Kota Palembang, Kombes Pol Harryo Sugihartono mengimbau masyarakat untuk mengantisipasi aksi tawuran dengan melarang anaknya keluar di malam hari dan meningkatkan pengawasan terhadap para remaja.

Polrestabes Palembang telah mengungkap 27 kasus tawuran dalam 15 bulan terakhir, terhitung dari Januari 2023 hingga 17 Maret 2024. Dan sebagian besar pelaku masih berusia remaja atau masih di bawah umur. Dari 263 orang yang diamankan petugas, 196 orang di antaranya adalah anak-anak, sisanya sebanyak 67 orang sudah berusia dewasa. Menurut Harryo, tingginya kasus tawuran dipicu oleh penggunaan gadget yang berkaitan dengan media sosial, berawal dari interaksi biasa, saling sapa, saling ejek sampai saling tantang adu kekuatan. Mirisnya lagi aksi mereka kerap menggunakan senjata tajam, hingga perbuatan mereka bukan lagi terkategori kenakalan remaja tapi sudah masuk ke ranah pidana.

Tawuran adalah suatu perselisihan/perkelahian atau tindak kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang bisa, menyebabkan korban luka hingga meninggal. Dari tahun ke tahun, kasus tawuran semakin meningkat dan seolah menjadi kasus yang sulit untuk ditangani. Maraknya kasus tawuran di tengah masyarakat, khususnya di kalangan remaja bukan hanya karena jiwa mereka yang masih labil atau darah muda yang mengalir dan haus akan pengakuan, tapi sebenarnya perilaku mereka berawal dari sekularisme yang telah mengkristal di benak kaum muslim. Sekularime yang meniadakan agama dalam kehidupan, membuat mereka tak memahami hakikat kehidupan yang sebenarnya, yang mereka pikirkan hanya kesenangan dunia. Kebebasan yang menjadi asas sekularisme juga membuat mereka berbuat semaunya, egois, bodoh dan tak memahami tolok ukur perbuatan pahala atau dosa. Penerapan hukum yang lemah dan tidak berefek jera turut andil dalam meningkatnya kasus tawuran, banyak remaja yang merasa akan aman dan lolos dari hukuman karena persoalan usia yang masih di bawah umur kerap dijadikan bahan pertimbangan.

Kondisi ini makin diperparah dengan sistem pendidikan yang hanya memprioritaskan pada pencapaian nilai akademik semata. Sistem pendidikan yang lahir dari kapitalisme ini sama sekali tak mengindahkan peran agama sebagai salah satu faktor penting dalam pendidikan generasi. Tujuan pendidikan yang mulia kini berbelok ke arah yang tak jelas, dari yang tadinya bertujuan memuliakan manusia, kini menjadi memperbudak manusia dengan cara mengubah pandangan tentang kebahagiaan dan kesuksesan. Dalam kapitalisme sekuler, sukses adalah bisa meraih materi sebanyak-banyaknya dan memiliki status sosial yang tinggi, tak peduli dengan jalan apa dan bagaimana mendapatkannya. Mereka dibutakan oleh kesenangan dunia yang fana tanpa mampu memahami tujuan hidup manusia yang sebenarnya.

Kita tentu prihatin dengan kondisi mereka, dan kita tak boleh berdiam diri dengan hanya melihat apa yang terjadi. Kita harus bergegas melakukan penyelamatan karena mereka merupakan generasi yang akan menyambut tongkat estafet perjuangan. Nasib sebuah bangsa akan sangat tergantung pada kualitas anak mudanya. Bagaimana sebuah bangsa akan mampu berdiri jika generasi mudanya menjadikan tawuran sebagai hobi.

Sekuler kapitalisme jelas telah gagal mengatasi berbagai persoalan hidup kita, termasuk persoalan tawuran. Kita butuh sistem yang memiliki konsep jelas dan tegas dalam menyelesaikan masalah ini, dan satu-satunya sistem itu adalah sistem Islam.

Dalam Islam, negara akan menjadikan akidah Islam sebagai dasar negara, di mana seluruh aturan yang berlaku didasari asas keimanan. Negara akan memahamkan umat tentang aktivitas yang memiliki standar baik atau buruk, menghasilkan pahala atau dosa, dan mengakibatkan masuk ke dalam surga atau neraka, jadi kita harus berhati-hati dalam bersikap atau bertindak karena setiap perbuatan akan dihisab. Negara juga akan menerapkan sistem pendidikan Islam, di mana pendidikan agama mendapat porsi selayaknya. Dengan pendidikan agama, akan lahir generasi-generasi yang taat pada Rabb-nya, generasi yang memiliki visi akhirat dan memiliki pemahaman yang benar tentang tujuan bidup, yakni mencapai ridha Allah Swt semata bukan harta atau kesenangan dunia lainnya.

Dalam menyelesaikan persoalan tawuran, Islam juga akan memberlakukan sanksi yang tegas. Dalam Islam anak yang sudah baligh sudah terkena hukum syariat, karena mereka adalah anak yang sudah bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Jika terbukti bersalah maka harus dihukum sesuai dengan perbuatannya. Dengan sistem sanksi seperti ini tentu akan bisa mengatasi bahkan menghilangkan kasus tawuran remaja tanpa harus melarang mereka ke luar rumah atau memasukkan mereka ke panti rehabilitasi yang belum tentu membuat mereka berintropeksi diri.
Wallahualam bis shawab.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here