Kliksumatera.com, PALEMBANG- Kapolda Sumsel, Irjen Pol A Rachmad Wibowo SIK membuka pelatihan peningkatan profesi penyidik dan penyidik pembantu dalam investigasi Gakkum Karhutla di auditorium lantai 7 gedung presisi Mapolda Sumsel, Senin (6/3).
Irjen Pol Rachmad mengatakan, bahwa flashback ke 2015, 2019 lalu, pas empat tahun yang lalu, Sumsel mengalami kebakaran hutan yang cukup luar biasa, bukan hanya di pulau Sumatera saja tapi juga hampir di seluruh provinsi yang ada di Indonesia. “Setahu saya dari antara situasi komi yang tidak ada kebakaran hutan dan lahan itu hanya provinsi DKI Jakarta, di lain tempatnya ada termasuk di NTT itu juga banyak sekali karhutla,” ujarnya.
Khususnya untuk daerah Sumatera dan Kalimantan kita mendapat film khusus dari dunia International, Singapura itu mengeluarkan Undang-Undang yang Namanya Trans Boundery Haze Pollution atau Undang-Undang Lintas Batas, dimana dalam Undang-Undang itu memberi kewenangan kepada penyidik di Singapura untuk melakukan investigasi dimanapun titik asap itu berada. “Artinya kedaulatan kita merasa terganggu kalua seandainya itu sampai dilakukan oleh Singapura. Kita memang pernah ada penyidik asing melaksanakan investigasi wilayah hukum Republik Indonesia seperti tahun 2002,” katanya.
Ketika ada bom di Bali itu banyak penyidik dari negara-negara yang warga negaranya menjadi korban adapun penyidik-penyidik yang warga negaranya tidak menjadi korban bom Bali itu datang ke Indonesia untuk memberikan bantuan teknis dan informasi intelejen tetapi itu berdasarkan MOU. “Berdasarkan kesepakatan pada saat itu kepolisian kita terkejut dengan adanya kejadian bom yang sangat besar sehingga kita perlu bantuan negara asing untuk membantu penyidikan, kalo seandainya terjadi karhutla datang penyidik asing tanpa MOU tanpa kesepakatan masuk ke wilayah hukum negara kita tentunya itu merupakan suatu hal yang tidak menghormati kedaulatan suatu bangsa,” tambahnya.
Kebakaran hutan juga terjadi di banyak negara pada tahun 1996-1997 ketika saya pertama kali berkunjung tugas ke Amerika Serikat untuk bekerja sama dengan Los Angeles Department kemudian saya diajak jalan-jalan ke Hollywood Side pada sebuah tempat yang tulisan Hollywoodnya berada dibukit.
“Ketika saya berada di tempat itu di bukit itu saya melihat beberapa banyak sekali papan-papan peringatan untuk mencegah terjadinya karhutla, seperti “no smoking”, “hati-hati kalau membakar”, kemudian mereka juga menyiapkan kantong-kantong untuk tempat sampah karena dengan membuang bahan-bahan yang mudah terbakar ditempat itu,” ungkapnya.
Maka kebakaran akan terlokalisir dan tidak menjadi luas, bahkan di Australia beberapa tahun yang lalu ketika terjadi kebakaran hutan yang besar kemudian menimbulkan korban jiwa yang cukup banyak karena apinya juga bukan hanya membakar hutan tetapi juga membakar kampung. Indonesia mengirimkan tim DVI (disaster victim identification) ke Australia untuk membantu mengidentifikasi korban. “Itu dulu ilmu kita dapat dari Australia ketika bom Bali pertama, dan ketika mereka kena musibah kita bantu juga mereka seperti itu. Artinya kebakaran hutan ini merupakan isu internasional yang harus di atensi,” jelasnya.
Bukan hanya terkait kerugian asap kemudian nanti gangguan infeksi saluran pernapasan, tetapi juga terkait dengan global warming terkait dengan kenaikan suhu dimuka bumi. “Kemudian saat saya menjadi Kapolda Jambi saya kebetulan memiliki hubungan yang cukup baik dengan beberapa federal agent dari FBI, ada yang Namanya David dia sudah tidak bertugas di FBI kemudian dia bertugas di Disitar suatu Lembaga yang memberikan bantuan kepada Indonesia kepada Polri terkait dengan capacity ability. Memberikan pelatihan kepada penyidik-penyidik di Wilayah Sumatra, saya tanya waktu itu pesertanya dari Riau, Sumsel, Jambi sudah pasti karena kita sebagai bossnya kemudian daerah-daerah yang rawan karhutla. Pelatihan ini Namanya past insiden atau setelah terjadi insiden, ini sangat perlu saya harus berterimakasih kepada tim pak harjanto dan kawan-kawan karena akan memberi, mensharing informasi dan knowledgenya tentang bagaimana penyidik kejadian karhutla untuk menentukan tersangkanya, kemudian saya berharap ilmu ini tidak digunakan, harus diketahui tapi tidak digunakan karena kalau digunakan berarti sudah ada asap, sudah ada api. Ini unit 3 disitu kalau tidak salah ada 6 unit yang diberikan slidenya cukup banyak, dan 1 slide itu ada yang sampai 40 halaman dan 1 unitnya ada A, B, C, D, E, F. Nanti semuanya akan saya serahkan pada subbid tim, subbid tim akan serahkan pada pak diskrimsus untuk di pelajari dan di compare dengan ilmu pengetahuan yang akan disharing pak Harjanto, nanti kita punya praktisnya cara mengungkap kebakaran hutan dan lahan. Semuanya dalam Bahasa inggris minta tolong kepada pak dirreskrimsus diterjemahkan supaya lebih bisa dipahami untuk rekan-rekan sekalian. Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan tentang pelatihan olah TKP investigasi karhutla sebagai suatu ilmu yang perlu kita pelajari tapi saya harap tidak digunakan yang paling penting adalah pencegahan sebesar apapun api, saya perna datang ke daerah bupe ga akan sanggup kita untuk memadamkannya,” tuturnya.
Makanya di satgas karhutla yang didatangi gubernur itu ada satgas darat, satgas udara, satgas air, satgas tingkat, satgas cekat, tambah satu lagi satgas doa, kalo sudah tidak mampu hanya bisa berdoa pada Tuhan supaya diturunkan hujan. ”Saya juga melaksanakan penegakan hukum di Jambi sekecil apapun itu harus dilakukan penegakan hukum dan diekspos. Satu peristiwa di daerah Tanjung Jambu Barat, diam untuk mengambil madu dari pohon, dimana sarang lebah itu masih banyak lebahnya kemudian diambil bambu, dikasih karung, dikasih minyak tanah, dibakar bukan cuma lebahnya saja pergi tetapi juga lahan-lahannya terbakar. Kita tangkap, kita periksa, tapi tidak kita tahan, tetapi kita ekspos itu yang penting, setiap ada pelaku pembakaran hutan tidak harus ditahan tetapi harus diekspos supaya masyarakat tahu dan sebagai efek jeranya. Kemudian nanti rekan-rekan akan berhadapan juga dengan pelaku individu maupun badan hukum, di Jambi juga ada sampai penyidiknya dicopot, dipindahkan, diperiksa polpam, karena dia melindungi badan hukum, tapi masyarakat di era sekarang semua sudah punya akses, datanglah komisi 3 ditanya berkas itu bagaimana ternyata mandek. Jadi tegakan hukum tanpa pandang bulu tetapi tetap pakai hati nurani,” tandasnya.
Laporan : Yudi
Editing : Imam Gazali