Oleh : Khurunninun
Kemiskinan adalah masalah global yang masih menggerogoti banyak negara, termasuk Indonesia. Upaya telah dilakukan untuk mengurangi angka kemiskinan, realitasnya menunjukkan bahwa sistem kapitalisme sering kali menjadi penghalang bagi terciptanya kesejahteraan yang merata. Meskipun ada hari peringatan untuk memperingati kemiskinan, yaitu Hari peringatan Internasional untuk Penghapusan Kemiskinan setiap 17 Oktober seperti yang dilansir dari MEDIAINDONESIA.COM. Setiap tahunnya, peringatan Hari Pengentasan Kemiskinan Internasional mengajak Masyarakat dunia untuk bersama-sama menyuarakan pentingnya menghapuskan kemiskinan. Tanggal 17 Oktober menjadi momentum bagi kita merenungkan peran yang bisa kita ambil, baik sebagai individu maupun kolektif, dalam mengatasi masalah sosial yang mendalam ini. (17/10/2024)
Walaupun upaya penghapusan kemiskinan sudah diperingati semenjak tahun 1987 tetapi semakin hari kemiskinan di dunia justru malah semakin meningkat ada beberapa data yang mempresentasikan bahwa kemiskinan mengalami pertambahan pada setiap tahunnya. Seperti data dari Bank Dunia (2020) : sekitar 689 juta orang hidup dalam kemiskinan ekstrim (di bawah $1,90 per hari). Seperti halnya juga data dari UNDP (2021) : Sekitar 1,3 miliar orang hidup dalam kondisi multidimensi kemiskinan, mencakup kekurangan dalam pendidikan, Kesehatan, dan standar hidup. Bahkan Ketika masa pandemi COVID-19 juga memberikan kontribusi dalam meningkatnya jumlah kemiskinan yang ada, dikutip data Oxfam (2022) : Selama pandemi COVID-19, miliader global menambahkan kekayaan sebesar $ 3,9 triliun, sementara 255 juta orang diperkirakan jatuh ke dalam kemiskinan ekstrem.
Semua peningkatan kemiskinan itu disebabkan dari beberapa factor seperti Krisis ekonomi, ketidakmerataan distribusi kekayaan, perubahan iklim, dan konflik terus berkontribusi pada peningkatan angka kemiskinan.
Salah Kaprah dalam Mencari Solusi
Di tengah perdebatan tentang cara mengatasi kemiskinan, muncul sejumlah anggapan yang tidak selalu tepat. Misalnya, ada tanggapan bahwa mengganti pemimpin akan otomatis menyelesaikan masalah. Sementara kepemimpinan yang baik tentu penting, tanpa perubahan sistematik yang lebih dalam, pergeseran individu di posisi puncak tidak akan membawa perubahan berarti.
Demikian pula, pemberdayaan Perempuan dan kehadiran pemimpin Perempuan dalam pemerintahan sering kali dianggap sebagai Solusi Ajaib. Aspek ini tidak dapat menyelesaikan kemiskinan secara menyeluruh tanpa didukung dengan struktur ekonomi yang memadai.
Ada juga anggapan bahwa belajar di luar negeri adalah kunci untuk mengentaskan kemiskinan. Studi yang diterbitkan di Internasional Journal of Educational Research menunjukan bahwa lulusan yang kembali dari luar negeri berkontribusi pada pengurangan kemiskinan. Namun, hal ini tidak menjamin bahwa semua lulusan akan membawa perubahan signifikan tanpa adanya dukungan sistem yang memadai.
Selama sistem kapitalisme masih mendominasi, kemiskinan akan terus menjadi masalah bagi masyarakat dunia. Karena sistem kapitalisme didesain untuk memaksimalkan keuntungan bagi pemilik modal, sering kali mengorbankan kesejahteraan rakyat. Dalam prosesnya, hanya segelintir orang yang mendapatkan manfaat, sementara mayoritas harus berjuang dalam kondisi yang semakin sulit. Rakyat sering kali diabaikan dalam kebijakan ekonomi, sehingga ketimpangan sosial semakin melebar.
Walaupun ada berbagai upaya untuk mengatasi kemiskinan, seperti program bantuan sosial, pemberdayaan Perempuan, bahkan usulan belajar di luar negeri, hasilnya sering kali meleset. Ini karena solusi yang ditawarkan tetap berada dalam kerangka kapitalis yang tidak menyentuh akar permasalahan. Ketika sistem tetap berfokus pada keuntungan, kemiskinan tidak akan teratasi secara menyeluruh.
Sistem kapitalisme ini akan selalu menciptakan siklus kemiskinan yang sulit diputus, di mana generasi demi generasi terjebak dalam keadaan yang sama. Tanpa adanya komitmen untuk mengubah cara pandang terhadap ekonomi dan kesejahteraan sosial, kemiskinan akan terus menjadi masalah yang tak terhindari.
Dalam menghadapi tantangan kemiskinan yang berkelanjutan. Penerapan Islam Kaffah menawarkan Solusi yang komprehensif dan efektif untuk mengentaskan kemiskinan. Sebagai sistem yang ditetapkan oleh Allah SWT, Islam menyediakan berbagai pedoman dan prinsip yang tidak hanya menyentuh aspek spiritual saja, tetapi juga mencakup dimensi sosial dan ekonomi, sehingga dapat mengatasi berbagai persoalan manusia, termasuk kemiskinan.
Islam Kaffah menempatkan pemimpin atau kepala negara sebagai ra’in (penggembala), yang bertugas memenuhi kebutuhan rakyat. Dalam sistem ini, pemimpin diharapkan untuk tidak hanya menjalankan kekuasaan, tetapi juga menjalankan tanggung jawab sosialnya untuk melindungi dan mensejahterakan rakyat. Dengan memahami peran ini, pemimpin dapat menciptakan kebijakan yang mendukung kesejahteraan seluruh masyarakat, bukan hanya segelintir orang.
Sistem Ekonomi Islam, yang merupakan bagian dari penerapan Islam Kaffah, memiliki berbagai konsep yang dirancang untuk mewujudkan kesejahteraan. Salah satu prinsip utama adalah keadilan dalam distribusi kekayaan. Dalam mendorong mekanisme redistribusi melalui zakat, infak, dan sedekah, yang dapat membantu mengurangi kesenjangan antara kaya dan miskin. Selain itu, larangan terhadap riba mendorong transaksi yang lebih adil dan berkelanjutan, sehingga mengurangi beban utang bagi masyarakat.
Ukuran kesejahteraan dalam Islam bersifat lebih riil dan komprehensif, menilai kesejahteraan individu berdasarkan kebutuhan dasar. Termasuk Pendidikan, Kesehatan, dan lingkungan yang baik, dalam penerapan Islam Kaffah, setiap individu dipandang sebagai bagian penting dari masyarakat, sehingga perhatian terhadap kesejahteraan mereka menjadi prioritas utama.
Negara sebagai ra’in dan junnah (perisai) harus aktif dalam menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan sosial. Hal ini dapat dilakukan dengan menyediakan akses terhadap Pendidikan berkualitas , pelayanan Kesehatan yang memadai, dam peluang kerja yang adil. Ketika negara menjalankan perannya dengan baik, masyarakat akan merasakan manfaatnya secara langsung, sehingga mengurangi angka kemiskinan secara signifikan.
Dengan menerapkan prinsip-prinsip Islam Kaffah, kita tidak hanya berbicara tentang mengentaskan kemiskinan, tetapi juga menciptakan masyarakat yang adil dan sejahtera. Setiap individu berhak mendapatkan perhatian dan dukungan untuk mencapai potensi maksimalnya. Dalam konteks ini, penerapan Islam Kaffah bukan sekedar solusi jangka pendek, tetapi sebuah pendekatan holistik yang dapat membawa umat manusia menuju kehidupan yang lebih baik.
Dengan demikian, penerapan Islam secara keseluruhan adalah jalan yang harus ditempuh untuk mencapai kesejahteraan yang berkelanjutan. Melalui sistem yang terintegrasi dan berbasis nilai-nilai Islam, kita dapat mewujudkan Masyarakat yang tidak hanya bebas dari kemiskinan, tetapi juga membawa umat manusia ke arah yang lebih baik. Wallahua’lam ….