Mabuk Kecubung, Rusak Generasi Asuhan Sekularisasi dan Liberalisasi

0
90

Oleh : Riska Umma Fatih

Mabuk lagi ah, mabuk lagi…
Demikianlah, sepenggal lirik yang mengambarkan sebuah aktivitas yang lagi marak Belakangan ini, dilansir dari laman tirto.id (11/7/2024), di Kalimantan Selatan sedang marak para pemuda mabuk kecubung. Peristiwa ini membuat sekitar 44 warga dirawat di Rumah Sakit Jiwa, dan yang lebih miris lagi mabuk kecubung ini memakan korban, Dua warga Banjarmasin tewas setelah mengonsumsi kecubung yang dioplos dengan obat-obatan terlarang dan alkohol.

Menurut Kapolresta Banjarmasin Kombes Pol Cuncun Kurniadi, kecubung dapat membuat akal manusia tidak bisa membedakan antara nyata dan ilusi, dapat menyebabkan gangguan mental, baik sementara maupun permanen. Pada kondisi terburuk bahkan dapat menyebabkan kehilangan nyawa. Oleh karenanya ia menghimbau agar tidak mengkonsumsi kecubung.

Pemuda adalah harapan dari suatu bangsa. Tanpa adanya peran pemuda sebuah Bangsa akan sulit melakukan perubahan, pemuda menjadi komponen penting yang perlu dilibatkan dalam pembangunan sebuah bangsa, karena kuat fisiknya, inovatif dan kreatif.

Tapi sangat disayangkan, pemuda saat ini telah tersusupi invasi pemikiran sekularisasi dan liberalisasi menghasilkan permisivisme (free sex, L687QI), hedonisme, konsumtivisme (fenomena CFW), dan premanisme (narkoba, tawuran, aborsi, bulliying, dan lain-lain), termasuk Kasus mabuk kecubung. Tentunya apa yang dilakukan para pemuda ini bukan terjadi begitu saja, akan tetapi dikarenakan rusaknya aturan yang dianut oleh para pemuda ini.

Islam begitu mencintai generasi muda. Dilansir dari Umma.id potret dari pemuda muslim pada masa Rasulullah SAW hidup sekalipun hanya sebagian yang termuat karena terlalu banyak pemuda muslim luar biasa. Salah satunya Usamah bin Zaid. Di usianya yang baru 18 tahun, ia mampu menjadi pemimpin untuk para anggotanya yang pada saat itu yang termasuk anggota adalah abu bakar dan Umar Ibnu Khattab untuk menghadapi pasukan terbesar. Kemudian Al Arqom bin Abi Arqom, pada usianya yang ke-16 tahun, ia telah menjadikan rumah nya selama 13 tahun sebagai tempat berdakwahnya Rasulullah SAW kepada para sahabat.

Terlahirnya generasi muslim yang hebat bukan semata-mata karena takdir, melainkan ini bukti sempurnanya Islam sebagai pengaturan yang turun dari Allah dalam mendidik generasi. Tak berhenti di masa Rasulullah SAW, kegemilangan generasi muslim terus berlanjut di masa Kekhilafahan seusai Rasulullah SAW wafat. Salah satunya di saat masa Kekhalifahan Turki Utsmani. Dimana Muhammad Al-Fatih pemuda penakluk Konstantinopel melanjutkan kepemimpinan sang ayah. Selain ketaqwaan yang luar biasa beliau ahli taktik militer, rajin ibadah, bahkan tak pernah meninggalkan shalat malam dan rawatibnya.

Terlahirnya pemuda-pemuda di atas, karena diterapkan Islam dalam mendidik. Pendidikan tersebut dilakukan sesuai dengan Islam. Dilansir dari mediaumat.id (09/08/2017) islam begitu rinci dalam memberikan pengaturan pendidikan generasi. Dimulai dari pendidikan usia dini, di mana anak ditanamkan akidah untuk membentuk keimanan kepada Allah SWT, mengenal Al-Qur’an dan menjelaskan hukum-hukum syara’ dalam kehidupan. Hal ini dilakukan karena pada anak usia dini mudah sekali terbentuk, sehingga penting untuk menanamkan ketaatan sejak usia dini.

Dengan ketaatan kepada Allah SWT maka rasa kemanusiaan itu pasti akan dimiliki oleh generasi. Setelah memiliki pengetahuan yang kuat, maka Islam mengajarkan orang tua untuk mengajarkan anaknya berbuat sesuai dengan syariat, seperti puasa, zakat, sholat, hingga berjihad. Seperti Abdullah bin Zubair sudah diajak berperang oleh ayahnya saat usianya masih 8 tahun. Dia dibonceng di belakang ayahnya di atas kuda yang sama. Agar anak memahami bagaimana aktivitas ketaatan dalam Islam dan dicontohkan oleh orang tua.

Semua memiliki kesibukan masing-masing sesuai fitrahnya. Dengan bermodal pola pikir dan pola sikap Islam, maka pada masa khilafah hanya keamanan yang dirasakan oleh pemuda-pemudi muslim atas segala penerapan hukum Islam. Rasa kemanusiaan juga akan dimiliki oleh seluruh generasi karena mereka jauh dari pola pikir yang buruk.

Aktivitas dari pemuda-pemudi muslim semua hanya diorientasikan untuk ketaatan kepada Allah SWT. Pengetahuan sains dan teknologi juga begitu difasilitasi oleh negara, sehingga pemuda-pemudi muslim bahkan non muslim pun memiliki fasilitas pendidikan yang sama untuk mendapatkan pengetahuan. Namun untuk pemuda muslim yang memang sudah terwujud kepribadian Islam, maka segala pengetahuannya hanya ditujukan untuk menyebarkan Islam kepada seluruh penjuru negeri. Begitu gemilangnya sistem dalam Islam. Wallahu a’lam bi ash-shawab.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here