Kliksumatera.com, INDRALAYA– Tenggelamnya perahu ketek yang ditumpangi 13 orang di Sungai Batang Hari, Kelurahan Tanjung Atap, Kecamatan Tanjung Batu, Kabupaten Ogan Ilir (OI), Selasa (26/5/2020) siang sekitar setahun yang lalu menyisakan cerita duka mendalam.
Tim Kliksumatera.com, Minggu (13/56/2021) sempat menyusurinya saat perjalanan menuju makam Sayyid Umar Baginda Sari yang berjarak 2 Kilometer dari Desa Tanjung Atap.
Didampingi Kepala Desa (Kades) Tanjung Atap, Firmansyah SSi MM dan Kepala Dusun (Kadus) Tanjung Atap III, Musaddad, tim menumpang perahu yang dikemudikan dengan cara menual menggunakan dayung kayu. Tim juga didampingi oleh warga setempat yang menggunakan perahu lain.
Jarak tempuh yang diperlukan hanya sekitar 30 menit untuk tiba di makam Sayyid Umar Baginda Sari yang merupakan Wali Allah SWT keturunan ke-7, dan yang dikenal pembawa Islam di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI). “Saat itu, Kabupaten Ogan Ilir masih menjadi bagian dari Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI),” terang Firmansyah.
Menurut Firmansyah, makam tersebut setiap hari raya Islam seperti Idulfitri dan Idul Adha sering dikunjungi oleh para peziarah yang datang dari lokal maupun luar desa. “Hampir setiap hari besar, seperti Lebaran tahun ini banyak yang melakukan ziarah ke makam. Baik masyarakat di sini yang berkunjung, tapi lebih dari itu dari masyarakat dari luar pun sering datang ke makam,” ucap Firmansyah.
Apakah ke depan makam tersebut akan dijadikan tujuan wisata? “Saya tidak akan bisa mengatakan hal tersebut, karena sampai kapan pun tidak akan menjadikan makam tersebut menjadi tempat wisata religi. Kami takut akan akibat. Namun jadi kebiasaan dan rutinitas, setiap Idulfitri dan Idul Adha masayrakat yang kenal dengan makam ini akan datang berziarah,” ungkapnya.
Tim Kliksumatera.com sempat berhenti persis di lokasi tenggelamnya perahu ketek. Di tempat kejadian perkara (TKP), kedalaman air sekitar 7-8 meter itu masih terpasang police line di pinggir di atas tanah sekitar setahun yang lalu. Tidak jauh ada jembatan yang belum jadi.
“Saat ini sedang musim air di Sungai Batang Hari ini sedang mengalami Aik Dalam (air meninggi). Jika tidak sedang aik dalam, bisa berjalan kaki menuju makam,” katanya.
Firmansyah mengungkapkan, secara kebetulan Selasa (26/5/2020) setahun yang lalu atau pada lebaran ke-3, guru-guru SMP-SMA Nurul Yakin, usai salat Zuhur hendak berziarah ke makam, namun baru setengah perjalanan terjadilah kecelakaan.
“Perahu ketek oleng dan sebanyak 13 orang tenggelam. Penumpang yang selamat 7 orang, 4 meninggal dunia dan sebanyak 2 orang masih dalam perawatan. Korban sempat dibawa dan dievakuasi, setelah di puskesmas meninggal dunia. Karena menduga setelah tenggelam selama 1 jam mungkin ke 4 korban sudah meninggal dunia,” ungkap Firmansyah.
Firmansyah menambahkan, perahu ketek yang ditumpangi oleh korban diduga kuat mengalami over kapasitas. Dan Perahu yang digunakan sudah dimodifikasi menggunakan mesin dengan kekuatan standar. Hanya saja kapasitas keretek sudah over kapasitas.
“Yang seharusnya maksimal 8 penumpang, namun ditumpangi 13 orang. Sekaligus baik keretek, sedangkan pemilik perahu keretek juga sudah menyarankan untuk dua kali mengangkut, namun menurut keterangan yang kami dapat, korban ingin sekaligus diangkut karena ingin kebersamaan,” tutup Firmansyah yang merupakan mantan wartawan Sumeks ini.
Laporan : Tim
Posting : Imam Ghazali