
Oleh: Letkol Arh Doman Endro Pramono (Dansatgas 1601/Sumba Timur)
Kliksumatera.com, Desa Kaliuda, Kecamatan Pahunga Lodu, Kabupaten Sumba Timur, menyajikan panorama alam yang begitu memukau. Siang itu, matahari membakar langit dengan cahayanya yang garang, menyiramkan sinar keemasan di hamparan sawah yang terbentang luas. Udara bergetar oleh panas, tetapi angin semilir sesekali bertiup, membawa aroma tanah basah yang bercampur dengan dedaunan kering. Peluh mengalir di pelipis saya, namun langkah tetap mantap menyusuri pematang sawah yang sempit, setiap pijakan meninggalkan jejak di tanah yang lunak. Sejauh mata memandang, lahan pertanian ini seperti lautan hijau yang menyimpan harapan besar—harapan bagi para petani yang menggantungkan hidupnya pada kemurahan alam, pada keseimbangan air dan tanah, serta pada usaha mereka sendiri yang tak mengenal lelah.
Tinjau Pembangunan irigasi yang menjadi sasaran kegiatan TMMD
Di kejauhan, seorang pria tua tampak membungkuk, mencangkul tanah dengan penuh ketekunan. Lumpur menempel di wajah dan lengannya, menjadi saksi bisu atas perjuangannya. Kakinya yang sebagian terbenam dalam lumpur seakan menyatu dengan alam yang telah memberinya penghidupan bertahun-tahun lamanya. Saya menghentikan langkah, mengamati gerakan tangannya yang lincah meski usia tak lagi muda.
“Selamat Siang, Pak…” suara saya memecah kesunyian, membuatnya menoleh dengan tatapan terkejut.
“Iya…selamat siang,” jawabnya dengan senyum kecil yang tersungging di bibirnya. “Pak Tentara mau ke mana?”
Saya melangkah mendekat, mengulurkan tangan. Ia menyeka telapak tangannya di celananya yang penuh tanah sebelum menjabat erat tangan saya. Namanya Pak Rahmad, seorang petani yang telah menghabiskan puluhan tahun hidupnya di sini, bergantung sepenuhnya pada tanah yang kini mulai kering. Saya melirik ke arah cangkul yang masih tertancap, mengalihkan pandangan ke aliran air kecil yang berjuang melewati celah-celah tanah pecah.
“Sudah lama begini, Pak?” tanya saya, menatap aliran air yang nyaris tak bergerak.
Pak Rahmad mengangguk, napasnya tertahan sesaat sebelum ia menjawab, “Sejak hujan makin jarang turun. Kami selalu berharap, tapi entah sampai kapan kami harus begini.”
Di sinilah inti permasalahan mereka. Air. Tak ada yang lebih berharga bagi petani selain air yang mengalir lancar ke lahan mereka. Hujan adalah tumpuan, tetapi ketidakpastian selalu menjadi bayang-bayang yang mengkhawatirkan. Inilah alasan utama TMMD ke-123 Kodim 1601/Sumba Timur menjadikan pembangunan irigasi sebagai program utama. Kami tak ingin hanya meninggalkan jejak kaki di sini, tapi juga jejak perubahan yang nyata bagi mereka yang menggantungkan hidupnya pada pertanian.
Jejak Perubahan
perjuangan satgas untuk menditribusikan matrial pembangunanirigasi
Meski irigasi ini masih dalam tahap pembangunan, warga sudah mulai merasakan harapan baru. Mata Pak Rahmad berbinar saat saya menjelaskan rencana kami. “Kalau air bisa sampai ke sawah, kami tak perlu lagi mengandalkan hujan. Panen kami akan lebih pasti,” ucapnya penuh keyakinan.
Saya berpamitan, meninggalkan Pak Rahmad yang kembali sibuk dengan pekerjaannya. Langkah saya menuju lokasi pembangunan irigasi memperlihatkan pemandangan yang tak kalah mengesankan—para prajurit Satgas TMMD bekerja tanpa lelah, memanggul batu dan material di atas pematang sawah yang sempit. Seperti para petani, mereka pun harus berhati-hati agar tidak tergelincir di atas tanah yang licin dan berlumpur. Bukan pekerjaan yang mudah, tetapi tak satu pun dari mereka mengeluh. Setiap batu yang mereka angkat, setiap adukan semen yang mereka tuangkan, adalah bagian dari perjuangan besar untuk masa depan yang lebih baik.
Dukungan masyarakat tak kalah luar biasa. Kebersamaan dan gotong royong yang ditunjukkan oleh warga sejalan dengan pesan Asisten Administrasi Umum Lu Pelindima, S.Sos., yang mewakili Bupati Sumba Timur Drs. Khristofel A. Praing, M.Si., saat menghadiri upacara pembukaan TMMD Ke-123. Beliau menegaskan bahwa pembangunan bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau Satgas TMMD semata, tetapi milik seluruh masyarakat. “Hanya dengan kebersamaan, kita dapat menciptakan perubahan yang nyata dan berkelanjutan,” tambahnya.
Membangun Masa Depan
Selain pembangunan irigasi, TMMD ke-123 juga menyentuh aspek spiritual masyarakat. Gereja GKS Hanggaroru direnovasi, dari pengecatan, pemasangan plafon, hingga pembuatan teras yang lebih nyaman bagi jemaat. Saya sempat berbincang dengan Ibu Maria, salah satu jemaat gereja. Wajahnya berseri saat menceritakan bagaimana renovasi ini telah memberikan kebahagiaan bagi mereka.
Perehaban Gereja GKS Hanggaroru yang menjadi sasaran kegiatan TMMD
“Kami jadi lebih nyaman beribadah, Pak. Sekarang gereja kami terlihat lebih indah dan rapi,” katanya dengan mata berbinar.
Tak hanya itu, akses menuju gereja pun diperbaiki. Jalan sepanjang ±100 meter yang sebelumnya berbatu dan sulit dilewati saat hujan kini diperkeras agar jemaat tak lagi kesulitan datang beribadah.
Namun, air bukan hanya kebutuhan untuk pertanian dan ibadah. Ia adalah sumber kehidupan. Oleh karena itu, program TMMD juga membangun sumur bor dan fasilitas sanitasi berupa MCK. Tanpa air bersih dan sanitasi yang layak, kesehatan masyarakat akan terancam. Selain itu, program rehabilitasi rumah tak layak huni (RTLH) juga berjalan, membantu warga seperti Bapak Daniel yang selama ini tinggal di rumah yang hampir roboh. Kini, rumahnya perlahan berdiri kokoh dengan atap dan dinding baru yang lebih layak.
RTLH salah satu warga yang telah selesai di bangun
Kepala Desa Kaliuda, Kristanto Umbu Windi, S. Sos., turut memberikan pandangannya tentang perubahan yang terjadi di desanya berkat TMMD. “Kami sangat bersyukur atas bantuan ini. Kehadiran TMMD tidak hanya membawa pembangunan fisik tetapi juga menumbuhkan semangat gotong royong di antara warga. Dengan adanya irigasi, air bersih, dan rumah yang lebih layak, masyarakat bisa hidup lebih sehat dan lebih produktif. Ini bukan sekadar proyek, tetapi sebuah perubahan nyata yang akan dirasakan hingga bertahun-tahun ke depan,” ujarnya dengan penuh rasa terima kasih.. Ia adalah sumber kehidupan. Oleh karena itu, program TMMD juga membangun sumur bor dan fasilitas sanitasi berupa MCK. Tanpa air bersih dan sanitasi yang layak, kesehatan masyarakat akan terancam. Selain itu, program rehabilitasi rumah tak layak huni (RTLH) juga berjalan, membantu warga seperti Bapak Daniel yang selama ini tinggal di rumah yang hampir roboh. Kini, rumahnya perlahan berdiri kokoh dengan atap dan dinding baru yang lebih layak.
Penyuluhan yang menajdi salah satu sasaran non fisik
Lebih dari sekadar membangun infrastruktur, TMMD juga menyentuh aspek non-fisik melalui berbagai penyuluhan. Para petani diajarkan teknik pertanian modern dan cara mengelola air lebih efektif. Anak-anak mendapat pelajaran tambahan tentang kebersihan dan kesehatan. Bahkan, ada penyuluhan tentang bela negara untuk menanamkan rasa cinta tanah air sejak dini.
Penutupan TMMD Ke-123: Mengukir Sejarah Pembangunan di Sumba Timur
Mayjen TNI Muhammad Zamroni pimpin upacara penutupan TMMD
Kesuksesan TMMD Ke-123 yang digelar oleh Kodim 1601/Sumba Timur semakin sempurna dengan kedatangan Pangdam IX/Udayana Mayjen TNI Muhammad Zamroni, S.I.P., M.Si. dalam upacara penutupan yang berlangsung khidmat dan penuh makna. Dalam kesempatan tersebut, Pangdam IX/Udayana menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam mensukseskan program ini, mulai dari prajurit Satgas TMMD hingga masyarakat setempat yang turut bergotong royong.
Mayjen TNI Muhammad Zamroni menegaskan bahwa keberhasilan program TMMD bukan hanya diukur dari pembangunan fisik yang telah terealisasi, tetapi juga dari semangat kebersamaan yang terjalin di tengah masyarakat. “Kebersamaan antara TNI dan masyarakat dalam membangun daerah merupakan inti dari TMMD. Ini bukan sekadar proyek infrastruktur, tetapi upaya kita bersama untuk meningkatkan kesejahteraan dan memperkuat persatuan bangsa,” ujar Pangdam IX/Udayana dalam sambutannya.
(irigasi)
Mayjen TNI Muhammad Zamroni beserta rombongan tinjau pembangunan irigasi
Sebagai bagian dari upacara penutupan, pembagian paket sembako turut mewarnai momen ini sebagai bentuk kepedulian kepada warga yang membutuhkan. Selain itu, Mayjen TNI Muhammad Zamroni beserta rombongan juga melaksanakan kunjungan ke beberapa titik proyek TMMD, termasuk rehabilitasi rumah tak layak huni (RTLH) dan pembangunan irigasi. Melihat progres pembangunan yang telah berjalan, beliau menekankan pentingnya keberlanjutan program agar manfaatnya dapat dirasakan dalam jangka panjang oleh masyarakat Desa Kaliuda dan sekitarnya.
Mengalirkan Harapan
Saya memandang langit yang mulai meredup, matahari perlahan turun di balik bukit. Sore ini, saya merasa lebih yakin dari sebelumnya—kehadiran TMMD di Desa Kaliuda bukan sekadar tentang pembangunan fisik. Ini adalah tentang harapan. Tentang kehidupan yang lebih baik untuk mereka yang setiap hari berjuang di tanah ini.
Pembangunan irigasi yang merupakan sasaran utama dalam kegiatan TMMD
Saya melangkah pulang, meninggalkan jejak di tanah yang sama yang telah menjadi saksi bisu perjalanan panjang para petani. Dalam hati, saya berdoa agar setiap tetes keringat yang jatuh di sini membawa berkah, dan setiap usaha yang dilakukan membuahkan hasil. Karena bagi kami, TMMD bukan hanya tugas, melainkan panggilan untuk mengabdi kepada negeri. Meniti asa di tanah yang subur, mengalirkan harapan di setiap aliran air yang menghidupi kehidupan.(*)


