Para Bocil Jadi Pemalak, Potret Buruk Remaja Kapitalis

0
58

Oleh : Amy Sarahza

Aksi penyakit masyarakat masih marak terjadi di Jalinsum Palembang-Indralaya wilayah Ogan Ilir yang meresahkan warga pengguna jalan. Terbaru, aksi pemalakan yang mengancam sopir truk, terjadi di Jembatan Kurung di Jalinsum Palembang-Indralaya. Laporan dari masyarakat, para pemalak itu tidak segan melempar kendaraan menggunakan batu dan kayu jika tidak diberi uang. Mirisnya pelaku masih berusia remaja.

Kanit Turjawali Sat Samapta Polres Ogan Ilir, Aipda Beni Harmoko, bersama anak buahnya lalu bergegas ke lokasi yang dimaksud dan menemukan tujuh orang pelaku pemalakan sedang berdiri di pinggir jalan. Para pelaku yang rata-rata berusia 15 hingga 17 tahun itu sempat mengelabui petugas dan mengaku hanya mengatur lalu lintas. Setelah diinterogasi, para pelaku mengakui perbuatan mereka. Jadi memang berdiri di tengah jalan seakan mengatur lalu lintas, tapi memaksa minta uang.

Selain di Jembatan Kurung, para bocil pemalak ini melakukan aksi serupa di kolong Fly Over Simpang Kramasan dan di depan Gerbang Tol Kramasan. Bagi pelaku di bawah umur, setelah didata dan dibina, selanjutnya dikembalikan kepada orangtua mereka. Atau diserahkan ke Panti Sosial Rehabilitasi Anak Bergadapan Dengan Hukum (PSRABH) yang berlokasi di Indralaya. ( sumsel.tribunnews.com 07 mei 2024).

Setiap pemuda harus nya menghargai dan memanfaatkan masa mudanya, karena itu adalah masa keemasan baginya. Tak dipungkiri dalam masa kejayaan Islam pun, tak lepas dari peran para pemudanya. Tapi sangat disayangkan di masa sekarang para pemuda makin menyedihkan prilaku dan adab nya. Generasi saat ini adalah hasil dari generasi yang terabaikan dan sarat dari bimbingan, Dimana mereka memang dididik untuk “bebas” baik membentuk opini, maupun perilaku. Kebebasan ini hasil dari liberalisasi kaum kafir yang diadobsi para pemuda dinegeri ini. Sehingga generasi saat ini dekat sekali dengan kriminalitas, minim moralitas, dan selalu melakukan hal hal yg bablas diluar batas. Baik buruk tidak lagi jadi standar berfikir mereka, halal haram pun dihantam asal hati senang dan dapat cuan.

Belum lagi lingkungan dan masyarakat yang makin “bodo amat” sama yg terjadi disekeliling mereka, karena pada sibuk dengan aktivitas dan kehidupan masing masing saja, Dan hanya fokus pada diri sendiri, terutama terjadi di kota besar. Sikap empati masyarakat sudah terkikis bahkan sedikit sekali masyarakat yg masih mau peduli ke lingkungan sekitarnya. Di lingkungan rumah (keluarga) pun para remaja minim sekali mendapatkan pengajaran ilmu agama dan adab, padahal seharusnya dari rumah lah asal muasal terbentuknya karakter seorang anak. Bapak yang notabenenya sebagai panutan utama dirumah sudah menjadi mesin pencari uang, pagi siang malam bahkan sampe pagi lagi sibuk mencari uang. Blm lagi seorang ibu yg seharus nya menjadi pengatur rumah tangga dan madrasah pertama bagi anak anak nya sekarang pun banting stir menjadi mesin pencari uang ke-2. Seolah-olah dengan banyaknya uang yang mereka miliki bisa menyekolahkan anak-anak di sekolah terbaik dan berharap anaknya menjadi baik. Padahal pintu pertama yang mencetak anak baik itu berawal dari rumah.

Ditambah lagi negara yang abai dan menyerahkannya hanya kepada orang tua dan Masyarakat saja untuk mengontrol remaja-remaja tanpa arah ini. Tanpa membimbingnya dengan mengikatnya dalam satuan Pendidikan yang didukung dan diawasi oleh negara, tentu hal ini menjadi sesuatu yang sulit untuk dilakukan.

Kerusakan remaja saat ini banyak disebabkan oleh beberapa faktor seperti life style yg serba mewah, gadget, sulitnya ekonomi, merasa hebat atau ingin gagah-gagahan, bisa juga karena pengaruh narkoba, dll. Ditambah lagi pengaruh lingkungan masyarakat dan tidak adanya bimbingan agama yang minim dari keluarga, orang tua yg tidak bisa memberikan contoh yg baik kepada anaknya. Di sekolah juga tidak mendapat pendidikan yang mendukung. Akhirnya muncullah generasi yang rusak dan hancur.

Padahal dalam Islam peran Individu, masyarakat dan pemerintah lah yang paling dibutuhkan. Dimana ke-3 nya bisa bersinergi satu sama lain, karena ketiga nya merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.

1. Individu yang Bertaqwa

Hal ini dapat diwujudkan dengan menanamkan dan membina setiap individu dlm masyarakat. Apabila seorang pemuda muslim memiliki pandangan mendalam dan jernih tentang pemikiran terhadap alam, manusia, dan kehidupan serta apa yang ada sebelum dan sesudah kehiduoan didunia ini. Rasa jni lah yang akan menumbuhkan perasaan dan indera terhadap taqwa menjadikan aqidahnya sebagai pengontrol tingkah laku sehingga tidak bertentangan dengan aqidahnya. Karena dia paham bahwa Allah SWT selalu mengawasinya dan sadar bahwa di akhirat nanti akan dihisab terhadap amal perbuatan yang dilakukannya selama di dunia. Ketaqwaan ini pula bisa dicontoh oleh para pemuda dari ayah ibunya yang berilmu dan beradab.

2. Saling Mengontrol pada Masyarakat

Masyarakat Islam terbentuk dari individu individu yang dipengaruhi oleh perasaan, pemikiran, dan peraturan yang mengikat mereka sehingga khas dan solid persatuannya. Masyarakat seperti ini kepekaan indranya amat tajam apalagi terhadap gejolak masyarakat apalagi kemungkaran yang mengancam keutuhan masyarakat. Amar ma’ruf nahi mungkar akan selalu mereka tegakkan. Dalam kontrol masyarakat ini lah individu yang akan berbuat maksiat tidak akan berani secara terang terangan, bahkan tidak berani melaksanakannya ahkan kalaupun tergoda melakukannya akan berusaha menyembunyikannya. Dengan sadar akan kembali pada kebenaran dan bertaubat atas kehilafannya.

3. Support Pemerintah

Saat individu sudah bertaqwa, masyarakat sudah saling mengontrol, terakhir support dari pemerintah atau negaralah yang paling dinantikan. Kedudukan negara dalam Islam adalah untuk selalu memelihara masyarakat dan anggotanya serta bertindak selaku pemimpin yang mengatur mementingkan urusan rakyat. Dalam rangka memelihara rakyat terutama para pemuda dari prilaku dan adab yang tidak baik tentunya pemerintah harus memfasilitasi ilmu agama dan adab terlebih dahulu untuk calon ayah ibu nya, memfasilitasi sekolah gratis yang kurikulumnya sesuai dengan hukum syara, mengontrol berita berita yang masuk ke media cetak mau pun elektronik seperti televisi, gadget terutama smartphone harus bebas dari pornografi dan pornoaksi yang menjadi cikal bakal perusak otak dan prilaku para pemuda. Dan semua itu juga harus didukung lingkungan sosialisasi yang baik sesuai syariat Islam agar pergaulan mereka tetap terjaga dengan baik. Apabila ke 3 peran ini sudah difungsikan dengan baik dan sesuai dengan fungsinya Insya Allah pemuda pemuda Islam yang beriman, taqwa, cerdas akan mengawali kegemilangan Islam utk kedua kalinya. Insya Allah. Waulahu’alam bisawab.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here