Kliksumatera.com, KAYUAGUNG- Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ilir secara serius melakukan percepatan perbaikan gizi masyarakat dalam rangka mendukung program nasional untuk mewujudkan sumber daya manusia (SDM) unggul dan berkualitas melalui Pertemuan Koordinasi Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS), Satgas Stunting, dan Lintas Sektoral dalam rangka percepatan penurunan stunting.
Wakil Bupati Ogan Komering Ilir, HM Dja’far Shodiq menambahkan stunting menjadi masalah kesehatan serius yang perlu mendapatkan upaya pencegahan secara terpadu guna terciptanya penurunan angka stunting.
Stunting bukan penyakit yang selesai dengan obat. Stunting berkaitan erat dengan kualitas pembangunan dan sumber daya manusia. Maka dari itu, stunting membutuhkan upaya pencegahan melalui intervensi untuk mencegah sekaligus menurunkan angka stunting di OKI”, ungkap Wabup Shodiq. Selasa, (04/10).
Shodiq menambahkan salah satu daerah yang ditetapkan sebagai lokus penanganan stunting. Upaya untuk mengeliminasi stunting ini tidak bisa dilakukan Pemerintah Daerah atau DPPKB dan Pemdes saja tetapi masyarakat juga harus bersinergi. “Stunting harus kita cegah sejak dini. Kita harus saling bahu-membahu. Kita harus memiliki SDM yang berkualitas memiliki kecerdasan dan mampu berdaya”, tambahnya.
Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kabupaten Ogan Komering Ilir, H.M. Lubis, SKM., M.Kes dalam laporannya mengatakan terdapat 3 Sumber data evaluasi prevalensi angka stunting yaitu
Riskesdas tahun 2018 yang dilaksanakan selama 5 tahun sekali; Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 dilaksanakan setiap tahun dan elektronik pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat R-ppbgm tahun 2021 setiap tahun. “Upaya penurunan stunting dilakukan melalui dua intervensi gizi, yaitu intervensi spesifik dan intervensi sensitif. Intervensi spesifik yaitu kegiatan langsung mengatasi penyebab terjadinya stunting dan umumnya diberikan oleh sektor kesehatan. Sementara itu, intervensi sensitif merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penyebab tidak langsung stunting,” jelas Lubis.
Ia menjelaskan terdapat 9 poin intervensi sensitif yaitu pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil dan balita kurus; tablet tambah darah; konseling menyusui; konseling PMBA; tata laksana gizi buruk; pemantauan dan promosi pertumbuhan; suplementasi mikronutrien; pemeriksaan kehamilan dan imunisasi; serta manajemen terpadu balita sakit.
Adapun untuk Intervensi sensitif terbagi menjadi 4 jenis yaitu penyediaan air minum dan sanitasi, pelayanan gizi dan kesehatan, peningkatan kesadaran pengasuhan dan gizi serta peningkatan akses pangan bergizi.
Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Sumtera Selatan, Mediheryanto, SH MH mengatakan stunting menjadi salah satu faktor penghambat untuk dapat mewujudkan Indonesia Emas di tahun 2024 mendatang. “Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) prevelansi stunting di OKI 32,2% di tahun 2021 bisa menjadi 19,18% di tahun berikutnya,” kata Medi.
Medi menambahkan 3 pendekatan untuk pencegahan stunting dari Hulu (edukasi oleh pendamping keluarga kepada calon pengantin)- Tengah (pemantuan ibu hamil yang berisko melahirkan bayi stunting)-Hilir (pendampingan pada bayi 2 dan tahun. “Harapannya dengan keseriusan pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ilir dapat menurunkan prevelansi stunting. Itu artinya kualitas sumber daya manusia di OKI semakin membaik,” tutupnya.
Laporan : Hervan Dedy/Kominfo OKI
Editing : Imam Gazali