Kliksumatera.com, PALEMBANG- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mendorong SMK agar menerapkan kurikulum berbasis Project Based Learning atau pembelajaran berbasis proyek.
Kepala SMKN 1 Palembang H Suparman SPd mengatakan, sinkronisasi kurikulum merupakan standar industri dan dunia kerja program dari Kemendikbud melalui Direktorat Jenderal pendidikan Vokasi, program pendidikan vokasional termasuk SMK, yang mana kurikulumnya menyesuaikan dengan Standar Industri.
“Jadi mata pelajaran di sekolah vokasi akan di dominasi oleh mata pelajaran terapan. Kita mengikuti apa kebutuhan dunia industri, bukan mengikuti apa keinginan kurikulum. Apalagi SMKN 1 Palembang termasuk SMK Pusat Keunggulan,” ujarnya saat diwawancarai diruang kerjanya, Senin (18/10).
Suparman menuturkan, itu agar siswa SMK tidak menghabiskan waktu dan tenaga belajar di SMK untuk ilmu yang tidak akan digunakan saat kelulusan nanti. “Kita minta dunia industri mengajarkan ke anak-anak kita apa saja yang harus diketahui oleh siswa jika bekerja di perusahaan mereka. Jadi setelah tamat mereka bisa bekerja di dunia industri tersebut,” katanya.
Sehingga sambung Suparman, untuk materi pembelajaran, pihaknya juga mendatangkan pihak dari dunia industri. “Misal jurusan marketing. Kita minta dari pihak perusahaan mengajarkan ke siswa kita cara pemasaran, mungkin back ground, penyusunan persentasinya dalam bahasa Inggris atau Bahasa Indonesia dan lain sebagainya yang bisa dibuat siswa untuk memasarkan produknya,” bebernya.
Selain itu, jika untuk produk industri rumahan misal pembuatan songket. Siswa bisa membuat pemasaran produk songket dengan membuat narasi di instagram atau membuat video untuk dipromosikan melalui youtube.
“Siswa belajar digital marketing. Songket difoto, dibuat video untuk youtube. Kemudian tawarkan dengan produsen songket cara pemasarannya itu. Siswa bisa mendapatkan penghasilan dari Projectnya tersebut. Jadi siswa datang ke sekolah sudah punya konsep. Konsep pemasaran dengan video youtube atau instagram,” paparnya.
Untuk Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas ini, Suparman mengungkapkan, tidak menjadi kendala utama bagi siswa dalam mengimplementasikan pembelajaran berbasis proyek. “Siswa datang kesekolah sudah menyiapkan apa yang akan dikonsultasikan. Melalui PTM kita juga mengajarkan atitude kepada siswa, karena atitude adalah hal utama saat perusahaan dalam menerima karyawan,” ucapnya.
Suparman menambahkan, untuk PTM sudah dilakukan sejak awal September dengan sistem setengah belajar di sekolah dan setengah belajar daring. Kita sudah laksanakan dengan protokol kesehatan (prokes). Karena kita mematuhi aturan dari pusat untuk sosial distancing atau menjaga jarak. Siswa yang datang untuk PTM Terbatas wajib memakai masker dan mencuci tangan.
“Kita juga tidak khawatir melaksanakan PTM Terbatas, karena dari total 1.200 siswa, sebanyak 90 persen atau sekitar 1.000 anak sudah divaksin. Yang belum divaksin karena ada keluhan penyakit, ada Nomor Induk Kependudukan yang tidak sinkron,” tutupnya.
Laporan : Akip
Posting : Imam Ghazali