Waspadai Kota Santri Indralaya Jadi Smart City

0
245

Oleh: Hj. Padliyati Siregar ST

Bupati Ogan Ilir Panca Wijaya Akbar mengungkapkan, pemerintahannya saat ini sedang merancang pengembangan wilayah Kota Indralaya.

Pemkab Ogan Ilir sedang merancang konsep untuk membangun Indralaya menjadi smart city. “Ini rancangan konsep smart city untuk mengembangkan pusat kota di Ogan Ilir,” kata Panca, Minggu (29/8/2021).

Selain ingin mewujudkan Indralaya menjadi smart city, rancangan konsep pengembangan kota ini disiapkan untuk menyangga kota Palembang. “Dengan kepadatan Kota Palembang, Ogan Ilir dalam hal ini Indralaya harus siap menjadi penyangga ibukota Provinsi Sumatera Selatan,” ungkap Panca.

Apalagi, Ogan Ilir menjadi satu-satunya daerah kabupaten di Sumatera Selatan yang menjadi persimpangan tiga ruas jalan tol.

Kota pintar (smart city) merupakan upaya-upaya inovatif yang dilakukan ekosistem kota dalam mengatasi berbagai persoalan dan meningkatkan kualitas hidup manusia dan komunitas setempat.

Ketika berbicara kemajuan teknologi, semua orang pasti akan menyambut dengan gembira. Yang terbayang di pikirannya adalah akan membuat hidupnya lebih mudah dalam mengakses sesuatu. Tidak mau dikatakan ketinggalan zaman. Tak terkecuali dengan program smart city, sebuah rencana yang akan menjadikan seluruh kota memanfaatkan internet.

Namun yang menjadi pertanyaan bagi kita adalah apakah dengan adanya Pogram Smart City menjamin akan berpijak pada kepentingan rakyat dan efeknya juga dapat dirasakan oleh rakyat? Mengingat taraf hidup rakyat jauh dari kata sejahtera, untuk memenuhi kebutuhan hariannya saja sulit apalagi harus siap memiliki gadget dan kuota.

Konsep smart city sebenarnya bukan gagasan yang berdiri sendiri. Ini adalah bagian dari upaya untuk menciptakan kota yang kondusif bagi investasi. Oleh karena itu, tidak semua kota disasar, melainkan kota-kota tertentu saja yang kondusif bagi investasi.

Ada ke kwatiran terhadap program ini,mengingat Indralaya sebagai ibukota kabupaten Ogan Ilir yang mendapat julukan kota Santri karena dikelilingi pondok pondok pesantren. Dari 228 tahfiz AlQur’an Ogan Ilir tercatat sebagai rekor tahfiz terbanyak oleh MURI.

Masuknya inventasi tentu saja tidak bisa dianggab sebelah mata,akan membawa pengaruh liberalisasi budaya,persiapan ke arah itu sudah tanpak dengan menyiapkan fasilitas- fasilitas penunjang seperti Pembangunan Pariwisata dan sarana olah raga.

Bisa jadi demi menggaet wisatawan, budaya yang tidak sesuai dengan syariat malah dilestarikan. Lebih dalam, bukan hanya perkara akidah yang merongrong identitas keIslaman masyarakatnya, liberalisasi pun kian menjamur, menjangkiti warga sekitar.

Akhirnya, budaya liberal semakin kental di lingkungan wisata. Interaksi penduduk setempat dengan para turis, telah menjadikan warga semakin permisif terhadap budaya barat. Mereka seolah dipaksa menerima kebebasan tingkah laku para turis yang pada akhirnya mengilhami tingkah lakunya sendiri.

Liberalisasi budaya ini,nantinya sangat bisa dirasakan dan diakses para santri serta masyarakat sekitar ,sehingga paham sekularisme, liberalisme dan hedonisme,menjangkiti pemikiran masyarakat.

Tentulah ini sangat berbahaya sekali untuk melahirkan generasi yang akan mencetak peradabab emas. Karena tidak ada kesiapan dan kemampuan untuk membentengi akidah dan perilaku masyarakat.

Islam tidak akan menolak kemajuan teknologi. Justru sangat mendukung perkembangannya dan digunakan untuk mempermudah layanan terhadap masyarakat. Bukan demi menarik investor.

Di samping itu, negara dalam Islam juga tak lupa memberikan edukasi melalui sistem pendidikan atau media penyiaran tentang penggunaan atau pemanfaatan teknologi agar tidak terjadi penyalahgunaan. Lebih utama lagi, agar dapat menyaring arus negatif dari perkembangan teknologi, seperti liberalisme, hedonisme, dll.

Kemajuan ini tak datang begitu saja. Butuh sistem yang kuat untuk menopangnya. Selama 13 abad, Islam dengan seperangkat sistemnya yang sempurna mampu membuktikan kepada dunia bahwa Islam berhasil membuat negeri muslim maju di saat Barat masih dalam kegelapan.

Jika saat ini kita memimpikan smart city yang ramah bagi masyarakat, tidak ada salahnya mencontohnya dari para khalifah. Karena sejarah tidak pernah bohong. ***

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here