Bullying Demi Pertahankan Eksistensi, Potret Suram Pendidikan di Era Kapitalis

0
98

Oleh: Rizkika Fitriani

Kasus bullying di Indonesia kian memprihatinkan, terlebih saat ini para pelaku Bullying merupakan para pelajar dan terjadi di ruang lingkup lembaga pendidikan.

Seperti kejadian yang menimpa 12 siswa kelas X SMAN 26 Jakarta yang menjadi korban perundungan atau bullying oleh kakak kelas.

Mirisnya kondisi belasan siswa tersebut memprihatinkan usai dianiaya secara brutal oleh 15 orang kakak kelasnya disalah satu rumah pelaku berinisial D di kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan, Jumat (1/12/2023) lalu. (Dilansir dari tribunnews).

Seperti diketahui bullying bukan hanya dianggap kenakalan remaja namun juga sudah dianggap tindakan kriminalitas, karena kebanyakan dari pelakunya kerap kali melakukan kekerasan fisik. Tak jarang mengakibatkan korban Bullying ini mengalami traumatik berat.

Hal ini membuktikan bahwa dunia pendidikan di negeri ini tidak baik baik saja, maraknya kasus Bullying di berbagai lembaga pendidikan menjadi bukti betapa lemahnya dunia pendidikan saat ini.

Bagaimana tidak pendidikan yang sejatinya sebagai tempat mencetak peradaban yang gemilang melalui generasi yang berakhlak baik faktanya menunjukkan hal yang sebalikya.

Alih alih mencetak genarasi yang bukan hanya menonjol di bidang akdemis tapi juga memiliki akhlak yang luhur nyatanya para pelajar saat ini mengalami degradasi akhlak dan moral, mereka bahkan menormalisasikan sikap bar bar dan niradab demi menunjukkan eksistensinya. maka terjadilah sikap senioritas seperti kasus diatas kakak kelas boleh melakukan apapun demi bisa diakui.

Jika kasus bullying ini terus dibiarkan, maka potensi generasi yang akan datang semakin terancam, bahkan negara inipun diambang kerusakan.

Bayangkan saja, generasi yang seharusnya menjadi harapan untuk memajukan negara, namun moral pun mereka tak punya. Jangankan memikirkan bagaimana membawa perubahan pada negara, justru merekalah pelaku kerusakan yang ada.

Inilah Potret buram dunia pendidikan saat ini, akibat buah sistem kapitalisme- sekulerisme yang diterapkan. Pendidikan pun menjadi tumbalnya kebijakan pemerintah saat ini.

Bahkan kurikulum yang terus mengalami revisi, seolah bisa memberikan solusi, namun mirisnya, semakin menjadi-jadi kerusakan pada generasi. Tidak di herankan lagi, kapitalisasme menempatkan pendidikan hanya untuk mencari materi, mereka tidak peduli jika terjadinya kemerosotan generasi.

Kasus bullying terjadi akibat lemahnya iman pada generasi, mereka tidak takut melakukan perbuatan dosa, berbuat semena-mena demi mengejar eksistensi. Mereka mudah tersulut emosi, amarah yang berapi-api membuat mereka tak segan-segan membully korban bahkan ada kasus sampai sang korban kehilangan nyawa.

Selain itu, lingkungan mereka juga berpengaruh. Akibat derasnya arus sekulerisme dalam naungan kapitalisme ini.

Terciptalah lingkungan yang toxic atau pergaulan bebas, yang mendukung mereka untuk berbuat sesukanya. Bahkan di lingkungan sekolah biasanya saling berlomba adu fisik yang mereka anggap akan mendapat gelar ‘hebat’.

Begitu miris orientasi generasi hari ini, yang hanya memikirkan kepuasan nafsu, tanpa peduli apakah hal tersebut dapat mengundang murka Allah SWT.

Ditambah banyaknya media yang mengekspos adegan kekerasan melalui film-film yang ditayangkan, bahkan dimasukkan pemahaman di game online tentang kekerasan dan memusnahkan musuh. Akibat lemahnya iman pada generasi, mereka dengan mudahnya meniru perbuatan yang mereka lihat.

Generasi akan mudah rusak jika tidak adanya pembinaan yang benar sesuai dengan syariat Islam. Hanya Islam yang mampu mencetak generasi yang berkepribadian Islam, bertakwa dan berjiwa pejuang.

Sistem Islam mempunyai cara dalam membina generasi, yang pertama, perlu adanya peran orang tua yang menjadi peran utama untuk mendidik generasi, terutama orang tua yang berkewajiban untuk mengawasi anak-anaknya, serta memberikan pemahaman akidah.

Kedua, peran pendidikan. Tujuan pendidikan dalam Islam yaitu untuk mencetak generasi yang berkepribadian Islam, dengan kurikulum yang berbasis akidah. Pendidikan inilah yang menjadi corong untuk mencetak generasi yang bertakwa bahkan menyiapkan generasi yang siap untuk membela agama-Nya.

Untuk itu, perlu peran guru yang berkualitas serta pembelajaran yang maksimal sesuai dengan koridor syariat Islam, agar terciptalah generasi unggul.

Ketiga, peran masyarakat. Dalam Islam, masyarakat melaksanakan kewajibannya beramar ma’ruf nahi mungkar. Yang mengontrol agar terciptanya lingkungan yang islami, dan tidak membiarkan kerusakan terjadi.

Dan yang paling utama, tentunya peran negara dalam naungan khilafah, yang menjadi sistem negara, dengan diterapkannya hukum Allah Subhanahu wa ta’ala.

Negaralah yang mengontrol agar peran di atas terlaksana dan negara juga yang bertanggung jawab untuk mengatasi setiap persoalan umat.

Jika terjadi kasus bullying, atau kekerasan, negara akan memberikan sanksi yang tegas dan menghukum pelaku agar kasus tersebut tidak terulang lagi di masyarakat.

Setiap permasalahan Islam akan memberikan solusi yang hakiki, saatnya umat bangkit, generasi hari ini harus sadar bahwa potensi yang kita miliki sangat berharga, sudah seharusnya dimanfaatkan untuk menjadi bagian pejuang Islam. Karena generasi hari ini merupakan tonggak perubahan dimasa depan.

Wallahu a’lam bishawab

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here