Baby Blues Tinggi, Ibu Butuh Solusi Syar’i

0
65

Oleh : Ummu Umar

Ibu hamil dan menyusui menjadi salah satu kelompok masyarakat yang memiliki persentase gangguan kesehatan mental tinggi di Indonesia. Jika berlarut-larut dan tidak ditangani, kondisi ini bisa berujung depresi.
“Gangguan kesehatan mental banyak terjadi pada ibu hamil, ibu menyusui, dan ibu dengan anak usia dini,” kata Ketua komunitas Wanita Indonesia Keren dan psikolog Dra Maria Ekowati ketika ditemui detik.com di kawasan Jakarta Selatan, Jumat (26/5/2023).

“Ini penelitian di Lampung 25 persen ibu mengalami gangguan depresi setelah melahirkan. Jadi ibu-ibu habis melahirkan pasca persalinan biasanya juga ada yang mengalami baby blues dan kecemasan. Ini kalau sudah larut-larut bisa jadi depresi,” sambungnya.”

“Baby blues ini bisa terjadi karena hormonal. Selain itu, wanita yang mengalami KDRT atau pernikahan tidak harmonis juga rentan mengalami baby blues,” jelasnya.

Apa Ciri-cirinya?
Kondisi baby blues pada seorang ibu yang baru saja melahirkan dapat ditandai dengan sering tiba-tiba menangis, merasa cemas, dan insomnia. Maria menjelaskan pada momen tersebut, seorang ibu sangat memerlukan dukungan dari orang-orang yang ada di sekitarnya. “Biasanya ibu yang baby blues suka tiba-tiba menangis terus uring-uringan terus cemas, ‘Duh anakku gimana ya. Aku takut.’ padahal sebenarnya anaknya nggak apa-apa,” jelasnya.

“Sekitarnya harus bisa memahami kondisi tersebut. Hal tersebut bisa menyulitkan untuk sang ibu dan itu bisa saja nanti berkembang menjadi depresi pasca persalinan,” pungkasnya,
detikhealth.

Tingginya kasus baby blues menggambarkan kesehatan mental ibu, yang tentunya dipengaruhi banyak faktor, termasuk kesiapan menjadi orang tua.

Sangat disayangkan bahwa kurikulum pendidikan Indonesia tidak mampu mempersiapkan seseorang untuk menjadi orang tua sebagai salah satu kompetensi yang harus dimiliki. Bahkan pendidikan Indonesia jauh dari nilai nilai agama yang sangat dibutuhkan sebagai pegangan hidup.

Kurikulum pendidikan yang berdasarkan aqidah sekulerisme membuat seseorang tidak memahami kewajibannya sebagai seorang hamba Allah, tujuan hidup yang diraih pun orientasinya hanyalah dunia, yaitu memperbanyak materi, harta kekayaan, bekerja dan bekerja. Banyak pula yang akhirnya memilih tidak menikah atau menikah dengan konsekwensi tidak mau mempunyai anak karena tidak mau repot dan biaya hidup yang tinggi ditambah dengan mahalnya harga pangan. Akhirnya berzina, aborsi menjadi solusi.

Sistem Kapitalisme yang menjadi ideologi dari aqidah sekulerisme sangat bertentangan dengan fitrah manusia dalam beragama, tidak memuaskan akal manusia dan tidak menentramkan hati. Contohnya perempuan hari ini didorong untuk bekerja mencari nafkah, padahal islam mewajibkan laki laki untuk mencari nafkah. Kewajiban perempuan dalam islam adalah mengurus anak, sebagai pengatur rumah tangga dan sebagai madrosatul ula. Sehingga hak hak dan kewajiban laki laki dan perempuan tertukar dan tidak berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Islam.

Kurikulum pendidikan Islam sangat komprehensif, sesuai dengan fitrah manusia , sehingga mampu menyiapkan setiap individu mengemban peran mulia sebagai orang tua, termasuk madrasah pertama bagi anak anaknya. Pemikiran pemikiran Islam mampu diwujudkan/diterapkan dalam kehidupan nyata. Bukan seperti pemikiran kapitalis sekuler yang menjerumuskan manusia kepada kerusakan, kesesatan bahkan kesengsaraan hidup seperti saat ini yang dialami kebanyakan (mayoritas) kaum perempuan.

Negara mempunyai tanggung jawab dan peran yang sangat besar terhadap persoalan yang dihadapi masyarakat, apalagi mayoritas masyarakat mengalami problem tersebut. Setiap orang dapat melaporkan kepada negara tentang persoalan mereka, lalu negara akan memberikan solusi, memberikan haknya bahkan negara dapat memberikan pekerjaan kepada setiap orang yang berkewajiban menanggung nafkah.

Oleh karenanya peradaban Islam mampu membangun masyarakat yang peduli terhadap persoalan umat, serta benar benar mengurus umat sesuai dengan perintah Allah SWT. Peradaban Islam yang pernah tegak selama 1300 tahun lamanya yaitu Khilafah, Insya Allah, wallahualam bishawab.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here