Banyuasin Berduka, Pimpinan Ponpes Qodratullah Wafat

0
367

Kliksumatera.com, BANYUASIN – Bupati Banyuasin H Askolani melayat ke rumah duka Buya Husni Thamrin Madani, Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Qodratullah di Desa Langkan Kecamatan Banyuasin III, Minggu (26/7/2020).

Orang nomor satu di Kabupaten Banyuasin menyampaikan rasa duka yang mendalam kepada keluarga Buya Husni tersebut. “Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Saya, atas nama pemerintah dan masyarakat Kabupaten Banyuasin, menyampaikan duka cita yang mendalam atas berpulangnya ke hadirat Allah SWT, Buya Husni Thamrin Madani Pimpinan Pondok Pesantren Qodratullah Langkan. Semoga arwah almarhum diberi tempat terbaik di sisi Allah SWT, dan segenap keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran,” katanya.

Di mata Bupati Askolani, Buya Husni tidak hanya sebagai tokoh masyarakat tetapi juga sebagai ulama yang ikut mencerdaskan anak bangsa dengan Ponpes yang dipimpinnya.

“Dari Ponpes ini sudah banyak generasi Kabupaten Banyuasin yang ditempah dengan ilmu agama, sosial kemasyarakat, dan berbagai keterampilan lainnya. Perjuangan beliau dalam mendirikan Ponpes ini kiranya menjadi inspirasi kita semua,” katanya.

Untuk itu terang Bupati Askolani, atas nama Pemerintah dan masyarakat Banyuasin dirinya menyampaikan rasa terima kasih atas dedikasi dan perjuangan Buya Husni Thamrin dalam ikut serta mencerdaskan anak bangsa.

“Kita doakan semoga almarhum husnul khotimah, dan semua amal baiknya diterima oleh Allah SWT dan segala kesalahan serta kekhilafannya diampuni oleh-Nya,” jelas Bupati.

Seperti diketahui, Buya Khusni Thamrin Madani meninggal dalam usia 67 tahun, pada Sabtu 25 Juli 2020 pukul 22.15. Dan telah dikebumikan pada Minggu 26 Juli 2020 setelah sholat Ashar di Komplek Ponpes Qodratullah Langkan.

Sementara itu, Ustadz Thabroni bercerita tentang kebijakan Buya HM. Husni Thamrin Madani, pimpinan sekaligus pendiri Pondok Pesantren Qodratullah di Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan, tentang kebijakan tanpa seleksi bagi anak yang ingin mondok.

“Buya berpesan, kalau beliau sudah tidak ada, kebijakan ini agar diteruskan. Sebab menurutnya, seorang anak yang sudah berkeinginan untuk menjadi santri mestinya harus didukung penuh. Meskipun belum bisa baca dan tulis Al Quran, di sini harus disediakan pengajaran secara khusus, agar dari tidak bisa jadi bisa. Demikian juga anak-anak yang dianggap nakal. Kalau tidak ada sekolah yang mau menampungnya, bagaimana bisa berubah jadi baik! Semoga dengan mondok di sini, kalau tidak 100%, bisa sedikitnya memberi pengaruh yang baik bagi kehidupannya kelak,” kenangnya.

Pondok Pesantren Qodratullah yang dimulai Buya tahun 1988, bermula dari Madrasah Ibtidaiyah “Murul Huda” yang didirikan oleh ayahnya Alm. Ki. M. Madani bin Abdul Shamad (wafat Th. 1982) pada tahun 1972.

Setelah membuka lahan baru, PP Qodratullah kini telah menempati areal seluas hampir 2,5 hektar yang mampu menampung tak kurang dari 3000 ribu santri dan santriwati. “Buya ini dulu selain guru agama juga petani dan pedagang karet. Lewat kegigihannya dalam berniaga, beliau mulai membangun sedikit demi sedikit pesantren ini sehingga bisa sebesar ini,” kata Kholid Daulay, salah seorang putra Buya, mengenang masa-masa sulit ayahnya membangun pondok pesantren ini.

Kini bangunan-bangunan yang ada di komplek PP Qodratullah terdiri dari asrama dan tempat belajar putra dan putri yang dilengkapi dengan masjid, lapangan olah raga, area parkir yang luas, serta hotel syariah bagi para orang tua santri yang datang berkunjung dan perlu menginap.

“Kalau pondok ini dimulai dengan kalkulasi bisnis, biaya yang dikeluarkan untuk membangun pesantren akan terlihat tidak masuk akal alias tidak menguntungkan. Namun jika dilihat dari keinginan Buya yang besar untuk memberikan pendidikan yang baik bagi masyarakat, maka ini jadi sangat beralasan,” terangnya.

Kita bisa bayangkan 30 tahun yang lalu ketika daerah di sekitar pondok ini tentu masih banyak hutan dan kebun. Anak-anak Banyuasin harus bersekolah jauh dari rumah. Kalau pulang pergi setiap hari tentu sulit dilakukan. Hasilnya angka sekolah dan kehadiran di sekolah sangat rendah, dan ini berdampak pada kualitas sumber daya manusia yang rendah. Pondok Pesantren Qodratullah menjadi solusi yang diwujudkan Buya untuk permasalahan tersebut. “Dari kebijakannya masuk sekolah tanpa seleksi agar pendidikan tidak hanya bagi yang sudah siap saja, tapi justru menyiapkan bagi yang belum siap juga, hingga latar belakang dan perjuangannya membesarkan PP Qodratullah hingga seperti saat ini, nampak jelas visi Buya HM. Husni Thamrin Madani senantiasa melampaui zamannya,” tandasnya.

Laporan : Herwanto
Editor/Posting : Imam Ghazali

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here