Kliksumatera.com, LAHAT- Warga Desa Muara Maung, Kecamatan Merapi Barat, Lahat, saat ini sudah khawatir saat memanfaatkan air Sungai Kungkilan untuk aktivitas mencuci dan mandi. Bahkan, warga desa pun sudah tak mau lagi berladang atau berkebun di lokasi pinggiran sungai karena tanaman banyak yang mati.
Pasalnya, dari tahun 2019 lalu pencemaran air Sungai Kungkilan kian parah, diduga akibat limbah cair dari aktivitas 4 perusahaan tambang batu bara di kawasan itu. Demikian disampaikan Sahwan (36) warga Desa Muara Maung kepada media ini, Kamis (15/04/21).
Menurut Sahwan, limbah cair batu bara telah mulai merusak air sungai Kungkilang sejak perusahaan tambang batu bara membuang limbah cairnya di tahun 2010 lalu dan puncaknya terjadi pada tahun 2019 sampai sekarang.
“Dua tahun belakangan ini bukan hanya limbah cairnya saja yang dibuang ke sungai tapi sudah bercampur lumpur. Akibatnya, ekosistim di dalam sungai seperti ikan, labi-labi, dan ekosistem lainnya sudah sulit ditemukan,” ungkapnya.
Sahwan menambahkan, saat ini warga hanya bisa pasrah dengan kondisi tersebut. Lantaran pihak terkait seakan tak peduli dengan nasib warga dan nasib air sungai. “Bukannya kita tidak memperjuanngkannya, kita sudah pernah mengadu dengan DLH Lahat pada tahun 2020 kemarin. Tapi sampai sekarang setelah pihak DLH datang ke lokasi tidak tahu lagi bagaimana proses selanjutnya. Bahkan pernah ada upaya ganti rugi oleh pihak perusahaan namun warga menolaknya disebabkan tidak sesuai dengan kerugian yang dialami akibat matinya tanaman di bantaran Sungai Kungkilang,” bebernya.
Saat dikonfirmasi melalui WhassApp, Kepala DLH Lahat melalui Edi, Kabid pengawasan limbah mengaku tidak mau mengomentari sebuah foto yang terlihat air sungai yang menghitam karena tidak jelas waktu dan tempatnya.
Laporan : Idham
Posting : Imam Ghazali