Eksploitasi Perempuan, Siapa yang Untung?

0
217

Oleh : Ummu Tiara

Lagi-lagi keberadaan pandemi dijadikan alasan merosotnya roda perekonomian. Bukan hanya perekonomian negara-negara berkembang, tapi negara maju pun demikian. Peluang yang cukup besar memberdayakan perempuan untuk meningkatkan perekonomian. Pasalnya, secara jumlah, kaum perempuan memang lebih banyak dibanding kaum lelaki.

Baru-baru ini, International Development Finance Corporation (DFC) merupakan badan baru pemerintah Amerika Serikat yang mengonsolidasikan dan memodernisasi Overseas Private Investment Corporation (OPIC) dan Development Credit Authority (DCA) di bawah Badan Pembangunan Internasional AS (USAID) telah menggelontorkan jaminan kredit sebesar US$35 juta untuk memobilisasi investasi US$100 juta guna mengurangi sampah plastik di laut Asia Tenggara. Program ini dinamakan W-GDP 2X Asia, yang merupakan komitmen regional dari 2X Women’s Initiative DFC.

Chief Executive Officer DFC Adam Boehler mengatakan bahwa hal tersebut telah dimulai melalui pemberian jaminan kredit sebesar US$35 juta melalui Ocean Fund, di mana Tridi Oasis, perusahaan asal Jakarta yang bergerak dalam bidang daur ulang botol plastik, menjadi salah satu penerima manfaat. Bahkan, DFC berkomitmen mendorong lebih banyak investasi untuk membangun rantai nilai daur ulang sampah yang sekaligus juga dapat membuka lapangan kerja di Indonesia (CNN.Indonesia).

DFC bertujuan untuk memobilisasi modal dan memberi insentif kepada sektor swasta dalam rangka pemberdayaan ekonomi perempuan. Menurut hasil penelitian, kemajuan kesetaraan perempuan di Asia Pasifik dapat menambah US$4,5 triliun ke Pendapatan Domestik Bruto (PDB) kawasan tersebut pada 2025. Sekitar 12 persen dari pertumbuhan rata-rata.
Mirisnya sumbangsih perempuan dalam ekonomi tersebut adalah untuk menutupi kegagalan kapitalisme global dalam mewujudkan kesejahteraan para kapitalis. Perempuan dieksploitasi untuk meraup keuntungan. Sehingga perempuan sibuk bekerja dan lalai terhadap keluarganya.

Dari sini kita dapat menilai bahwa negara dan penguasa berlepas tangan. Merasa cukup dengan memfasilitasi bantuan modal. Padahal cicilan dan bunganya harus ditanggung kaum perempuan dalam jangka panjang.

Perempuan dalam Jebakan kapitalis

Sungguh, apa yang telah dilakukan DFC telah membius kaum perempuan agar semakin jauh dari Islam untuk terjun ke dalam dunia bisnis yang tampak menguntungkan. Padahal jaminan kredit tersebut adalah jebakan agar perempuan secara sukarela mau menjadi penggerak dalam industri global yang sangat menguntungkan bagi pengusaha, sekaligus menghasilkan dolar bagi para kapitalis sang pemberi modal atau para pengusaha yang mempekerjakan perempuan. Mereka lebih memilih pekerja perempuan, karena perempuan dinilai sebagai pekerja, tenaganya ulet, rajin, penurut, dan tidak banyak menuntut dalam hal upah. Tentu berbeda dengan laki-laki.

Jadi semakin banyak perempuan bekerja, akan sangat menguntungkan para kapitalis dan akan memutar uang untuk kepentingan mereka. Alih-alih mensejahterakan perempuan, namun nyatanya para perempuan harus banting tulang, bekerja keras dalam rangka menyambung hidup.
Inilah nasib perempuan dalam sistem kapitalisme, dieksploitasi secara ekonomi hingga lelah fisik dan psikis. Tak heran, jika kaum ibu banyak mengalami stres masal. Selain anak dan keluarga menjadi korban, nyawa dan kehormatan ibu pun menjadi taruhan.

Perempuan Butuh Solusi

Dalam Islam, perempuan adalah makhluk yang dipandang sama dengan laki-laki. Hanya saja, ia memiliki peran yang berbeda. Peran utama perempuan adalah sebagai ibu dan pengatur rumah tangga (istri). Syariat Islam menempatkan perempuan dalam posisi yang mulia, bukan dipaksa menanggung hidupnya dan keluarga. Islam tegak di atas akidah dan mempraktikkan Al-Quran dan sunah Rasul secara menyeluruh.

Sejatinya, tugas mewujudkan kesejahteraan rakyat menjadi tanggung jawab negara, bukan dibebankan pada perempuan. Karena hal tersebut merupakan amanah kepemimpinan. Kaum perempuan adalah amanah yang harus dilindungi dan dimuliakan oleh penguasa, bukan untuk dieksploitasi seperti dalam sistem sekarang. Hanya sistem Islam yang mampu memuliakan perempuan. ***

Wallahu àlam bisshawwab.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here