Hasil Sidak Komisi ll DPRD Muratara, Diduga Aktivitas PT BKL Penyebab Dangkalnya Sungai Balik Bukit dan Hilangnya Sungai Seluang

0
138

Kliksumatera.com, MURATARA- Rabu (12/7) pagi, Ketua Komisi III DPRD Muratara, Andika Saputra, bersama Wakil Ketua Komisi III, I Wayan Kocap, dan Anggota Komisi III, M Hadi, Masturo, Amri Sudaryono, Joni Ridho Susilo, didampingi Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan, Musliha, serta Kepala Dinas Perhubungan, Syukur, turun ke lokasi pertambangan batubara PT Banyan Koalindo Lestari (PT BKL).

Hal ini dilakukan, pascabanyaknya keluhan masyarakat yang sampai di telinga Anggota DPRD Muratara terkait aktivitas pertambangan batubara PT BKL. Salah satunya dugaan tertutupnya aliran sungai yakni Sungai Seluang dan pendangkalan Sungai Balik Bukit yang merupakan anak dari aliran Sungai Putih.

“Hari ini kita turun langsung mengecek ke lapangan, terkait laporan masyarakat adanya dugaan pihak tambang PT BKL yang menutup dua aliran sungai. Tadi kita sudah lihat langsung, Pak Hadi (Anggota Komisi III, red) bahkan turun langsung dan terjebak lumpur setinggi lutut di bekas aliran Sungai Balik Bukit,” tutur Ketua Komisi III, Andika Saputra, didampingi Masturo.

Fakta di lapangan terkait kondisi Sungai Balik Bukit yang sudah full tertutup sedimen tanah dan lumpur, turut disayangkan Wakil Ketua Komisi III, I Wayan Kocap, yang melihat langsung Sungai Balik Bukit tak lagi mengalir airnya, melainkan sudah tertimbun tanah dan lumpur. “Kita sangat menyayangkan apa yang sudah dilakukan pihak PT BKL yang sudah menyebabkan Sungai Balik Bukit yang merupakan anak sungai dari Sungai Putih tak lagi mengalir air tapi sudah tertutup tanah dan lumpur. Selain itu, jarak stockpile dari sempadan sungai kurang dari 10 meter, kan ini tidak boleh Pak. Ini sudah melanggar aturan, terlebih lagi sampai mengubah bentuk alam, dengan menutup aliran Sungai Seluang, dan mendangkalnya Sungai Balik Bukit,” keluh I Wayan Kocap.

“Ini asli, bukan lagi sungai, tapi tanah dan lumpur,” tegas Muhammad Hadi, usai terjebak lumpur, lantaran ingin membuktikan langsung Sungai Balik Bukit hilang tertutup lumpur.

Laporan masyarakat terkait keberadaan aliran Sungai Balik Bukit dan Sungai Seluang yang menjadi sumber kehidupan dan akses transportasi air menggunakan perahu/ketek, turut dibenarkan Amri Sudaryono, yang diperkirakan sudah sejak tahun 1970 mendiami wilayah ini dengan berkebun.

“Kalau dulu anak sungai ini, Sungai Balik Bukit dan Sungai Seluang ini jadi sumber kehidupan masyarakat, dan akses transportasi air masyarakat untuk ke kebun dengan menggunakan perahu/ketek. Aku tahu betul wilayah sini,” tutur Amri Sudaryono.

Juharsyah selaku warga Desa Tanjung Raja, yang mengaku telah mendiami kawasan ini sejak tahun 1973, bahkan menunjukkan langsung posisi aliran Sungai Seluang yang tak lagi berbentuk sungai, melainkan berbentuk hamparan pasir dan batubara yang telah diurug oleh PT BKL.

“Aku ini dari tahun 1973 di sini Pak, aku tahu betul, di sini aliran Sungai Seluang. Dulu, warga naik perahu/ketek untuk ke kebun durian Bapaknya Silo di ujung sana itu, melalui aliran Sungai Seluang ini. Sekarang mana ada lagi aliran Sungai Seluang, sudah ditimbun semua oleh pihak perusahaan. Gak usah mengelak lah Pak, akui saja,” cecar Juharsyah yang pada Rabu pagi ikut mendampingi sidak Komisi III DPRD Muratara.

Tak hanya permasalahan Sungai Seluang yang ditutup, dan Sungai Balik Bukit yang sudah terjadi pendangkalan akibat material berupa tanah dan lumpur. Anggota Komisi III, Masturo, pula turut menyoroti sampah yang berserakan, tepat didekat lokasi parkir rombongan dewan memarkirkan kendaraan.

“Nah, tengoklah sampah berserakan. Apa di sini tidak ada tempat pembuangan sampah,” keluh Masturo terhadap kondisi sampah plastik bekas pembungkus makanan, sampah botol plastik, sampah sterofoam di lokasi tersebut.

Terkait temuan Anggota Komisi III DPRD Muratara yang melakukan sidak pada Rabu pagi, langsung direspon oleh Kepala Teknik Tambang (KTT) PT Banyan Koalindo Lestari (PT BKL), Hendi Prihananto. “Terima kasih atas kunjungan Anggota DPRD Muratara yang secara mendadak ya, kalau dari kami ya, di situ itu bukan sungai tapi krik kecil yang ada aliran dari bukit itu. Itu bukan kami anggap sebagai sungai ya tapi krik. Tapi dari asumsi masyarakat menganggap itu sungai. Kami mengklarifikasi hal itu, nanti bisa di cek googleearth peta dulunya seperti apa. Kalau yang sampah, itu kayaknya bekas supir-supir itu Pak yang membuang sampah sembarangan,” bantah Hendi Prihananto.

Laporan : Junaidi
Editing : Imam Gazali

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here