Ideologi Kapitalisme Melahirkan Berbagai Krisis Berulang

0
62

Oleh : Ummu Umar

Pandemi COVID-19 yang disusul lonjakan inflasi tahun lalu mendorong hampir 68 juta penduduk Asia ke jurang kemiskinan, menurut laporan Bank Pembangunan Asia (ADB). Diperkirakan, sekitar 152,2 juta penduduk Asia hidup di bawah kemiskinan ekstrem. Jumlah tersebut meningkat 67,8 juta dibandingkan masa sebelum pandemi dan inflasi tinggi, tulis ADB.

Kemiskinan ekstrem menandai kelompok berpenghasilan sebesar USD2,15 (setara Rp32 ribu) per hari, atau berkisar di bawah Rp1 juta per bulan. Angka tersebut belum disesuaikan dengan kenaikan inflasi akibat perang di Ukraina yang melumpuhkan rantai suplai makanan global.
Kendati secara umum pemulihan ekonomi di kawasan Asia Pasifik berjalan lancar, “krisis ganda ini mengancam upaya pengentasan kemiskinan,” kata ekonom ADB, Albert Park.

“Dengan memperkuat jejaring pengaman sosial bagi warga miskin dan membibit investasi dan inovasi yang menciptakan peluang pertumbuhan dan lapangan kerja, negara-negara di kawasan bisa kembali bangkit.”

Pada 2021, ADB memperkirakan jumlah manusia yang jatuh ke jurang kemiskinan ekstrem bertambah 80 juta orang dibandingkan tahun sebelumnya.

Korban dari kaum miskin dan perempuan. Kaum miskin menjadi kelompok yang paling terdampak oleh kenaikan harga bahan pangan, bahan bakar, dan kebutuhan pokok lain. Tingginya biaya hidup diyakini ikut menyusutkan tabungan jaminan kesehatan, pendidikan, atau jaminan jangka panjang lain.

Perempuan juga tergolong korban terbesar karena berpenghasilan lebih rendah ketimbang laki-laki dan rentan bekerja tanpa upah. Menurut ADB, kaum miskin biasanya harus membayar lebih mahal untuk membeli kebutuhan pokok atau mengakses jasa. “Rumah tangga berpenghasilan rendah biasanya harus membeli produk dalam kemasan kecil, yang pastinya lebih mahal ketimbang membeli kemasan besar. Mereka juga cendrung berada di pemukiman informal dengan tingginya risiko kesehatan yang berdampak pada ongkos pengobatan.”

Pada 2030, diperkirakan 1,26 miliar penduduk di Asia akan rentan secara ekonomi. Kerentanan ditafsirkan melalui pendapatan antara USD3,65 hingga 6,85 atau sekitar Rp 100 ribu per hari, setara Rp 3,1 juta per bulan.

Laporan tersebut mengimbau pemerintahan di Asia mencegah krisis bereskalasi dengan memperkuat jejaring pengaman sosial. Bantuan juga diperlukan untuk sektor pertanian, antara lain dengan mempermudah akses kredit keuangan, pembangunan infrastruktur, dan inovasi teknologi. detiknews.com

Kemiskinan yang terjadi saat ini adalah akibat diterapkan sistem kapitalisme. Penguasaan para kapitalis terhadap semua aspek kehidupan, membuat semua harga kebutuhan cenderung naik. Bahkan setelah pengumuman kenaikan gaji PNS, harga kebutuhan bertambah naik lagi.

Sementara pemerintah hanya mengatakan stok aman, lalu mengambil kebijakan impor dengan alasan untuk menjaga keseimbangan harga. Padahal faktanya masyarakat bawah tetap tidak terjangkau untuk membeli kebutuhan hidup. Sehingga orang miskin, penderita gizi buruk pun masih terjadi. Jika harga ikan rata rata 30 ribu per kilo, pendapatan masyarakat 50 ribu pun masih kurang, belum kebutuhan pokok seperti beras yang harganya juga naik. Sistem kapitalisme membuat pemerintah kehilangan fungsi untuk mengendalikan harga, apalagi mengurus urusan masyarakat sesuai dengan perintah Allah SWT tidak bisa dilaksanakan. Karena perintah dan peraturan/hukum itu dibuat sesuai dengan keinginan dan hawa nafsu manusia yaitu para kapitalis.

Lihatlah berbagi kasus pencurian, pembegalan yang semakin marak terjadi, korban dan pelakunya adalah masyarakat menengah ke bawah. Sedangkan para elite, politikus dan pengusaha duduk duduk menikmati harta dan kekayaan mereka. Padahal mereka adalah orang orang yang bertanggungjawab terhadap semua persoalan unat. Karena merekalah yang membuat hukum, aturan dan kebijakan untuk diterapkan kepada masyarakat. Namun mereka tidak terlalu peduli terhadap persoalan masyarakat, bahkan banyak kasus yang justru melibatkan aparat polisi, tentara dan orang orang terpelajar.

Oleh karenanya sistem/ideologi sekulerisme telah gagal dan tidak akan mampu menciptakan generasi yang soleh sholehah beriman dan bertaqwa. Kalaupun ada yang masih taat itu adalah karena hasil usaha sendiri dalam mencari ilmu agama.
Bahkan generasi saat ini tidak mengenal Allah SWT, tidak mempunyai tujuan hidup seperti yng diharapkan oleh islam. Sekulerisme melahirkan generasi yang mudah emosi, membangkang, brutal, munafik.

Adapun Islam bukan hanya sekedar agama, tapi islam mempunyai aturan yang lemgkap dan sempurna untuk mengatur persoalan hidup dan mati, islam juga mengatur setiap urusan yang berkaitan dengan individu, masyarakat dan negara.

Dengan aturan (syariah) Islam seharusnya negara mengurus seluruh urusan masyarakatnya, karena Allah telah mengamanahkan kepada setiap pemimpin kaum muslimin untuk mengatur urusan umat berdasarkan kitabullah dan sunnah (al, quran dan al, hadist).

Rasulullah bersanda:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَخُونُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui (Qs. Al-Anfal : 27).

Di dalam al quran surat an nisa ayat 59, Allah SWT berfirman yang artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”

Lalu bagaimana umat akan mentaati pemimpin mereka, jika pemimpin itu sendiri tidak taat kepada Allah dan Rasul?

Inilah kondisi yng terjadi saat ini, para pemimpin tidak melaksankan amanah yang telah diperintahkan Allah dan Rasul Nya, sehingga kerusakan terjadi di seluruh aspek kehidupan, ketimpangan ekonomi dan sosial, ketidakadilan hukum dan sebagainya.

Untuk menyelesaikan persoalan tersebut dibutuhkan aturan yang berasal dari Allah SWT, aturan yang tidak menimbulkan perselisihan dan perbedaan. Aturan yang membawa keberkahan dan keredhoan Allah SWT, tidak ada kepentingan pribadi dan kepentingan kelompok, yaitu aturan syari’ah islam yang wajib dilaksanakan oleh setiap orang yang beriman kepada Allah SWT, dan membutuhkan sebuah institusi pemerintahan islam untuk menerapkannya yang dikenal umat dengan nama Khilafah. Insya Allah, wallahualam bishawab.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here