Islam Solusi dalam Mencetak Generasi Unggul

0
47

Oleh : Qomariah

Ada berbagai alasan yang membuat anak muda masuk ke kelompok (Not in Employment, Education, and Training NEET), seperti putus asa, disabilitas, kurangnya akses transportasi, dan pendidikan keterbatasan finansial, kewajiban rumah tangga, dan lainnya. Kebanyakan dari mereka adalah Gen Z yang harusnya Tengah di masa produktif, mengapa hal ini bisa terjadi? Karena disebabkan oleh sistem kapitalisme sekuler yang diterapkan saat ini.

Badan pusat statistik (BPS) mengungkapkan bahwa hampir 10 juta penduduk Indonesia generasi Z berusia 15 — 24 tahun menganggur, atau tanpa kegiatan (not in employment, education, and training /NEET). Bila dirinci lebih lanjut, anak muda yang paling banyak masuk dalam kategori NEET justru ada di daerah perkotaan yakni sebanyak 5,2 juta orang, dan 4,6 juta di pedesaan.

Fenomena maraknya pengangguran di kalangan Gen Z menjadi ancaman serius bonus demografi menuju Indonesia emas 2045. Gen Z adalah mereka yang lahir pada 1997 hingga 2012. Menteri ketenagakerjaan (menaker) Ida Fauziyah mengungkapkan, banyak dari pengangguran berusia muda tersebut tercatat baru lulus SMA sederajat dan perguruan tinggi. (KOMPAS,24/52024).

Pemerintah menilai masih tingginya pengangguran pemuda membuat daya saing pemuda belum mencapai posisi yang optimal, pemuda yang tidak bersekolah dan tidak bekerja dianggap tidak produktif, karena potensinya tidak diberdayakan.

Jumlah anak muda yang menganggur diterjemahkan sebagai risiko yang bisa menekan potensi pajak ke depannya, Alih-alih menyelamatkan Gen Z dengan menyiapkan masa depan terbaik untuk mereka, pemerintah justru kesulitan menaikkan setoran penerimaan negara (pajak) karena jutaan Gen Z menganggur.

Berdasarkan status perkawinan NEET, dalam jurnal ketenagakerjaan berjudul analisis tenaga kerja mudah tanpa kegiatan;
Pertama, pertumbuhan ekonomi yang rendah menyebabkan perusahaan menghentikan rekrutmen baru atau bahkan mengurangi tenaga kerjanya.

Kedua, kebuntuan pasar tenaga kerja yang mana pertumbuhan ekonomi lambat membuat perusahaan dan menciptakan lapangan kerja baru.

Ketiga, tidak sesuainya, lulusan sekolah perguruan tinggi, dengan tenaga kerja yang dibutuhkan oleh industri.

Keempat, inovasi inovasi yang membuat proses produksi dan bisnis berjalan lebih efisien sehingga mengurangi tenaga kerja.
Kelima, globalisasi (negara yang dapat memproduksi barang, atau jasa secara efisien akan kebanjiran order produksi, dan negara yang tidak efisien akan kelebihan pengangguran).

Dalam kategori NEET akan berdampak negatif pada suatu negara. Di antaranya:
1. Penerimaan pajak berkurang. Makin banyak Gen Z yang menganggur, mereka tidak bisa mendapatkan pendapatan untuk menyetor pajak penghasilan (PPh).
2. Pertumbuhan ekonomi terhambat, Gen Z tidak bekerja tidak akan menyumbang konsumsi.
3. Tabungan masyarakat akan turun.
4. Menjadi beban masyarakat dan menimbulkan persoalan sosial.
5. Komitmen Indonesia meraih Indonesia emas 2045. tampaknya terancam gagal karena kondisi ini.
Bukan semata-mata murni memikirkan masa depan generasi yang gemilang, bahkan sebaliknya, bahwa pemerintah khawatir atas jutaan Gen Z yang menganggur, akan mengakibatkan perekonomian negara mundur.

Ini semua karena diterapkannya kapitalis sekuler, yang membolehkan penguasaan SDA untuk dikelola dan dikuasai oleh perusahaan, baik lokal, swasta, maupun asing, kondisi ini otomatis berakibat tenaga kerja tidak akan terserap, karena penyediaan tenaga kerja diserahkan kepada mekanisme pasar. Kemudian, faktor kemalasan individu cacat atau uzur, serta rendahnya pendidikan menyumbang penyebab pengangguran.

Apalagi saat ini terjadi polemik di tengah masyarakat terkait uang kuliah tunggal (UKT), yang semakin melangit. Sehingga anak bangsa sulit mengenyam pendidikan tinggi, kampus yang semestinya menjadi tempat terbuka bagi setiap warga negara mendapatkan pendidikan, kini hanya bisa diperoleh yang berduit banyak saja, sehingga masa depan generasi kian terkubur selama diurus sistem kapitalisme.

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan sistem Islam, dengan bersungguh-sungguh dalam mempersiapkan pemuda menjadi generasi unggul;
Pertama, departemen pendidikan menyelenggarakan pendidikan yang mampu menghasilkan para teknokrat dan saintis, yang bersyahsiah Islam dan mampu mengelola SDA menjadi senjata canggih, ataupun pesawat tempur yang modern. Biaya pendidikan dijamin oleh negara sehingga bisa rakyat nikmati dengan cuma-cuma.
Kedua, mendirikan sejumlah industri yang berhubungan dengan harta kekayaan milik umum.
Ketiga, mencetak generasi sebagai pemimpin atau negarawan, bukan pengangguran.

Departemen pendidikan dalam sistem Islam, akan menyelenggarakan pendidikan di perguruan tinggi, yang mampu mencetak para ulama, mujtahid, pemikir, pakar, pemimpin, hakim, dan fuqaha.

Dalam sistem Islam posisi pemuda sungguh sangat luar biasa, pemuda merupakan tulang punggung yang membentuk komponen pergerakan. Pemuda memiliki kekuatan yang produktif, umat tidak akan runtuh selama ada pundak para pemuda yang memiliki kepedulian dan semangat membara. Sejatinya pemuda Islam harus siap tampil di mana saja ketika tenaga dan kekuatannya dibutuhkan untuk berkorban pada Allah Swt, Insya Allah.
Wallahu a’lam bishawab.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here