Oleh : Nailah
Sejak pandemi merebak dari awal tahun 2020 yang lalu dan hingga saat ini masih terus berlanjut dengan kondisi zona merah di setiap belahan wilayah di dunia dan termasuk di Indonesia. Hal ini mengakibatkan lockdown yang tak merata dan penuh karena masyarakat masih berkegiatan seperti biasa di kantor, di pasar, di resto dan kafe. Pelarangan untuk acara-acara yang mengumpulkan banyak orangpun sudah tak berlaku dengan ketat lagi, terbukti banyak digelar perhelatan akbar baik itu permikahan, perayaan ulang tahun, peresmian dan yang lainnya.
Memang dengan standard kesehatan namun tetap terjadi interaksi orang-orang dalam jumlah yang banyak pada satu tempat. Walau demikian, kegiatan belajar, rapat kerja dan lainnya yang memungkinkan dikerjakan di rumah maka dikerjakan di rumah secara online dengan menggunakan aplikasi yang dipilih demi meminimalisasi penyebaran si imut C-19.
Kegabutan pun tak terhindarkan lagi, rumah yang biasanya sepi karena semua pergi beraktifitas di luar rumah, kini semua hadir secara utuh 24 jam di rumah dengan berbagai kegiatan online nya masing-masing. Terkadang untuk menghilangkan suntuk dan lelah dengan layar petak virtual, maka browsinglah media sosial yang ada seperti IG, FB yang semakin semarak ditambah dengan Youtube dan aplikasi lainnya yang bisa buat syaraf rada relax dan termasuklah salah satunya Tiktok.
TikTok adalah sebuah jaringan sosial media dalam platform video yang dikenalkan oleh Zhang Yiming pada 2016 dan dimiliki oleh ByteDance. Dulunya aplikasi ini memiliki nama Douyin yang sangat meledak di Tiongkok. Karena sangat populer, Douyin pun melakukan ekspansi ke berbagai negara dengan mengusung nama baru, yaitu TikTok.
(https://review.bukalapak.com/techno/apa-itu-cara-pakai-tiktok-111058). Dengan aplikasi ini, pengguna bisa mengunduh video singkat yang dibuatnya dengan konten yang diinginkan dan dengan aplikasi ini pula, pengguna mendapatkan hiburan dan teman baru yang bisa jadi teman untuk rehat dan relax sekaligus mereka bisa eksis dan mendapatkan penghasilan, karena sebagaimana Youtube, Tiktok pun memberikan apresiasi pada penggunanya atas video nya yang dikirimkan berupa uang sesuai dengan capaian tertentu. Hal inipun menjadi alternative sumber income yang baru dimasa pandemi ini, maka semakin bertambah-tambahlah pengguna Tiktok dari hari ke hari.
Berbagai konten hadir di Tiktok dari tips dan triks tentang menjalani hidup, curahan hati, info produk, perjodohan, bahkan ceramah singkatpun ada. Dari yang paling jenaka sampai yang paling hororpun ada. Dari yang paling santun sampe yang paling vulgar pun berseliweran di Tiktok. Dan saat ini yang lagi trend adalah cari jodoh di Tiktok, baik yang masih single maupun yang sudah menyandang status duda janda. Jadi tampak jelaslah kegabutan pencarian jodoh dari video–video tersebut yang dipostingkan oleh mereka yang entah memang serius sedang mencari jodoh atau sekedar iseng saja namun yang jelas bahwa begitu banyaknya pengirim konten cari jodoh yang artinya banyak sekali kaula muda usia produktif yang masih single dan dalam kegusaran mencari jodoh. Ditambah lagi dengan konten janda duda yang juga sedang dalam menunggu jodoh selanjutnya dengan harap–harap cemas dan berharap bisa jumpa di aplikasi ini. Namun walaupun sudah menawarkan diri atau mengajukan diri untuk segera dilamar dan dinikahi tapi tampaknya itu hanya luruh di komen saja yang tidak berlanjut atau tidak dilanjutkan. Jadi mereka hanyalah tebar pesona dan saling menggoda saja.
Tentu urusan jodoh dan pernikahan ini ini akan sangat mudah untuk dilaksanakan bila kita kembali ke zaman pemerintahan kholifah Umar bin Abdul Aziz dimana beliau memerintah dengan sangat adil dan dengan kepiawaiannya mengatur negara maka seluruh rakyatnya hidup dalam jaminan kesejahteraan dan kemakmuran yang luar biasa dimana konon sulit ditemukan orang miskin yang berhak menerima zakat sampai beliau harus bertanya berkali-kali kepada Abdul Hamid, salah seorang gubernur yang juga merangkap sebagai amil, untuk memastikan bahwa hak mereka ditunaikan dengan sebagaimana mestinya dan berkali-kali pula Abdul Hamid menyampaikan bahwa semua yang berhak atas zakat itu sudah mendapatkan haknya termasuk urusan utang-piutang pun sudah dilunaskan.
Namun sang kholifah masih saja gelisah dan khawatir atas hak yang belum tertunaikan sedangkan dana di kas baitul mal masih ada. Lalu beliaupun tiba-tiba berkata dan memberikan perintah pada gubernurnya, Abdul Hamid, “Coba carilah seandainya masih adakah para gadis dan perjaka (para jomblo) yang belum menikah semata-mata dikarenakan ketiadaannya harta. Maka seandainya kamu mampu (dana mencukupi) maka segeralah nikahkan mereka semua dan berilah (bayarkanlah) uang maharnya.” Maka semakin sejahteralah rakyat pada masa kepemimpinannya. Jangan heran pula jika Umar bin Abdul Aziz juga merupakan pemimpin kesukaan para kaum jomblo pada saat itu, terutama perhatiannya pada laki-laki dan perempuan yang jomblo dan belum menikah karena kendala biaya dan lain sebagainya. (https://islami.co/khalifah-umar-bin-abdul-aziz-dan-perhatiannya-pada-kaum-jomblo/).
Andaikan saat ini ada kholifah Umar bin Abdul Aziz tentulah urusan perjodohan dan pernikahan para jomlo dan jomblowati ini tidaklah sesulit itu hingga harus menawarkan diri dengan menggunakan aplikasi kekinian dan masih saja jodoh tak kunjung datang dan pernikahannya tak terlaksana. Alih-alih dapat jodoh, yang ada justru interaksi yang tak seharusnya terjadi antara wanita dan pria, terjadinya pelecehan diri dan orang lain dalam komen yang dituliskan di kolom komen dimana yang laku hanyalah yang cakep dan cantic saja, sedangkan yang kentang dan burik menyingkir dengan sadar diri, PHP yang tak berkesudahan, yang seakan butuh banget pasangan tapi nyatanya hanya umbar harapan semu yang buat penonton semakin baper dan bucin. Kabar baik tentang jodoh terbaikpun tinggal angan dan angin surga saja seiring berlalunya video konten yang ditonton dan berganti tema. ***