Kasus Bullying Marak, Bukti Kegagalan Sistem Pendidikan Sekuler

0
497

Oleh: Wiwik Ummu Balqis

Kasus Bullying (perundungan) yang melibatkan guru dan siswa atau antarsiswa seakan tidak pernah ada kata berhenti. Hal ini menjadi sebuah kemunduran bagi dunia pendidikan di Indonesia. Kita sering mendengar kasus perundungan antara siswa dengan siswa, guru dengan siswa bahkan siswa dengan guru. Namun, jika melihat sebuah penyelesaian masalah terkadang memang kita perlu memikirkan supaya kasus bullying yang terjadi di sekolah dapat berhenti. Tampaknya, hal ini menjadi PR semua pihak, baik pihak sekolah, siswa, orang tua, maupun pemerintah yang menaungi bidang pendidikan. Belum lama ini kita digegerkan dengan sebuah video seorang siswi yang menjadi korban tindakan perundungan.bullying terhadp korban pun sangat keterlaluan siswi tersebut ramai-ramai dipegangi, digerayangi dan direkam. Terjadinya kasus bullying ini menjadi pertanyaan besar untuk dunia pendidikan saat ini, apakah ini bukti kegagalan dalam dunia pendidikan ?

Kasus bullying sendiri menjadi teka-teki yang sulit untuk dipecahkan hingga saat ini, apakah kesalahan dalam dunia pendidikan sekolah atau didikan orang tua bahkan lingkungan tidak hanya kasus bullying antarsiswa melainkan guru dan siswa pun kerap terjadi. Di antaranya beberapa kasus yang lain siswa seolah tidak memiliki tata karma atau sopan santun terhadap guru. Menjamurnya penggunaan handphone mengubah karakter anak yang suka kumpul menjadi lebih individu dan sibuk dengan gadgetnya dari pada berkomunikasi secara langsung dan penggunaan gadget sendiri banyak menjadi sumber negative untuk siswa sendiri. Secara konseptual, bullying sering terjadi di kalangan anak sekolah. Salah satu penyebab terjadinya bullying menurut National Youth Violence Prevention Resource Center (2002) adalah suasana sekolah yang  tidak kondusif.

Kurangnya pengawasan orang dewasa atau guru pada saat jam istirahat, ketidakpedulian guru dan siswa terhadap perilaku bullying, serta penerapan peraturan antibullying yang tidak konsisten merupakan kondisi-kondisi yang menumbuhsuburkan terjadinya bullying di sekolah. Bisa kita bayangkan betapa kejamnya cyberbullying ini berdampak buruk bagi psikologi atau kejiwaan anak yang menjadi korban bullying tersebut yang bisa menghilangkan jati dirinya. Beberapa bulan lalu netizen ramai membicarakan kasus bullying pada Audrey. Berharap tidak ada Audrey yang lain sesudahnya. Namun faktanya kasus bullying masih saja nge-trend di kalangan remaja.

Bahkan bullying baru-baru ini juga dialami oleh seorang pelajar kelas VII SMPN 16 Kota Malang, berinisial MS (13). Ia diduga mengalami bullying alias perundungan oleh 7 orang teman sekolahnya. Akibatnya, jari tengah tangan kanan MS memar dan harus diamputasi. (Kompas.com).

Beberapa solusi dalam menangani kasus bullying 1. Peran orang tua yang aktif memantau kegiatan anak di luar rumah. Orang tua harus memberikan perhatian yang membuat anak nyaman dan serta perlunya didikan agama dalam lingkungan rumah. 2. Libatkan wali kelas dan guru BK dalam menangani permasalahan anak. Terkadang, dalam benak kita, BK menjadi hal yang menyeramkan. Padahal fungsi BK adalah menyeimbangkan psikologi siswa di sekolah. 3. Guru harus introspeksi dalam mengajar di dalam kelas. Sertakan pelajaran yang lebih mendekatkan mereka tentang akhlak dan pendidikan islam yang seharusnya. 4. Berikan nasihat yang tepat bagi siswa lebih menyadarkan siswa dan memberikan pola piker secara islami misalnya bagaimana pergaulan yang seharusnya ada batasan antara perempuan dan laki-laki, yang mampu meminimalisir terjadinya kasus bullying 5. Jika psikologi yang dialami oleh siswa itu tidak dapat ditangani oleh wali kelas dan guru BK, dalam islam sendiri kasus bullying atau penindasan ini merupakan tindakan yang sangat tidak dianjurkan atau sangat tercela dalam islam sendiri melarang keras perilaku yang merendahkan orang lain, orang tua juga harus memerhatikan waktu kapan saja anak menonton, karena apabila dibiarkan begitu saja anak akan lupa waktu, oleh karenya sebagai orangtua juga harus mempunyai kebijakan sendiri dalam hal ini. Utamanya orangtua harus mengingatkan dan menyuruh anak untuk berhenti menonton atau aktivitas lainnya saat waktu-waktu shalat.

Oleh karena itu, merebaknya bullying tidak boleh didiamkan. Terapi yang perlu diberikan untuk bullying pada remaja setidaknya mencakup terapi preventif (pencegahan) dan kuratif (pengobatan). Upaya preventif yang dilakukan adalah mengembalikan peran keluarga, masyarakat, dan negara. Sedang upaya kuratif adalah bagaimana mengobati mereka yang memiliki kecenderungan melakukan bullying dengan pendekatan mendasar yang akan mempengaruhi pola berpikir remaja ketika menghadapi kehidupan. Sehingga mereka akan meninggalkan sikap tersebut dengan penuh kesadaran. Benteng pertahanan pertama dan utama remaja adalah keluarga. Keluarga akan menjadi tempat pendidikan dan pembentukan karakter yang terpenting bagi seorang remaja. Orang tua haruslah memberikan teladan kepada anak-anak mereka dalam berkata dan bersikap. Tak sedikit para perilaku bullying berasal dari keluarga yang rusak dan terjadi komunikasi yang buruk dengan orang tua mereka. Hal ini menjadikan rusaknya psikologi dan akhlak remaja. Orang tua hendaklah membekali remaja dengan akidah yang kokoh dan akhlak yang terpuji. Namun sayang, kehidupan kapitalis-sekuler saat ini menjadikan banyak keluarga abai terhadap peran strategis ini.

Akibatnya, banyak remaja kita yang terabaikan dan semakin parah kerusakannya ketika berada di masyarakat. Di sisi lain, ada remaja yang meski sudah mendapatkan pendidikan terbaik di keluarga, nyatanya justru menjadi rusak ketika berada di luar rumah.

Oleh karena itu, Islam memandang bahwa menjaga remaja dan generasi bukan hanya tugas orang tua, akan tetapi juga butuh peran dari masyarakat dan negara. Anggota masyarakat memiliki tanggung jawab untuk saling menasihati, mengajak pada kebaikan dan mencegah tindakan yang tercela. Masyarakat tidak boleh abai terhadap permasalahan di sekitarnya. Sedang negara memiliki peran yang sentral dalam menyaring segala tontonan di media yang berpengaruh besar terhadap pembentukan generasi. Sistem pendidikan yang dijalankan oleh negara sangat penting dalam pembentukan karakter dan kepribadian remaja. Sistem pendidikan tersebut haruslah terintegrasi sejak pendidikan di sekolah dasar hingga perguruan tinggi. ***

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here