Kebutuhan Akan Sistem Alternatif dalam Menghadapi Pandemi

0
508

Oleh: Hj. Padliyati Siregar, ST

Dunia sedang menghadapi krisis besar yang bermula dari krisis kesehatan/pandemi Covid-19. Selama hampir 6 bulan berlangsung maka tampak betapa sistem politik, ekonomi, dan kesehatan yang berjalan di berbagai negara gagal dalam mengatasi masalah.

Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan Pandemi Virus Corona merusak ekonomi dunia lebih buruk dari angka perkiraan yang dikeluarkan sebelumnya.

IMF kini memprediksi output ekonomi dunia tahun ini akan menyusut hampir 5 %, atau hampir 2 % lebih buruk dari perkiraan yang dirilis pada bulan April.

Dalam laporan terbaru yang dikeluarkan pada Rabu (24/06) lalu, disebutkan dengan penurunan maka dunia bakal kehilangan output ekonomi senilai US$12 triliun selama dua tahun.

China adalah satu-satunya negara besar yang diperkirakan akan tetap mencatat pertumbuhan walaupun hanya 1 % tahun ini. Sementara sejumlah negara Eropa Barat, termasuk Inggris dan Prancis, diperkirakan akan mengalami penyusutan lebih dari 10 %, sebagaimana dilaporkan oleh wartawan BBC urusan ekonomi, Andrew Walker.

Direktur Pelaksana IMF, Kristalina Georgieva, sudah memperingatkan bahwa berbagai peristiwa telah menggugurkan perkiraan versi bulan April. Ditambahkan arah perekonomian global kini lebih buruk.

Ancaman resesi di depan mata. Perekonomian mandek dan mendorong dunia ke jurang resesi yang lebih parah dari krisis ekonomi 2008. Seluruh dunia kelimpungan menghadapi Corona.

Vaksin yang belum menemui titik terang, pemulihan ekonomi yang masih dicari solusi, hingga krisis lain yang ikut terdampak: krisis pangan dan oksigen.

Sebagian besar dari kita mungkin tidak pernah menyangka bahwa sebuah pandemi global yang disebabkan oleh virus Corona (Covid-19) dapat terjadi di era modern seperti sekarang. Bagaimana tidak? Pandemi kali ini bisa dibilang telah menimbulkan “kekacauan” tertentu di banyak negara.

Meski sebelumnya sedikit orang menyangka akan adanya kemungkinan dan bayang-bayang ancaman besar terhadap umat manusia.

Wajar saja kalo umat membutuhkan solusi sistim alternatif melihat langkah para pemimpin hari ini yang berubah-ubah rencana dalam menghadapi pandemi Covid-19, membuka topeng potret yang sebenarnya sosok penguasa dalam peradaban sekuler, Negara Demokrasi.

Sikap penguasa kental sekali dengan perhitungan-perhitungan ekonomi ketika dihadapkan pada kondisi harus melayani rakyatnya tanpa pamrih. Kehilangan nyawa rakyatnya atau mengedepankan pertimbangan ekonomi, yang itu pun belum pasti.

Pandemi Corona membuka tabir bobroknya kapitalisme memimpin dunia. Sangat wajar bila ada harapan di tengah kegagalan ideologi kapitalisme. Harapan itu ada pada Islam.

Tak heran bila desakan untuk kembali pada syariat Islam kian menggema. Sayangnya, ada beberapa pihak yang masih nyinyir dengan seruan ini. “Ini masalah corona, bukan masalah agama, “Virus Khilafah lebih berbahaya dari virus corona”, “Orang Corona solusinya dikasih obat, bukan Khilafah.”

Itulah sederet narasi sumbang terkait Khilafah dan syariat Islam. Nyanyian yang terus dibunyikan bagi kaum gagal paham. Ya, gagal memahami akar permasalahan.

Islam, Obat Mujarab untuk Dunia

Dunia membutuhkan solusi menyeluruh. Tatanan kehidupan memerlukan suntikan ruh. Suasana ruhiyah yang penuh takwa. Bukan sekularisme yang menjauhkan manusia dari hakikat ia diciptakan. Kekuatan ideologi dan ruhiyah yang sahih. Yaitu sistem Islam dalam negara Khilafah.

Mengapa Khilafah menjadi obat ampuh untuk atasi permasalahan global? Ini alasannya:

Pertama, khilafah adalah sistem pemerintahan yang terbukti mampu bertahan selama 13 abad. Lebih lama dari kapitalisme yang baru berjalan seabad sudah mau runtuh. Selama masa pemerintahannya, Khilafah adalah satu-satunya negara yang berhasil mengatasi wabah di masanya. Hal ini terjadi di masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khaththab.

Konsep lock down yang menjadi istilah trend hari ini sebenarnya sudah menjadi panduan Islam saat terjadi wabah. Panduan itu tercakup dalam sabda Nabi Shallallahu alaihi wasallam, “Apabila kalian mendengar ada suatu wabah di suatu daerah, maka janganlah kalian mendatanginya. Sebaliknya kalau wabah tersebut berjangkit di suatu daerah sedangkan kalian berada di sana, maka janganlah kalian keluar melarikan diri darinya.”

Itu baru persoalan wabah. Islam juga memiliki seperangkat aturan komprehensif. Dari sistem politik, ekonomi, pendidikan, sosial, hingga pertahanan dan keamanan.

Inilah keunikan ideologi Islam. Hanya saja, ideologi Islam tak bisa diterapkan kecuali ada negara yang mengembannya. Negara yang dimaksud tidak lain adalah Khilafah.

Kedua, Khilafah adalah ajaran Islam. Meski memiliki landasan dalil yang kuat, masih saja ada beberapa kalangan yang mencitraburukkan Khilafah. Seruan penegakan Khilafah selalu direspons negatif oleh penguasa. Padahal, ajakan ini adalah dakwah yang mengajak pada kebaikan.

Menjelaskan pada penguasa bahwa sistem yang ada sekarang tak layak dipertahankan. Mengapa malah dimusuhi? Sebagai sebuah gagasan, bukankah Khilafah layak didiskusikan sebagai sistem dan solusi alternatif untuk dunia dan negeri ini khususnya?

Ketiga, Khilafah itu bersandar pada wahyu bukan akal manusia. Oleh karenanya, tak pantas rasanya sebagai muslim, makhluk Allah yang lemah dan terbatas, malah nyinyir.

Ide Khilafah bukanlah ide perseorangan atau kelompok. Ide Khilafah itu berakar pada wahyu Allah Subhanahu wa Ta’ala. Berbeda dengan sistem hasil pikiran manusia seperti kapitalisme atau demokrasi.

Berdasarkan sumber asalnya, tentu Islam dan Khilafah lebih unggul dibanding kapitalisme dan demokrasinya. Mengapa? Karena sistem Islam tak berasas pada manfaat dan kepentingan. Atau terjebak pada intrik politik yang menipu daya. Sebagaimana penerapan demokrasi dan kapitalisme.

Jika kapitalisme sudah pasti gagal, komunisme tak layak diemban, lantas ideologi apalagi yang hendak dijadikan pengganti? Jawabannya adalah Islam. Sistemnya pernah ada. Sejarah kegemilangannya nyata, dan dasar hukumnya jelas dan terpercaya. Apalagi yang mau dicari?

Demokrasi? Dari rahimnya sudah bermasalah. Sekularisme? Ia menjadi sumber masalah kehidupan. Kapitalisme? Sistemnya tak amanah dan berkeadilan. Komunisme? Apalagi ini. Sudahlah bertentangan dengan fitrah manusia, penerapannya tak berperikemanusiaan.

Simpulannya, penerapan sistem Islam dalam bingkai Khilafahlah satu-satunya asa untuk dunia. Khilafah itu memang ancaman. Ancaman bagi ideologi kapitalisme dan komunisme.

Khilafah adalah obat mujarab. Obat yang mampu menghilangkan borok kapitalisme yang menganga. Obat yang mampu menghapus sekularisme yang merusak imun keimanan kita.

Dunia membutuhkan solusi menyeluruh. Tatanan kehidupan memerlukan suntikan ruh. Suasana ruhiyah yang penuh takwa. Bukan sekularisme yang menjauhkan manusia dari hakikat ia diciptakan. Kekuatan ideologi dan ruhiyah yang sahih. Yaitu sistem Islam dalam negara Khilafah. ***

Wallahu a’lam bishowab.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here