Keimanan Islam sebagai Benteng Perilaku Jahat

0
76

Oleh : Ummu Hanif

Bocah laki-laki kelas dua SD di Sukabumi tewas diduga akibat dikeroyok kakak kelasnya. Korban adalah MHD, usia 9 tahun, warga Sukaraja. Pihak keluarga meminta pertanggungjawaban dari pihak sekolah dan orangtua pelaku. Kapolsek Sukaraja, Kompol Dedi Suryadi, mengatakan kasus dugaan pengeroyokan MHD masih dalam penyelidikan. Dedi menuturkan, polisi baru mendapatkan laporan dari warga dan polisi telah menemui keluarga korban. Pihaknya akan segera meminta keterangan keluarga korban dan pihak sekolah untuk mengungkap kejadian sebenarnya yang dialami korban, sehingga meninggal dunia. (TribunTangerang.com/23 Mei 2023).

Bullying semakin hari semakin marak terjadi. Tak tanggung-tanggung, bahkan di sekolah dasar pun hal tersebut terjadi. Pelakunya pun tak lain adalah siswa di sekolah itu sendiri. Pelaku bullying hari ini semakin sadis dan bengis. Banyak hal yang berpengaruh, baik kurikulum pendidikan dan pola asuh di keluarga maupun di masyarakat dan juga dari tayangan/tontonan yang dilihat oleh mereka. Disini bisa dilihat bahwa betapa pentingnya peran keluarga dalam membina anak-anak yang berakhlak mulia. Pola asuh yang baik di rumah sudah pasti akan memberikan efek positif bagi anak dalam berinteraksi dengan oranglain di luar rumah, termasuk di sekolah.

Dari kejadian yang terus berlanjut tanpa adanya tindak tegas pemerintah menunjukkan bahwa pemerintah telah gagal dalam mengatasi tindakan/kasus bullying yang terjadi hampir setiap harinya. Pemerintah seolah peduli dengan peristiwa ini, padahal sebenarnya pemerintah hanya menyerahkan sepenuhnya urusan seperti itu kepada pihak yang terkait yang bisa mengatasinya misal polisi. Tindakan yang dilakukan oleh pemerintah hanya sebatas memberi perintah, tidaj lebih. Pihak kepolisian pun kebanyakan tak tuntas dalam mencegah dan menanggulangi tindak kekerasan seperti itu.

Hal yang dilakukan oleh pemerintah ataupun instansi terkait perihal kasus bullying ini tidak pernah menimbulkan rasa takut bagi masyarakat ataupun efek jera bagi pelaku bullying. Dengan demikian, kejahatan yang sama akan terus berulang dan akan terus terjadi walau dalam waktu yang cukup lama.

Sungguh miris dengan pergaulan anak sekolah sekarang. Minimnya akidah yang tertanam dalam diri anak seolah memperlihatkan bobroknya sistem sekularis-kapitalisme di negeri ini. Anak-anak yang sejatinya masih harus dibimbing, diajarkan tentang perilaku yang baik sesuai syariat Islam malah dibiarkan bergaul begitu saja asal tidak merugikan negara. Prinsip bagi pemerintahan yang berasaskan sekularis-kapitalis tidak lain adalah menjauhkan agama bagi masyarakat dalam kehidupannya.

Jika dicermati lebih dalam, sebenarnya ada beberapa faktor besar yang menjadi akar masalah mengapa tindak bullying menjadi penyakit yang menjamur di dunia pendidikan. Selain karena faktor keluarga dan lingkungan sekolah, tindakan bullying itu terjadi karena tidak adanya peran negara sebagai periayah bagi masyarakat. Disini dibutuhkan sekali peran negara dalam membangun SDM yang unggul. Semua itu mestinya dimulai dari pembentukan kepribadian pada generasi melalui turun tangan pemerintah sendiri.

Kerusakan-kerusakan yang terjadi hari ini tidak lain karena penerapan ideologi sekuler-kapitalisme. Jelas-jelas sistem ini salah, karena tidak bisa menjadikan masyarakat terutama anak-anak berakhlak mulia seperti yang dianjurkan oleh syariat Islam. Bagaimana mungkin lingkungan ramah anak tercipta jika anak-anak terus dijejali dengan nilai-nilai sekuler dalam kehidupan mereka?!

Apapun bentuk dari setiap kejahatan maupun perundungan, Islam sangat tegas melarang semua tindak kejahatan seperti itu. Dalam Islam, tindakan bullying adalah perbuatan tercela yang sangat dilarang oleh Allah ta’ala. Larangan ini sangat jelas termaktub dalam Al-Qur’an.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok). Dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olokkan). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilab adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (Q.S. Al-Hujurat:11)

Islam menjadikan keimanan sebagai landasan dalam setiap perbuatan, sehingga menjadi benteng dari perilaku jahat/sadis. Islam pun memiliki mekanisme komprehensif dalam membangun kepribadian rakyatnya pada semua lapisan usia sehingga terwujud individu beriman, berakhlak mulia dan terampil.

Wallahu a’alam….

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here