Konflik Afghanistan, Islam Solusinya

0
222

Oleh: Nilawati Wahab

Hampir 20 tahun lamanya, Afghanistan terjadi perang, dari Oktober 2001-sekarang. Setelah serangan WTC 11 September 2011, Amerika Serikat memulai kampanye perang melawan terorisme mereka di Afganistan, dengan tujuan menggulingkan kekuasaan Taliban yang dituduh melindungi Al-Qaeda, serta untuk menangkap Osama bin Laden.

Aliansi Utara Afganistan menyediakan mayoritas pasukan, dengan dukungan dari Amerika Serikat dan negara-negara NATO antara lain Britania Raya, Prancis, Belanda, dan Australia. Nama kode yang diberikan oleh Amerika Serikat untuk konflik ini adalah Operasi Kebebasan Abadi (Operation Enduring Freedom) (2001-2014) dan berubah nama menjadi Operation Freedom’s Sentinel (2015-sekarang).

Dalam penyerangan terhadap Amerika Serikat tersebut menewaskan lebih dari 3000 orang, kemudian Taliban menguasai hampir semua wilayah Afganistan. Pada tahun 2001, Usamah bin Laden dan beberapa pemimpin Al-Qaeda melarikan diri ke Pakistan, di tempat inilah mereka berlindung. Sedangkan Afghanistan sendiri merupakan pasukan AS dengan mudah menjatuhkan pemerintahan Taliban.

Pada Desember 2002, juru bicara Taliban menawarkan tindakan menyerah, akan tetapi ditolak oleh AS, sehingga akhirnya AS dengan Taliban sepakat untuk gencatan senjata dan bernegosiasi untuk peralihan kekuasaan politik dengan pemerintahan Afghanistan yang didukung oleh AS.

Pada tahun 2004, pemerintah Afghanistan yang baru terbentuk bergabung dengan Pasukan NATO dan AS, akan tetapi serangan Taliban tak pernah surut.

Afghanistan dibangun oleh AS dan NATO atas dasar demokrasi yang bergaya barat, menghabiskan miliaran dolar untuk membangun negara miskin yang dilanda perang selama dua dasawarsa. Pemerintahan yang pro-Barat akhirnya berdiri. Sekolah, rumah sakit, fasilitas publik dibangun, ribuan perempuan yang dilarang sekolah di masa Taliban, akhirnya bisa sekolah. Perempuan akhirnya bisa kuliah, bekerja, dan menjadi anggota parlemen dan pejabat pemerintah. Media independen bermunculan. Tapi korupsi juga merajalela. Dana ratusan juta dolar untuk pembangunan dan investasi diselewengkan. Pemerintah tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar rakyatnya.

Sejak tahun 882 Masehi Afghanistan merupakan wilayah Muslim. Negara dengan keadaan geografisnya yang nyaris tidak bisa dimasuki, tercerminkan pada komposisi etnis, budaya, dan bahasanya. Populasinya pun terbagi menjadi beberapa kelompok etnis. Pashtun adalah etnis terbesar, bersama dengan Tajik, Hazara, Aimak, Uzbek, Turkmen, dan kelompok kecil lainnya.

Pertengahan 2010, masa Presiden Obama mencapai puncaknya, dengan menambah 100.000 tentara AS ke Afghanistan. Langkah ini bisa menekan Taliban walaupun tidak untuk waktu yang lama. Satu tahun kemudian Osamah bin Laden dibunuh oleh Pasukan Elit Angkutan Laut AS tepatnya bulan Mei 2011. Pada Juni tahun itu Obama berjanji akan akan mulai menarik mundur pasukan AS dan menyerahkan tanggung jawab keamanan kepada Afghanistan.

Pada 2014, tahun yang paling berdarah sejak 2001, Pentagon menyimpulkan perang ini tidak bisa dimenangkan secara militer dan hanya perundingan damai yang bisa mengakhiri konflik. Pasukan internasional NATO mengakhiri misi mereka, meninggalkan Afghanistan ke tangan militer Afghan, dan tanggal 31 Desember 2014 Obama mengakhiri perang utama serta beralih melatih dan membantu pasukan keamanan Afghanistan.

Pada saat itulah Taliban mendapat kesempatan dan berhasil merebut banyak wilayah. Tidak ada seorang pun tahu bagaimana Taliban akan menjalankan pemerintahan. Yang ada sekarang semua mahal. Yang murah hanya satu: nyawa manusia. Konflik Afghanistan hari ini tak bisa terlepas dari sejarah Perang Dingin, ketika dunia terbelah menjadi dua ideologi besar yang saling bermusuhan. Pada 1978, Afghanistan menjadi negara komunis, dan partai yang berkuasa ”mengundang” militer Uni Soviet masuk pada 1979.

AS tak ingin Afghanistan jadi satelit Soviet yang baru sehingga AS melancarkan strategi untuk mencetak pejuang religius yang rela bertempur melawan Soviet. Tak tanggung -tanggung, AS mengalirkan dana dan persenjataan ke negara tetangga Pakistan, dan dari situ menjamurlah madrasah di Pakistan yang melahirkan banyak jihadis militan dan strategi Amerika berhasil melalui tangan Kaum Mujahidin yang didukung AS, sehingga menjadikan Uni Soviet mundur dari Afghanistan tahun 1989. Dua tahun kemudian AS meninggalkan Afghanistan karena merasa tak punya lagi musuh besar, dan setelah itu Afghanistan terjadi kekacauan.

Setelah Amerika Serikat meninggalkan Afghanistan, para fraksi-fraksi Mujahidin saling bertempur memperebutkan supremasi kekuasaan. Dari sini Afghanistan terpeca-pecah menjadi daerah-daerah kecil yang dikuasai raja perang hingga tidak ada hukum yang bisa diandalkan. Akhirnya kehancuran merata di segala penjuru. Hingga pada saat kekacauan itu Taliban muncul menguasai Kandahar, Kabul tahun 1996 dalam waktu singkat hampir seluruh Afghanistan dikuasainya.

Kemanakah Arah Perjuangan Taliban? Pada awalnya Taliban disambut masyarakat dengan baik, karena Taliban membawa keamanan dan kestabilan yang dirindukan orang Afghanistan yang telah babak belur oleh perang saudara berkepanjangan. Jalanan pun kembali menjadi aman dilintasi, terbebas dari ancaman perampok dan pembunuh. Taliban kemudian menerapkan hukum syariah dengan penafsiran yang luar biasa ketat. Perempuan diwajibkan memakai burkak yang menutupi seluruh wajah, termasuk mata. Perempuan tak bisa bersekolah dan bekerja, dan dilarang ke luar rumah tanpa ditemani mahram.

Para lelaki diwajibkan memakai pakaian tradisional, topi atau sorban, juga memelihara jenggot. Taliban pun melarang orang menonton televisi, mendengarkan musik, menari, bermain layang-layang, dan masih banyak lagi. Pemerintahan Taliban dijalankan dengan kekerasan. Mereka yang melanggar aturan dipukuli, dirajam, diamputasi, atau dieksekusi di depan publik. Taliban juga membantai etnik minoritas. Dikarenakan Perbuatan Laskar Taliban yang melewati batas di Mazar-i-Sharif dan Bamiyan pada 1998, laskar Taliban mendatangi rumah demi rumah untuk membantai ribuan orang Hazara, termasuk perempuan, anak-anak, dan bayi.

Gerakan perlawanan rakyat Afghanistan terhadap Taliban pun terus meluas dan menguat, terutama di bagian utara negeri yang dihuni kaum minoritas. Mata mereka memakai kacamata identitas dalam memahami konflik, ini adalah menyesatkan dan bisa jadi berbahaya. Sebaliknya, konflik akan menjadi lebih masuk akal apabila kita memahami kepentingan pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. China termasuk negara pertama di tahun 2021 yang menyatakan siap ”membina hubungan bersahabat” dengan rezim Taliban dan siap menghormati pilihan rakyat Afghanistan”. Setelah kelompok Taliban itu merebut kembali Afghanistan.

Juru bicara kementerian luar negeri China Hua Chunying mengatakan: Kalau Taliban sudah berulang berharap menantikan partisipasi China dalam rekonstruksi dan pembangunan Afghanistan. China menyambut baik tentang ini, China menghormati hak rakyat Afghanistan untuk secara mandiri menentukan nasib mereka sendiri dan bersedia untuk terus mengembangkan hubungan persahabatan dan kerja sama dengan Afghanista (dilansir Al Arabiya pada Senin (16/8/2021).

Hua kemudian meminta Taliban untuk memastikan transisi kekuasaan yang mulus dan menepati janjinya untuk merundingkan pembentukan pemerintahan Islam yang terbuka dan inklusif, dan memastikan keamanan warga Afghanistan dan warga negara asing. Sebenarnya di balik itu semua kepentingan China untuk terlibat dalam upaya resolusi konflik ini adalah ekonomi. Karena Afghanistan memiliki cadangan sumber daya alam terbesar di dunia yang belum diolah seperti tembaga, batu bara, kobalt, merkuri, emas dan lain-lain yang bernilai lebih dari USD1 Triliun.

China saat ini merupakan investor asing terbesar di negara Afghanistan bersaing dengan India. Karena kunci keberhasilan proyek-proyek utama China di Asia selatan dan Tengah ada distabilitas Afghanistan, dan proyek ini juga menjadi koridor Ekonomi China-Pakistan. Afghanistan dilibatkan oleh kedua negara ini dijalur jalan raya dan kereta api.

Sebuah langkah mulia digelar Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PB NU) untuk mendamaikan fraksi-fraksi Afghanistan yang masih belum bisa bersatu, dengan menggelar sebuah forum konsultasi dan mediasi. Acara yang bertajuk Consultation Forum for Peace in Afghanistan ini diselenggarakan selama dua hari di sebuah hotel berbintang di ibukota Jakarta, 18-19 Juli. Menurut Sekretaris Jenderal PBNU, Marzuki Syuhud, sebagai sebuah ormas Islam terbesar di Indonesia dan terlibat dalam pendirian Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), NU merasa tergugah untuk menyebarkan perdamaian di Afghanistan. Apalagi Indonesia dianggap berhasil mengatasi konflik di berbagai wilayah seperti di Ambon dan Aceh.

Delegasi Afghanistan yang hadir dalam acara ini sebanyak 20 orang dari semua fraksi yang bertikai, termasuk Taliban dan unsur pemerintah. Bahkan mantan Presiden Afghanistan, Burhanuddin Rabbani, turut hadir dalam acara “ishlah” ini. Sedangkan peserta dari Indonesia berjumlah 60 orang, diwakili oleh beberapa Pengurus Wilayah (PW) NU—terutama yang berasal dari bekas-bekas wilayah konflik seperti Aceh, Ambon dan Sulawesi Tengah.

Kembali kepada Islam
Islam telah menjelaskan bahwa setiap muslim bersaudara, seorang mukmin dengan mukmin yang lain bagaikan suatu bangunan yang satu mengukuhkan yang lainnya. Nabi Muhammad SAW seperti tertera dalam hadist muttafaq’alaih mengingatkan pentingnya persatuan dan persaudaraan diantara umat Islam. Dalam kehidupan sehari-hari, ajaran Rasulullah SAW itu kerap terlupakan. Perselisihan dan sengketa antara sesama umat Islam masih kerap terjadi. Tingkatannya mulai dari yang ringan dan bisa diselesaikan dengan mudah, hingga yang berpotensi menimbulkan kekerasan atau balas dendam .

Dalam Surah Al Hujarat ayat 10 Allah SWT berfirman: ‘”Sesungguhnya orang-orang Mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu ( yang berselisih). Sejatinya konflik di Afghanistan ini hanya bisa diselesaikan dengan penerapan sistem Islam. Karena sistem khilafah Islamlah yang sudah terbukti mampu menyelesaikan segala persoalan .

Maka dari itu sudah seharusnya seluruh umat didunia ini membangun kembali khilafah Islam. Mari kita sama-sama perjuangkan tegaknya khilafah Islamiyah demi memenuhi seruan Allah SWT. Wallahu a’lam bush showab

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here