Kliksumatera.com, BANJARMASIN- Peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2020 digelar di Provinsi Kalimantan Selatan, Banjarmasin kemarin, Sabtu, (8/2) di Hotel Rattan In Banjarmasin.
Ribuan insan pers seluruh Indonesia turut menghadiri Peringatan Hari Pers Nasional (HPN) tersebut di Ibukota Provinsi Kalsel, Banjarmasin.
Dengan mengusung tema Konvensi Nasional Media Massa ‘Daya-Hidup Media Massa di Era Disrupsi, Tata-Kelola seperti apa yang dibutuhkan”.
Ketua Dewan Pers, Muhammad Nuh ketika menyampaikan sambutannya mengatakan bahwa kita sudah sepakat memilih pilar demokrasi dalam mengelola bangsa dan negara ini. Kita pun juga sepakat bahwa pilar demokrasi itu adalah media pers. Maka pers harus tumbuh berkembang dengan baik. ”Apabila kita berjuang menegakkan nilai-nilai yang ada di dunia pers itu, maka sama saja dengan menegakkan demokrasi dan sama saja menegakkan bangsa dan negara ini,” tegasnya.
Dalam Demokrasi, peranan pers salah satu ideologinya adalah jurnalism. Untuk bisa menjadi jurnalism perlu ekosistem, karena jurnalism tidak bisa berdiri sendiri tanpa ekosistem.
Nuh menambahkan apa saja ekosistem yang dimaksud. ”Yang pertama dari sisi jurnalisnya sendiri, yang dimaksud jurnalisnya sendiri itu yang pertama kompetensinya harus memadai, dan terus menerus harus dilakukan upgrade-upgradenya,” terang Nuh.
Bahkan dengan dinamika sosial yang sekarang ini perubahan yang sekarang ini kedepan masalahnya akan semakin Kompleks oleh karena itu tidak cukup hanya jurnalis dengan kategori biasa tetapi harus kita siapkan para wartawan spesialis-spesialis. ”Kenapa kita butuhkan wartawan yang spesialis itu karena kita nggak ingin berita yang disajikan itu hanya modanya diskriftif hanya berita saja dak ingin akan tetapi kita ingin berita yang disajikan itu mulai dari berita yang berbasis data. Dari data itu dia mampu mengelola informasi dari informasi itu dia mampu mencari hubungan antara informasi yang satu dengan informasi yang lainnya menjadi knowledge dan knowledge begitu jadi knowledge dia akan menjadi wisdem,” jelas Nuh.
Di knowledge ini itulah yang sekarang dibutuhkan oleh masyarakat kita karena masyarakat kita sekarang ini basisnya adalah information at knowledge Wisdem society.
Tapi sebentar lagi akan berkembang ke masyarakat yang berbasis inovasi dan kreafity maka yang dibutuhkan adalah wisdem itu merupakan dari sisi Kompetensi jurnalisnya.
Akan tetapi hal tersebut belumlah cukup perlu yang namanya tingkat kesejahteraan. Nuh menjelaskan bagaimana mungkin seorang Jurnalis meskipun dia memiliki kemampuan berpikirnya tidak ada yang menghalangi.
Apabila gaji dan insentifnya tidak mencukupi untuk membiayai keluarganya itu dapat mempengaruhi terganggunya kinerja jurnalis tersebut.
Oleh karena itu, ketiga faktor tersebut harus bersinergi dengan baik sehingga dari sisi wartawannya dapat menghasilkan berita yang berkualitas.
Hal tersebut dapat tumbuh apabila industri medianya tumbuh. Kalau industri medianya sedang deadline begini, bagaimana ceritanya perusahaan dapat menaikkan gaji.
Maka dari itu industri media ini harus tumbuh dalam konteks itulah maka supaya industri media tumbuh harus ada peraturan peraturan pemerintah, regulasi regulasi yang ikut mendukung sehingga apa yang disampaikan oleh Presiden Jokowi tadi itu merupakan bagian dari Ekosistem yang ingin kita bangun.
Selain itu Muhammad Nuh menambahkan Bagi orang orang yang optimis dia akan terus berjuang untuk mencari peluang serta mengganggap sebuah tantangan menjadi motivasi bagi dirinya.
Sementara itu Kemal Effendi Gani yang terpilih sebagai Ketua Forum Pemimpin Redaksi se-Indonesia ketika diwawancarai usai acara peringatan HUT HPN di Banjarmasin mengatakan bahwa pada peringatan HPN ini alhamdulillah seperti apa yang kita dengarkan bersama apa yang disampaikan oleh Presiden RI Jokowi mendukung penuh bagaimana jurnalism dapat terus berlangsung di negeri kita.
Sebab jurnalism sangat diperlukan oleh masyarakat maupun buat Pemerintah dan Negara. Nah, jurnalism bisa lahir dalam konteks disrupsi sekarang ini apabila ada aturan main ada sistem yang menata dengan baik dapat bekerjasama atau pola hubungan antara media konvensional dengan platform subengine, agrirator, dan media sosial.
Seperti yang kita ketahui sekarang ini dengan adanya insentif google misalnya yang memberikan iklan bagi konten konten yang viewer nya tinggi itu telah memacu dengan lahirnya berita berita yang hanya mengejar sensasional.
Baik judulnya yang sensasional padahal isi beritanya tidak ada hubungannya akan tetapi dengan adanya berita yang berjudul ‘Sensasional’ tadi konten tadi jadi banyak dibaca orang.
Karena banyak dibaca orang dia kalau didalam sistem bisa menjadi peringkat tinggi pembacanya sehingga apabila orang mencari berita maka konten itu yang akan keluar pertama kalinya.
Sementara berita berita yang mengandung good Jurnalism tadi dari media media konvensional itu akhirnya tenggelam dan yang lebih parah lagi berita-berita sensasional tadi mendapatkan insentif berupa iklan dari google.
Kemal berharap ke depan bagaimana hal hal seperti ini dapat ditata dengan baik. ”Kita tidak menentang dengan hadirnya platform-platform besar soft engine, agritator ataupun media sosial. Akan tetapi dukungan atau jalan bagi konten konten yang tidak bertanggungjawab ini mestinya bisa diatasi dengan sebaik baiknya kalau kita bisa bekerja sama dengan mereka,” tandasnya.
Sementara itu, Mantan Ketua PWI Sumsel H. Octaf Riyadi mengomentari terkait pidato presiden Jokowi mengenai HPN di Banjarmasin mengatakan bahwa gaya hidup media massanya yang dibenahi seperti apa yang disampaikan oleh Ketua Dewan Pers Muhammadand Nuh, Pers harus hidup, harus baik, dari tata kelola maupun wartawannya supaya bisa hidup di era perubahan sekarang ini.
Oleh karena itu dengan Peringatan HPN kali ini kita harapkan ada perubahan yang bisa tercapai untuk media. ”Paling tidak media massa bisa hidup dan bertahan dengan persaingan media yang kian banyak ini paling tidak media tersebut harus berbasiskan data, menyajikan berita yang benar maka media tersebut akan dibaca orang tapi sebaliknya apabila media sudah memberitakan berita bohong, berita jelek maka media tersebut akan ditinggalkan oleh pembaca,” pungkasnya.
Laporan : Andrean
Editor/Posting : Imam Ghazali