Oleh: Devita Deandra (Aktivis Muslimah)
Baru-baru ini masyarakat ramai memperbincangkan tentang rencana meninggalkan WhatsApp dikarenakan khawatir terkait perlindungan privasi di WhatsApp. Diketahui, sebelumnya WhatsApp mendesak banyak pengguna untuk menyetujui aturan privasi baru untuk berbagi data pribadi dengan Facebook.
Kebijakan tersebut ternyata sudah dirasakan di luar negeri. Dan tidak sedikit yang kecewa dengan peraturan baru WhatsApp yang tidak menyenangkan tersebut.
Alhasil aplikasi BiP buatan Turki pun dianggap masyarakat lebih aman melindungi kebijakan privasi penggunanya. Bahkan di Bangladesh, aplikasi komunikasi dan perpesanan BiP melompat ke bagian atas daftar pengguna mengalahkan Whatsapp dan Facebook. Saat ini BiP mencatat jumlah total pengguna sebanyak 50 juta orang dan tersebar di 192 negara (portalislam-id, 19/1/2021).
Adapun kebijakan berbagi data dari Whatsapp ke Facebook yang semula rencananya dilakukan 8 Februari ini pun ditunda. WhatsApp mengklarifikasi dengan memunculkan status tentang keamanan kebijakan privasi ke setiap pengguna. Mengutip dari AFP, penundaan itu dilakukan karena cemas jika penggunanya beralih ke aplikasi pesan singkat lainnya jika kebijakan itu diberlakukan (CNNIndonesia, 16/1/2021).
Perubahan kebijakan WhatsApp dikarenakan kecemasannya membuktikan, bahwa suara umat memiliki pengaruh yang besar. Terutama umat muslim. Demikian juga sebelumnya aksi seruan pemboikotan produk produk perancis yang menggema di seluruh dunia, sebagai bentuk protes terhadap Presiden Perancis yang menghina Nabi Muhammad SAW kala itu, juga dikabarkan sampai berimbas kepada penurunan saham. Maka wajar jika kini WhatsApp pun memiliki kekhawatiran yang sama.
Hal tersebut di atas seharusnya menjadikan umat yang termulia ini sadar akan potensi besar yang dimilikinya. Meski belum memiliki pemimpin politik berlandaskan Islam, namun langkah berani yang diambil menunjukkan bahwa ada potensi besar yang dimiliki umat. Bisa dibayangkan, dengan begitu saja, umat Islam berani memutus hubungan dengan kapitalis global. Bagaimana jika umat satu visi misi mewujudkan kesatuan Islam? Tentu akan segera tegak kepemimpinan Islam di bawah naungan khilafah.
Oleh karena itu, umat mesti menyadari sebagai umat terbaik. Karenanya, mesti menyongsong peradaban Islam yang mulia. dengan memutus hubungan dengan korporasi kapitalis global dan membuat kalang kabut teknologi raksasanya. Tentu dengan menjadikan potensi umat tersebut didasarkan oleh perasaaan dan pemahaman yang disandarkan kepada Islam maka sungguh potensinya akan semakin kuat dan tidak tertandingi.
Sebab, dengan persatuan inilah umat akan mampu meruntuhkan kapitalis sekuler yang sudah nyata kerusakannya.
Tidak hanya rusak dan merusak, sistem ini pula telah menggerus akidah sehingga menjadikan pemahaman umat akan potensinya serta kesempurnaan agamanya semakin jauh dari benak kaum muslim sendiri, akibat paham sekularisme pemisahan agama dari kehidupan, sehingga tak banyak umat Islam yang tau akan jati dirinya, maka kebangkitan umat yang sesungguhnya hanyalah bisa terwujud jika sistem Islam diterapkan kembali di setiap lini kehidupan. Dengan mengganti sistem sekuler kapitalisme, sebab ketika pemahaman umat secara menyeluruh atas akidahnya sebagai muslim, tentang hukum hukum Islam dan pemikiran nya yang disandarkan kepada Islam akan mampu mengantarkan kepada keagungan dan kemuliaan. Sayangnya saat ini umat belum menyadari dan masih berkutat pada solusi pragmatis.
Maka sangat dibutuhkan dakwah pemikiran di tengah-tengah umat juga terus beramar makruf nahi mungkar dengan kembali mengambil Islam sebagai solusi atas problematika hari ini. Sebab sejatinya Islam dengan kesempurnaanya apabila diterapkan akan mampu membawa kekuatan besar termasuk demografi, politik dan ekonomi. Kekuatan besar sistem yang aturannya terlahir dari alquran dan sunnah ini pasti mampu meruntuhkan sistem rusak yang lahir dari kesombongan manusia yang lemah dan terbatas. Allahu alam bish-showab.