Peringatan Hari Wayang, Menko Muhadjir: UU 5/2017 Bukti Negara Hadir

0
291
Menko PMK RI Muhadjir Effendy pada peringatan Hari Wayang Dunia ke-5 dan Hari Wayang Nasional 2019 di ISI, Ketingan, Surakarta, Jawa Tengah, Selasa (5/11/2019). (foto: Kemenko PMK | Kristian Suryatna)

Kliksumatera.com, SURAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Kabinet Indonesia Maju (KIM) Muhadjir Effendy menegaskan, disahkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2017 (UU 5/2017) tentang Pemajuan Kebudayaan, adalah bukti kehadiran negara dalam memajukan kebudayaan nasional.

Keharusan negara hadir untuk kemajuan kebudayaan, tegas Menko, diperkuat pula dengan pengupayaan penerbitan regulasi turunan beleid itu yaitu Peraturan Presiden tentang RIPK (Rencana Induk Pemajuan Kebudayaan) dan Strategi Kebudayaan.

Hal tersebut ia sampaikan saat berbicara sekaligus membuka secara resmi kegiatan Peringatan Hari Wayang Dunia V dan Hari Wayang Nasional 2019, yang dipusatkan di Pendhapa Ageng Mr GPH Djojo Kusumo, Institut Seni Indonesia (ISI), Kentingan, Surakarta, Jawa Tengah, Selasa (5/11/2019).

Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Kabinet Kerja 2014-2019 ini menjamin jika pihaknya bakal terus berkomitmen menghela proses pemajuan kebudayaan nasional. “Saya akan tetap mengawal pemajuan kebudayaan nasional kita,” ujarnya, di depan Rektor ISI Guntur, dalang kondang Ki Manteb Sudarsono, budayawan, dan tamu undangan.

Selain lewat regulasi, pembuktian komitmen itu juga dituangkan dalam bentuk dukungan anggaran. “Bahkan tahun ini sudah ada DAK (Dana Alokasi Khusus) Kebudayaan yang diharapkan jumlahnya tiap tahun meningkat. Serta sudah disetujui adanya Dana Abadi Kebudayaan,” ungkapnya menginfokan.

Dalam keterangan persnya yang diterima redaksi Rabu (6/11/2019), Menko PMK mengharapkan, dengan terbitnya berbagai regulasi pemajuan kebudayaan, kegiatan bidang kebudayaan dapat dilakukan lebih masif lagi oleh stakeholder, baik pemerintah, akademisi, dan masyarakat umum.

“Salah satunya, peringatan ini. Wayang merupakan salah satu pilar utama seni budaya bangsa Indonesia yang adiluhung. Wayang mengandung pelajaran, fatwa, dan simbol-simbol yang jadi nilai hidup dan moral bangsa Indonesia, terutama masyarakat Jawa,” paparnya.

Tidak salah, jika UNESCO (Badan Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa/PBB) lantas menetapkan wayang sebagai warisan dunia tak benda.

“Karena wayang adalah ekspresi budaya, dan budaya pada dasarnya ada di dalam ide dan pikiran,” jelasnya, yang turut menyempatkan diri menyaksikan pagelaran wayang kulit dan wayang orang di lokasi kegiatan.

Diketahui, perayaan Hari Wayang mengacu pada momen penobatan wayang sebagai Masterpiece of Oral and lntangible Heritage of Humanity (warisan mahakarya dunia yang tak ternilai dalam seni bertutur asli Indonesia) oleh UNESCO, 7 November 2003.

Praktis, sejak saat itu hingga memasuki peringatan tahun kelima ini, 7 November juga dirayakan sebagai Hari Wayang Dunia.

Sementara, ISI memperingatinya dengan sejumlah gelaran menarik. Seperti lomba mewarnai gambar tokoh wayang Pandawa bagi anak kelompok usia batuta (bawah tujuh tahun), yang diorganisir oleh Fakultas Seni Pertunjukan, dan dibuka oleh Dekan Dr Sugeng Nugroho, Minggu (3/11/2019) lalu.

Juga ada pameran seni rupa, seminar, dan pertunjukan wayang, sepanjang Senin-Rabu (4-6/11/2019). Diselingi pula dengan pentas Wayang Dongeng oleh Ki Deres Sugiyono dari Sanggar Panji Wulung, Wonogiri, Jawa Tengah.

Terpisah, dari Bumi Ruwa Jurai Lampung, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pringsewu akan merayakan Hari Wayang dengan taja performansi wayang kulit semalam suntuk tajuk Pandawa Bangun Praja, menampilkan dalang Ki Gondo Suharno asal Yogyakarta, di pendopo kabupaten, Kamis (7/11/2019) malam esok.

Laporan          : Muzzamil

Editor/Posting : Imam Ghazali

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here