Perjalananku ke Jawa Tengah yang Penuh Misteri

0
210

Kliksumatera.com, LAHAT- Sesuatu yang misteri biasa dialami siapa saja, begitu juga saya Novita umur 42 tahun. Asli orang Lahat Sumsel. Saat itu, sekitar 4 tahun lalu waktu saya masih berumur 38 tahun bersama keluarga mau Lebaran di kampung Kakak Ipar saya orang Juwana Pati yang bekerja sebagai Polisi di Lubuk Linggau.

Waktu itu kami berangkat mengendarai Avanza. Isi mobil tersebut saya sendiri, ayukku, kakak Ipar, dan kedua anak ayukku dan kedua anakku.

Berangkat dari Lahat pada tanggal 4 Juli 2016. Berangkat habis makan sahur sekitar pukul 03.30 Wib. Sampai di Tanjung Enim pukul 05.30 Wib. Berawal dari depan Kantor Pos Tanjung Enim sudah menunjukkan keanehan. Bermula ketemu cinta pertama saya waktu masa saya berumur 20 tahun silam dan beliau telah almarhum (8/7/2016). Dia tampak mengenakan baju putih agak pink topi pet mengendarai sepeda motor King berjalan terus. Saat saya lihat beliau sama sekali tidak menoleh ke saya yang anehnya seperti dekat dan hati saya begitu tenang dan merasa damai.

Mobil pun melaju hingga akhirnya kami sampai di Pelabuhan Bakauheni Lampung Selatan tepat pada pukul 19.30 Wib. Kami nyeberang lautan dengan naik Kapal Ferry. Di atas kapal itu kami bertemu dengan seorang pengusaha Kain Asal Brebes sebut saja namanya Pak Muain. Dia bercerita dan sambil guyon dengan kakak ipar saya.

“Mas Yanto ada no hp ngak nanti kita iringan ya selepas dari kapal ini,” ujar Pak Muain sambil mengeluarkan hpnya.

“Ini Mas no hpku, catetlah,” timpal kakak Ipar kepada Pak Muain.

Selang berapa lama kemudian kapal mulai mendarat di Pelabuhan Merak Provinsi Banten. Pak Muain berujar pengisi mobi Apv kami ni orang 14 dari Lampung mau ke Brebes. Kalau dilihat secara nalar mana mungkin mobil Apv muat untuk orang 14, namun kami seperti dihipnotis.

Mobil pun satu-persatu keluar dari kapal, kami pun saling telpon dan saling klakson bila tidak terlihat antara Banten-Jakarta, hingga akhirnya mobil kami pun sampai di Tol Cipali dan komunikasi dengan Pak Muain pun tetap berlangsung.

Sepanjang perjalanan di Tol Cipali terus merayap karena pemudik mau ke Jawa Tengah dan Jawa Timur hingga akhirnya sampailah kami di Gerbang Tol Cirebon pada tanggal 5 Juli 2016 pukul 09.00 Wib waktu setempat. Kami pun dihadang oleh seorang nenek tua yang meminta sumbangan, karena merasa takut kami diam dan tidak menggubris nenek tersebut.

Sekitar pukul 17.00 Wib, saya disuruh Ayukku membeli nasi ayam di sekitar Pantura Kota Tegal. Saya turun dan memesan nasi, usai nasi dibungkus sebanyak 4 bungkus seharga 100 ribu, lalu saya bingung mana mobil Avanza Ayukku yang tiada di tempat. Sekitar setengah jam kemudian meminta bantuan Posko untunglah ingat no Hpku akhirnya berkat bantuan petugas saya kumpul lagi dengan keluargaku.

Perjalanan pun berlanjut hingga sampai di Kabupaten Batang Provinsi Jawa Tengah. Tepatnya di Alas Roban sekitar pukul 20.00 Wib waktu setempat entah. Tiba-tiba mataku diserang ngantuk yang luar biasa. Setelah saya terbangun sekitar pukul 24.00 Wib atau tengah malam tepat jam 12 malam.

Kakak Iparku berkata: “Cik perasaan Mamas sudah 5 kali muter di Perhutani ngak tau kapan sampainya.” Lalu beliau bertanya kepada petugas yang mengatur lalu lintas. Perasaan saya ganteng dan masih muda semua sekitar umur 23-25 tahun yang terasa anehnya tanda lalu lintas jalan bukan di atas tapi sudah ditanah semua sekitar 40 centi meter tingginya. “Mas, kalau ke Semarang berapa lama dan jauh lagi,” tanya Kakak Ipar.

Lalu petugas menjawab pertanyaan kakak ipar “Pak ke Semarang masih 79 kmo lagi atau 1,5 jam bila tidak ada hambatan,” jawab Petugas.

Mobil pun melaju, namun kami tetap muter dan timbul di Perhutani Alas Roban lagi. Saya bingung apa salah kami, apa yang telah dilakukan. Oh iya, saya ingat Ayukku tadi kencing di bawah pohon mangga tanpa pamit di Brebes tadi.

Lalu saya inisiatif untuk berdoa sekencang mungkin dan mungkin sangat maksimal suara saya ingat doaku dengan memakai logat dan Aksen Lahat “Ya Allah ya Tuhan Kami, lindungilah perjalanan Kami dari Sumatera ke Jawa Tengah ini dengan niat baik, tulus, dan menjalin silaturahmi. Kalau ada salah kami mintak maaaaf, amiin Ya Allah. Allahuma Firli Waliwali daya warhamhuma kama robayani shoghiro, robana atina fitdunia hasana wakina azabanar, amiin. Itulah doa yang kami panjatkan waktu itu.

Selang berapa lama kemudian, seingat saya mobil melaju hanya 7 menit sudah sampai di Selamat Datang Terminal Mangkang Semarang. Sampai di situ kakak iparku merasa capek dan seperti mau pingsan. Mobil pun berhenti, saya lalu gandeng kakak ipar menuju Posko Reast Area. Salah satu petugas menghampiri kami. “Mbak kenapa Mamasnya,” tanya petugas.

Pak ini kakak iparku, istrinya ada di dalam, ketika saya tengok mobil seolah-olah saya melihat ada orang tua pakai sorban memegang mobil dari belakang seperti menjaga mobil itu. Seisi mobil pun akhirnya keluar untuk istirahat. Anak saya yang bungsu tiba-tiba seperti kesurupan seperti kakak iparku, lalu ditolong oleh petugas DLLAJ Semarang yang kebetulan orang pintar. Tiba-tiba saya merasakan perih di tekuk saya setelah dilihat seperti ada cakaran ada 5 garis merah. Saya bingung, mana mungkin menggandeng kakak ipar yang seperti kesurupan sempat mencakar tekuk.

Akhirnya kami pun istirahat. Waktu itu menunjukkan pukul 01.00 Wib. Dan kakak ipar setelah badan agak enak menghubungi adeknya di Juwana pukul 03.00 Wib. Tanggal 6 Juli sampai di Terminal Mangkang hingga kami pun bererak lagi menuju Desa Karang Kecamatan Juwana Kabupaten Pati. Tiba dengan selamat tanpa kurang satu apapun pukul 06.00 Wib waktu setempat dan gema takbir pun berkumandang.

Namun kami masih terkejut ketika mau menghubungi Pak Muain nomornya pun hilang secara misterius. Riwayat panggilan telepon masuk dan keluar pun tidak ada sama sekali. Tangis pecah ibu mertua Ayukku dan orang di rumah itu. “Alhamdulilah Le Kui selamat sekeluarga,” ucap Ibu Mertua Ayuku sambil mencucurkan air mata. Allahu Akbar Allahu Akbar …. setelah mengucapkan takbir Idul Fitri kami pun mandi dan Istirahat.

Tanggal 7 Juli kami bersilaturahmi dengan handai taulan di Jawa Tengah keluarga besar Iparku. Waktu menunjukkan pukul 19.00 Wib, suara burung berbunyi menyayat hati. Konon kepercayaan warga Lahat itu suatu pertanda ada yang kita kenal meninggal dunia, burung berbunyi hampir 2 jam lamanya, lalu saya berkata “saya sudah tau, kalu ninggal yo ninggal lah pegilah jauh” usai saya berkata demikian burung pun berlalu dan berhenti.

Esok harinya tanggal 8 Juli 2016 pukul 09.00 Wib, kami jalan-jalan ke Pantai Kartini di Kota Rembang. Saya merasakan kok kepala saya sakit terus hingga pukul 14.00 Wib. hingga akhirnya liburan di Pantai Kartini pun berjalan sesuai rencana. Kami pun pulang ke Desa Karang.

Pukul 20.00 Wib saya iseng-iseng buka Facebook, hampir tak percaya dan rasanya kepala saya sakit, cinta pertamaku wafat menghadap Ilahi. Saya hanya bisa mengucapkan Innalilahi Wainalila Hirojiun.

Lahat 15 September 2021
Novita

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here