Pernikahan yang Rentan Antara Industri dan Pendidikan

0
328

Oleh : Irohima

Mendikbud Nadiem Makariem tengah menggalakkan upaya kerja sama dunia industri dengan dunia pendidikan di tanah air yang dia ibaratkan seperti sebuah pernikahan. Melalui Direktorat Jenderal Pendidikan, Kemendikbud akan memulai gerakan “Pernikahan Massal” (Link And Match) atau penyelarasan antara pendidikan dengan dunia industri dan dunia kerja (DUDI).

Menurut Dirjen Pendidikan Vokasi, Wikan Sakarinto, PhD gerakan ini bertujuan untuk menghasilkan lulusan dengan kualitas dan kompetensi sesuai dengan kebutuhan dunia kerja dan industri. Wikan pun menambahkan bahwa ada sekitar 100 prodi vokasi di PTN dan PTS (Perguruan Tinggi Swasta) ditargetkan melakukan pernikahan massal pada tahun 2020 dengan puluhan bahkan ratusan industri. Wikan pun beharap bahwa Link and Match bukan sekedar Memorandum of Understanding (MoU) dan foto foto di media melainkan harus menjadi pernikahan yang erat dan mendalam hingga bisa menghasilkan keuntungan yang signifikan dan berkelanjutan bagi semua pihak.

Nadiem menilai strategi ini penting agar perguruan tinggi dan industri bisa terkoneksi untuk saling memperkuat satu sama lain. Kampus juga bisa menciptakan SDM yang dibutuhkan dunia kerja. Dalam hal ini pemerintah berperan sebagai pendukung, regulator, dan katalis. Namun pemerintah tidak dapat memaksa pihak kampus dan industri untuk saling bermitra lewat regulasi, melainkan dengan berbagai macam insentif untuk berinvestasi di bidang pendidikan. Pernikahan massal ini dilakukan hingga tahap kontrak rrekrutmen mahasiswa di perusahaan.

Visi Nadiem dalam upaya menciptakan SDM andal tak hanya menyasar perguruan tinggi namun juga SMK. Menurutnya tingkat pengangguran lulusan SMK cukup tinggi. Nadiem berharap agar ke depannya siswa SMK mendapatkan keuntungan bukan hanya pelatihan keahlian, melainkan juga sertifikat untuk melanjutkan ke jenjang berikutya, seperti D3 atau D4. Namun hal itu bisa terealisasi jika SMK bekerja sama dengan politeknik atau perguruan tinggi lain agar siswa SMK bsa menempuh jalur fast track untuk memperoleh gelar D3 atau D4. Tujuannya agar industri tak melihat sebelah mata pada lulusan SMK.

Terbatasnya peran pemerintah sebagai pendukung, regulator dan katalis menyiratkan abainya pemerintah akan tanggung jawab sebagai penjaga, pelaksana dan pengawal visi misi pendidikan yang harusnya bertujuan membangun kepribadian utuh manusia sebagai hamba Allah khalifah fil ardhi atau khalifah di bumi.

Visi misi pendidikan Menteri Nadiem Makarim yang terkesan hanya berorientasi pada kebutuhan industri, meski mendapat dukungan namun tak sedikit menuai kritik dan kekhawatiran sebagian orang murid. Para orang tua khawatir akan ada perubahan kurikulum secara masif demi menopang target besar menyiapkan angkatan kerja baru. Sejatinya visi yang dikemukakan Nadiem adalah visi yang terkait himbauan presiden agar perguruan tinggi aktif bekerja sama dengan industri, salah satunya dengan membuka fakultas, departemen atau program studi terkait dengan jenis industri.

Di tengah berbagai persoalan yang melilit dunia pendidikan kita. Berbagai program kebijakan pendidikan akhir akhir ini yang diterapkan membuat ketidakpastian tentang tujuan pendidikan semakin menguat. Pendidikan yang pada hakekatnya bertujuan untuk membina kepribadian, memajukan budi pekerti, pikiran dan jasmani telah banyak mengalami perubahan seiring perubahan kondisi saat ini. Pendidikan harusnya memiliki orientasi membangun peserta didik menjadi manusia seutuhnya bukan berorientasi pada materi yang mengabaikan nilai nilai pendidikan itu sendiri.

Dunia pendidikan kita sampai saat ini masih mengalami kondisi yang sangat memprihatinkan, di tengah kisruhnya pola pendidikan yang mengalami perubahan pasca pandemi ditambah dengan masalah zonasi yang menuai banyak kritisi, kita dihadapkan pada berbagai kebjakan sistem pendidikan yang selalu direduksi oleh sistem pendidikan yang berorientasi hanya pada materi. Meski dengan dalih menyesuaikan diri dengan perkembangan ekonomi dan teknologi namun tetap saja pendidikan saat ini tak lagi mampu memanusiakan manusia. Sistem pendidikan negeri ini yang menganut sistem pendidikan sekuler kapitalis meniscayakan kebijakan pendidikan yang mengarah pada kepentingan kaum kapitalis. Arah pendidikan pun berorientasi pada pencetakan tenaga kerja, walhasil output pendidikan pun tercipta hanya sebatas sebagai tenaga pekerja, sungguh sistem ini mengarahkan manusia hanya untuk berpikir pragmatis bukan berpikir kritis. Masyarakat pun terjebak dalam paradigma orientasi pendidikan yang hanya mengejar ijazah dan gelar demi status dan pekerjaan yang bagus. Hampir tidak ada lagi pengertian belajar atau upaya untuk membangun kompetensi diri dan memberikan kontribusi bagi masyarakat. Padahal negeri ini butuh generasi yang bisa membawa perubahan yang berarti untuk kemajuan negeri.

Pendidikan yang hanya berorientasi pada materi serta bertujuan pragmatis dan ekonomis adalah pengaruh dari konsep pendidikan barat yang sekuler. Dalam budaya barat, tingginya pendidikan seseorang tidak berkorespondensi dengan kebaikan dan kebahagiaan individu yang bersangkutan. Dampak dari pengaruh pendidikan barat yang bisa kita lihat sekarang adalah banyaknya orang yang mempunyai pendidikan yang tinggi namun miskin moral serta akhlaq. Pendidikan sekuler pun rentan menciptakan generasi yang hanya memikirkan duniawi tanpa perduli aturan Ilahi.

Dalam Islam, tujuan pendidikan lebih komprehensif dan integratif. Pendidikan dalam islam mempunyai tujuan utama yaitu menggapai ridha Allah SWT. Mengingat pendidikan merupakan salah satu hal yang penting dalam mencetak generasi penerus bangsa, maka Islam pun mempunyai konsep pendidikan yang memiliki tujuan, sasaran dan target yang jelas hingga mampu mencetak individu individu yang berkualitas, bermoral hingga bermanfaat bagi diri, keluarga, masyarakat dan negara. Landasan pendidikan yang jelas telah diatur melalui syariat Islam. Sebuah landasan yang akan melahirkan kebijakan pendidikan yang tak akan menyalahi arti dan tujuan pendidikan sesungguhnya, yang mampu membangun, memajukan dan meningkatkan martabat manusia.

Berbeda jauh dengan pendidikan ala sekuler yang lebih berorientasi pada materi yang memandang pendidikan sebagai alat atau mesin pencetak profesional dan tenaga ahli yang kemudian diberdayakan korporasi dalam industri, pendidikan dalam Islam sarat dengan pengembangan nalar, penataan prilaku dan emosi manusia dengan landasan agama serta orientasi pendidikan yang tak mengacu pada materi, telah terbukti mampu menghasilkan generasi tangguh yang kelak bisa memberi kontribusi bagi negeri dan membawa kita pada peradaban yang lebih tinggi.

Manusia manusia yang berkualitas dan tujuan hakiki pendidikan akan tercapai jika didukung oleh sistem yang mempunyai kebijakan pendidikan yang tidak direduksi sistem yang berorientasi materi dan juga intervensi korporasi. Negara pun harus mempunyai peran besar dan bertanggung jawab penuh akan pendidikan warga demi kelangsungan kehidupan bangsa. Tak pelak lagi, kita tak bisa menolak sistem pendidikan ala Islam, karena cuma pendidikan ala Islam lah yeng terbukti mampu mewujudkan itu semua. Karena dalam islam, negara lah yang paling berperan penting dalam pendidikan rakyatnya, tak hanya menjadi regulator, pendukung ataupun katalis tapi negara bertanggung jawab penuh akan seluruh hal yang berkaitan dengan pendidikan termasuk output pendidikan yang berkualitas serta tak akan membiarkan kebijakan pendidikan di reduksi oleh berbagai kepentingan luar yang akan menodai dan merusak generasi. ***

Wallahualam bis shawab.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here