Petaniku Malang, Tanah Surga Wadasku Menghilang

0
353

Oleh : Sutiani, A. Md (Aktivis Dakwah Muslimah)

Pemerintah melalui Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO) Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) sedang membangun Bendungan Bener di Desa Guntur, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.

Bendungan Bener yang menampung Sungai Bogowonto akan memiliki tinggi sekitar 160 meter dan diklaim sebagai bendungan tertinggi di Indonesia. Proyek Strategis Nasional (PSN) yang menelan biaya Rp. 2,06 triliun ini bisa menampung air sebanyak 90,39 juta meter kubik yang menggenangi lahan seluas 313 hektar di wilayah empat desa di Kabupaten Purworejo dan tiga desa di Kabupaten Wonosobo.

Dari 1.500 liter/detik suplai air baku untuk air bersih, porsi terbanyak atau 700 liter per detik akan dialirkan ke Kabupaten Kulon Progo. Sisanya, 300 liter, untuk Kabupaten Kebumen dan 500 liter untuk Kabupaten Purworejo. Dari 700 liter untuk Kulon Progo, 200 liter dikhususkan untuk Bandara Yogyakarta International Airport (YIA).

Pemerintah Provinsi Yogyakarta telah merencanakan pengembangan YIA menjadi kawasan “aetropolis” seluas 7.000 hektar yang akan menjadi kota masa depan pesisir selatan Jawa. (project.multatuli.org, 24/05/2021).

Namun sayangnya, di balik rencana ini, nasib petani terancam karena mereka sudah lama menggantungkan hidupnya dengan cara berkebun tepatnya di Kelurahan Wadas. Tanah yang kaya akan ragam jenis tanaman menghasilkan keuntungan demi melanjutkan kehidupan sehari-hari. Bak surga karena Desa Wadas adalah lokasi yang akan dibebaskan lahannya dan dijadikan lokasi pengambilan bahan material berupa batuan andesit untuk pembangunan Bendungan Bener.

Alhasil jelaslah bahwa sistem kapitalis-liberal semakin hari semakin terlihat bobroknya. Kebijakan demi kebijakan yang dibuat atas dasar kepentingan dan manfaat semata. Bendungan Bener termasuk pembangunan infrastruktur namun setiap keputusan yang diambil tidak memikirkan dampak akibat yang ditimbulkan, sehingga lagi-lagi petani menjadi korban.

Alam yang masih segar berbagai tanaman tumbuh kini disulap untuk diambil material berupa batuan andesit dan dijadikan bahan pembangunan Bendungan Bener sehingga meluncurkan dana yang tidak sedikit. Di tengah Covid-19 yang tak kunjung usai kini pemerintah sibuk pembangunan infrastruktur baik itu dari Bendungan Bener, pemindahan ibu kota negara dan sekarang kelangkaan minyak goreng serta kebijakan penundaan jaminan hari tua. Inilah faktanya yang begitu jelas, bahwa memang tidak ada kemaslahatan bagi rakyat namun malah menguntungkan segelintir pihak penguasa kapitalis dan liberal.

Jikalau atas dasar pembangunan, seharusnya penghidupan mereka tidak diusik sebagai mata pencarian mereka. Belum lagi para aparat datang untuk melakukan pengukuran tanah sehingga terjadi kekisruhan dan 66 rakyat Wadas ditangkap karena dianggap mengganggu proses pekerjaan aparat tersebut. Inilah sistem hari ini rakyat lemah tak berdaya penguasa bebas mengambil alih. Harus ke manakah rakyat mengadu? Rasanya jika mengadu pada penguasa hanya sia-sia saja. Semua penguasa kapitalis liberal sama-sama bergandengan tangan demi keuntungan pribadi.

Padahal dalam Islam, aturan yang diterapkan sangat memuliakan rakyat dan menerima pengaduan dengan legowo contohnya saja Umar yang meluruskan gubernur. Gubernur Mesir ingin membuat sebuah masjid namun harus menggeser rumah Yahudi, namun membelinya dengan harga yang fantastis hingga akhirnya kafir tersebut mengadu kepada Umar bin Khattab karena tidak ingin menjualnya kemudian mengirimkan tulang yang dituliskan oleh Khalifah dan Gubernur pun takut hingga membatalkan rencana tersebut.

Mengingat dalam sebuah Hadist Rasulullah bahwa “Kaum muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu padang rumput, air, dan api.” (HR Abu Dawud dan Ahmad).

Hadits tersebut menyatakan bahwa kaum muslim (manusia) berserikat dalam air, padang rumput, dan api, dan bahwa ketiganya tidak boleh dimiliki oleh individu. Seperti pemanfaatan air, padang rumput, api, jalan umum, laut, samudra dan sungai besar akan dikelola oleh negara dan hasilnya akan dikembalikan kepada rakyat untuk diberikan pelayanan dan fasilitas secara gratis.

Maka, sudah seharusnya kita mengharapkan dan sangat merindukan agar sistem Islam dapat diterapkan kembali karena dengan sistem tersebut Allah rida dan tentunya menyejahterakan rakyat karena takutnya seorang pemimpin yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah Swt. untuk itu, hannya Islam-lah solusi akar masalah hari ini. Wallahualam bissawab.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here