Rakyat Makin Merana Saat Olahraga Jadi yang Utama

0
66

Oleh : Ummu Aisyah

Lagi-lagi negara telah salah mengambil peran penting. Perhelatan event olah raga telah mengundang perhatian publik, pasalnya keberhasilan dalam event olah raga ini dianggap sebagai sarana yang dapat meningkatkan prestise negara di mata dunia, jadilah negara totalitas mempersiapkannya termasuk menyediakan dana yang fantastis.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan telah menggelontorkan Rp 852,2 miliar dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk kontingen Indonesia pada perhelatan SEA Games 2023.

Hal tersebut ia ungkapkan melalui akun Instagram resmi @smindrawati, Rabu (17/5). Bendahara negara menyebut APBN dikucurkan melalui DIP Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Kemenpora).

Lebih rinci, anggaran Rp852,2 miliar itu terdiri dari Rp522 miliar untuk pembinaan atlet-atlet sebelum berlaga di multi-event internasional, Rp55,2 miliar untuk bantuan pengiriman kontingen menuju Kamboja, dan Rp275 miliar untuk pemberian bonus bagi peraih medali (atlet/pelatih/asisten pelatih).(cnn Indonesia ,17/5/2023)

Ini adalah perhelatan yang keuntungannya hanya dinikmati oleh orang-orang tertentu saja, yaitu para atlet dan orang-orang yang terlibat di dalamnya, termasuk juga para korporasi yang tidak mungkin melewatkan berbagai momen yang bisa mendatangkan keuntungan bagi mereka. Mengatasnamakan “mengharumkan bangsa’, negeri ini justru semakin jauh terperangkap dalam tipu daya permainan para Kapitalis.

“Engkau tertawa dan aku menangis”, inilah gambaran kondisi yang dirasakan oleh rakyat negeri ini. Dimana para pemimpin negeri yang seharusnya memperhatikan dan mengayomi rakyatnya justru berleha-leha dan bertepuktangan menonton apa yang mereka anggap akan mengharumkan nama bangsa.

Sistem Demokrasi Kapitalisme telah mengukur segala aktivitas pengurusan terhadap rakyat dengan perhitungan untung rugi. Para pemimpin sudah kehilangan empati dan rasa sayang terhadap rakyatnya. Gambaran rakyat yang hidup dalam sistem Demokrasi bagaikan seorang anak yatim yang tinggal bersama ibu tirinya. Mengurusnya dianggap beban, memenuhi kebutuhannya dianggap merugikan. Sungguh ironi sebuah negeri dengan keadaan sumber daya alam melimpah, SDM pun berlimpah namun pengelolaannya diserahkan kepada asing.

Beginilah potret sistem Kapitalis yang menguasai negeri ini khususnya, dan negeri-negeri kaum muslimin pada umumnya. Kemiskinan, gizi buruk, narkoba, seks bebas, prostitusi, perdagangan manusia, dan berbagai perilaku buruk lainnya seakan menghantui perjalanan kehidupan kaum muslimin saat ini.

Islam Memosisikan Olahraga

K.H. Hafidz Abdurrahman menjelaskan bahwa kehidupan di bawah naungan Khilafah adalah kehidupan penuh ambisi dan cita-cita Islam yang agung dan mulia, yaitu menjunjung tinggi kalimah Allah dengan dakwah dan jihad. Hal ini guna mengemban dan menyebarkan risalah Islam ke seluruh dunia.
Oleh karenanya, ketika Nabi memerintahkan umat Islam belajar berenang, berkuda, dan memanah, tujuannya hanya dua, yaitu menjaga kebugaran tubuh agar tetap sehat dan melatih kekuatan fisik untuk persiapan berjihad di jalan Allah. Hanya itu, tidak yang lain.

Dasarnya adalah Firman Allah SWT “Siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang mampu kalian upayakan.” (QS Al-Anfal: 60).
Juga sabda Rasulullah, “Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah, daripada orang mukmin yang lemah.”
Dengan demikian, olahraga tidak diposisikan sebagai ajang untuk meraih popularitas di dunia internasional. Olahraga bukan untuk mendapatkan medali, harta, gengsi, prestise, atau alasan klise mengharumkan nama bangsa di mata dunia.

Sayangnya, hari ini, di dalam sistem sekuler kapitalisme, dunia olahraga diformat menjadi industri untuk mewujudkan ambisi materi, duniawi, dan popularitas. Jadilah ajang olahraga sebagai permainan yang melalaikan hingga umat terlena dan abai terhadap masalah krusial negara seperti kemiskinan, kurang gizi, dll.

Khilafah akan memosisikan olahraga sebagai cara mewujudkan kebugaran tubuh dan persiapan berjihad. Jenis olahraga yang dilakukan adalah yang terkait keduanya, misalnya berenang, berkuda, memanah, jalan kaki, lari, dan bela diri. Namun, olahraga tersebut dilakukan bukan untuk olahraga itu sendiri sehingga tidak untuk diperlombakan ataupun menjadi ajang pertunjukan, tontonan, dan bisnis.

Hal yang diprioritaskan dalam Khilafah adalah terkait pemenuhan kebutuhan dasar rakyat, yaitu sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, dan keamanan. Negara memfasilitasi rakyat untuk memenuhi semua itu dengan membuat lapangan kerja seluas-luasnya dan mewujudkan iklim usaha yang kondusif. Negara juga menyediakan fasilitas pendidikan, kesehatan, dan keamanan secara gratis dan berkualitas. Dengan demikian, rakyat akan sejahtera secara nyata.

Keberhasilan dalam event olah raga dianggap sebagai sarana yang dapat meningkatkan prestise negara di mata dunia, jadilah negara totalitas mempersiapkannya termasuk menyediakan dana yang fantastis .

Persoalan yang lebih penting, dan mendesak untuk diatasi karena terkait dengan nyawa manusia termasuk anak-anak, seperti kemiskinan ekstrem, stunting, atau infrastruktur pendidikan dan kesehatan justru kurang dianggap prioritas.

Islam memiliki ukuran prioritas yang tepat dan terbaik yang harus dijalankan oleh negara

Persoalan yang lebih penting, dan mendesak untuk diatasi karena terkait dengan nyawa manusia termasuk anak-anak, seperti kemiskinan ekstrem, stunting, atau infrastruktur pendidikan dan kesehatan justru kurang dianggap prioritas. Islam memiliki ukuran nprioritas yang tepat dan terbaik yang harus dijalankan oleh negara. ***

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here