Uyghur Menanti Pertolongan Sang Junnah

0
318

Oleh Diana Wijayanti, SP

DUNIA tiba-tiba geger, setelah The Wall Street Journal mengungkapkan rilis tentang Pemerintah China mulai menggelontorkan sejumlah bantuan dan donasi terhadap Ormas-Ormas Islam setelah isu Uyghur mencuat ke publik tahun 2018.
Ada 15 orang yang diduga dibiayai China untuk berkunjung ke Kamp Uyghur di China. Di antaranya dari ormas Islam seperti PBNU, Muhammadiyah, MUI, akademisi, dan sejumlah wartawan Indonesia. Tujuannya agar kritik keras terhadap pemerintahan China menurun.

Hal itu, papar WSJ terlihat dari perbedaan pendapat para tokoh senior NU dan Muhammadiyah soal persekusi muslim Uyghur, saat sebelum dan sesudah kunjungan ke Xinjiang, China.

Jika sebelum kunjungan mereka mengecam keras adanya kamp penahanan itu, setelah tur berubah bahwa kamp-kamp itu sangat bagus dan nyaman, jauh dari kesan penjara. Hal ini dirilis dalam majalah Muhammadiyah.

Selain tur, China juga menyalurkan sejumlah bantuan finansial dibungkus beasiswa dan bantuan pondok pesantren.

Saat itu, tahun 2018 isu Uyghur mencuat usai sejumlah organisasi HAM internasional merilis laporan yang menuding China telah menahan satu juta orang Uyghur di camp penahanan, layaknya camp konsentrasi di Xinjiang.

Sikap kecaman keras Ormas Islam terhadap China, disinyalir sebagai alasan China untuk membungkam kekritisan tersebut. Betul, setelah pulang dari China para undangan berbeda sikap tehadap China, mereka lebih melunak dan menyatakan bahwa China, berhak melakukan pendidikan kepada warganya di camp agar tidak muncul terorisme dan Radikalisme. Sebagian mereka pun menyatakan bahwa “kita tidak selayaknya mencampuri urusan dalam negeri negara lain”.

Sontak saja Ormas Islam sibuk mengklarifikasi laporan dari WSJ ini. Mereka menolak dituduh menerima suap dari China agar tidak bersuara lantang mengecam pemerintah China.

Ada apa dengan keluarnya laporan WSJ?
Memang aneh, kenapa tiba-tiba Journal rahasia itu dibongkar. Tentu ini ada kaitannya dengan kebijakan negara Amerika Serikat (AS) sebagai negara pertama atau adidaya di dunia. AS merestui pembongkaran skandal China karena AS tidak ingin kalah dengan Ekonomi China yang mencengkeramkan pengaruhnya di dunia, dengan membangun jalur Sutera sebagai poros ekonomi China dengan menggandeng negara-negara yang dilalui jalur sutera ini.

AS merasa dirugikan akibat kebijakan Ekonomi China yang semakin meluas dan membesar, maka isu sensitif Uyghur dimainkan, dengan meminjam tangan anggota PBB, kaum muslimin didunia dan Indonesia sebagai negara Muslim terbesar di dunia.

Donald Trump segera menemui aktivis Uygur yang berjuang atas nama HAM untuk membela penindasan yang dilakukan okeh China. Tekanan terhadap China akan terus dimainkan sampai China bertekuk lutut menghadapi AS dan membuat kesepakatan yang menguntungkan AS. Bila tidak, isu akan dibiarkan semakin meluas.

Memang seolah kaum muslimin dibela AS dalam masalah Uyghur. Padahal sejatinya tidak, AS akan terus memusuhi Islam sampai kapan pun, namun ketika ada ancaman dari China yang mengemban ideologi Sosialime-Komunisne, AS memainkan politik proxy terhadap negeri muslim. Sebagaimana saat mengeksekusi Uni Soviet dulu dengan mempersenjatai Afghanistan untuk menumpas Uni Soviet, dengan semangat jihad fi sabilillah. Al hasil AS tinggal menerima kemenangan tanpa susah payah.

Bagaimana Kaum Muslimin harus bersikap?
Sebagai seorang muslim, maka sudah menjadi kewajibannya menolong saudara muslim Uyghur yang disiksa dan ditindas secara brutal oleh Atheis China. Namun apa daya kaum muslimin tinggal di negeri-negeri muslim yang penguasanya antek penjajah, sehingga diam membisu mendengar dan melihat tumpahnya darah kaum muslimin.

Jangankan pengiriman tentara, sekedar mengecam tindakan biadab pun tak berbunyi, yang lebih menyakitkan lagi penguasa negeri muslim berpelukan mesra dengan sang penjagal muslim Uyghur. Padahal sikap tersebut diharamkan oleh Allah SWT.

Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّمَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ قَاتَلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَأَخْرَجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوا عَلَى إِخْرَاجِكُمْ أَنْ تَوَلَّوْهُمْ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
“Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barang siapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Mumtahanah: 9)

Meski, 22 negara di dunia telah mengecam tindakan bengis China, namun Indonesia tak kunjung komen. Salah seorang pemain sepakbola (Ozil) pun sempet menyindir sikap bisu Rezim ini, tapi apa boleh buat mulut telah tersumbat dengan hutang yang menggunung pada China, untuk mega Proyek Insfrastuktur yang sarat dengan keganjilan.

Kaum muslimin, tak boleh senang saat AS seolah berpihak kepada Islam, karena mereka hanya memperalat kaum muslimin untuk kepentingan nasional AS terhadap China bukan karena tulus ikhlas. Lihatlah kebengisan AS di Palestina, Suriah, Yaman dan lain-lain adalah bukti nyata siapa sebenarnya AS.

Saatnya umat hanya berharap kepada Islam. Islam sebagai Ideologi di dunia, satu-satunya kekuatan yang mampu membumi hanguskan kekuasaan Sosialisme-Komunisme China dan Sekulerisme-Kapitalisme AS. Karena Islam memiliki Junnah (perisai).

Perisai itu adalah negara yang sangat tunduk kepada Allah SWT yaitu menerapkan Syariah Islam secara Kaaffah dan mengemban dakwah ke seluruh penjuru dunia dengan tegaknya Khilafah Islamiyyah.

Nabi Muhammad Saw bersabda:
إِنَّمَا الْإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ
”Sesungguhnya al-Imam (Khalifah) itu perisai, di mana (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan) nya.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, dll).

Hanya dengan Junnah ini, saudara muslim Uyghur bisa dibebaskan, karena Khilafah tak pernah takut pada musuh.
Karakhter Junnah kaum Muslimin:
1. Junnah hanya taat kepada Allah SWT, tidak takut kepada musuh. Allah SWT mewajibkan kaum muslimin membalas musuh-musuh Allah yang mengusir dan menindas dengan balasan yang setimpal.

Allah SWT berfirman :
وَقَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ
Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas. (QS Al Baqarah: 190)

2. Junnah memiliki kedaulatan hakiki tidak bergantung pada musuh-musuh Allah SWT, semua kebutuhan Dalam Negeri kaum muslimin wajib dipenuhi oleh Negara tanpa bergantung pada negara lain, terutama yang memiliki nilai strategis seperti ketersediaan pangan, sandang, papan, teknologi berat dan kecanggihan senjata wajib dikuasai negara sebagai junnah. Sehingga bisa tegas kepada negara manapun yang telah memerangi kaum muslimin.

Allah SWT berfirman:
وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآخَرِينَ مِنْ دُونِهِمْ لَا تَعْلَمُونَهُمُ اللَّهُ يَعْلَمُهُمْ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تُظْلَمُونَ

Artinya : “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kalian sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kalian menggentarkan musuh Allah, musuh kalian, dan orang-orang selain mereka yang kalian tidak mengetahuinya; sedangkan Allah mengetahuinya. Apa saja yang kalian nafkahkan pada jalan Allah, niscaya akan dibalasi dengan cukup kepada kalian dan kalian tidak akan dianiaya”.

3. Negara dibangun dengan uang sendiri bukan hutang Riba yang merupakan bentuk penjajahan gaya baru. Sehingga tidak memberi celah sedikit pun bagi orang kafir untuk menguasai kaum muslimin.

وَلَنْ يَجْعَلَ اللَّهُ لِلْكَافِرِينَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ سَبِيلًا
Dan Allah sekali-kali tidak pernah memberi jalan bagi orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang beriman. (TQS An Nisaa 141)

Inilah Sang Junnah (Perisai) yang akan melindungi kaum muslimin diseluruh dunia dari bencana yang ditimpakan orang kafir. Sejak Khilafah Utsmaniah runtuh, nyawa kaum muslimin tertumpah tanpa pembela. Berbeda halnya ketika Sang Junnah itu ada.

Pelecehan seorang muslimah saja membuat Baginda Rasulullah SAW memerangi Bani Qoinuqa, bangsa Yahudi yang telah melanggar perjanjian.

Al Mu’tasim Billah juga mengerahkan pasukan yang besar untuk membebaskan seorang muslimah yang dilecehkan bangsa Romawi hingga Bangsa Amuria bisa ditaklukkan.

Begitulah kiprah Sang Junnah, betul-betul menjadi dambaan umat saat ini. Dunia sangat mendesak butuh Sang Junnah, yaitu Khilafah ala min hajinnubuwah. Wallahu a’lam bish showab….

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here