Oleh: Marsal (Pengjulu KUA Kecamatan Muara Enim)
Setiap perintah Allah SWT pasti membawa kebaikan dan kemanfaatan. Setiap larangan-Nya pasti membawa keburukan dan kemudaratan. Untuk memastikan hukum Allah SWT tegak, Islam memiliki perangkat berupa dakwah dan amar makruf nahi munkar (menyerukan kebaikan dan melarang kemunkaran) yang wajib dijalankan.
Pelaku kemunkaran atau kezaliman bisa siapa saja. Individu, kelompok atau penguasa. Kemunkaran individu, menurut Imam al-Ghazali dalam Ihyâ Ulûmiddîn, bermacam-macam dan berbagai tempat. Kemunkaran bisa terjadi di masjid, di pasar, di jalanan, dan sebagainya. Dalam konteks kekinian, tentu tempat kemungkaran itu semakin luas dan banyak. Bisa di tempat rekreasi, tempat hiburan, hotel, penginapan, salon, kafe, bioskop, kampus, dan sebagainya.
Kemunkaran juga bisa dilakukan secara berkelompok, misalnya kemunkaran segerombolan perampok. Contoh lain adalah kelompok sekular yang menyebarluaskan ide, program atau langkah yang menyalahi Islam. Mereka juga mengadopsi ide liberal yang menafsirkan Islam agar tunduk pada kaidah-kaidah ideologi kapitalisme-sekular.
Kemungkaran bisa juga dilakukan oleh penguasa. Bahkan dengan kadar yang jauh lebih besar dan lebih luas. Misalnya, saat penguasa menjadikan sekularisme sebagai dasar kehidupan bernegara. Mereka menolak syariah Islam. Mereka menjalankan sistem demokrasi dalam bidang politik dan sistem kapitalisme dalam bidang ekonomi. Mereka pun melakukan kriminalisasi kepada ulama dan organisasi Islam dengan cap radikal.
Keutamaan Amar Makruf Nahi Munkar
Amar makruf nahi munkar adalah kewajiban penting dalam Islam dan mengandung banyak keutamaan. Di antara keutamaannya, amar makruf nahi munkar merupakan ciri khas kaum Mukmin sekaligus menjadi ciri umat terbaik. Allah SWT berfirman yang artinya :
Orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka adalah penolong bagi sebagian yang lain. Mereka melakukan amar makruf nahi munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat serta mentaati Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah. Sungguh Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (TQS at-Taubah [9]: 71).
Inilah salah satu ciri khas kaum Mukmin. Berbeda dengan kaum Bani Israil terlaknat yang tidak melarang kemungkaran di antara mereka (QS al-Maaidah [3]: 79). Berbeda pula dengan kaum munafik yang malah melakukan amar munkar nahi makruf (QS at-Taubah [9]: 67).
Kemuliaan umat Muhammad SAW juga antara lain karena amar makruf nahi munkar yang mereka lakukan. Allah SWT berfirman yang artinya : ”Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia; melakukan amar makruf nahi munkar dan mengimani Allah (TQS Ali Imran [3]: 110).”
Berkaitan dengan ayat di atas, Imam Ahmad rahimahulLah meriwayatkan hadis dari Durrah binti Abu Lahab yang berkata: pernah ada seseorang berdiri menghadap Nabi SAW. Ketika itu beliau berada di mimbar. Orang itu berkata, “Ya Rasulullah, siapakah manusia terbaik? Beliau bersabda, “Manusia terbaik adalah yang paling hapal Al-Quran, paling bertakwa kepada Allah, paling giat melakukan amar makruf nahi munkar dan paling rajin bersilaturahmi di antara mereka.” (HR Ahmad).
Syaikh As-Sadi rahimahulLah menambahkan, “Allah memuji umat ini. Allah mengabarkan bahwa mereka adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia. Hal ini karena mereka menyempurnakan diri mereka dengan iman, yang mengharuskan mereka untuk terus berbuat baik”.