Boikot Total Produk Negara Penghina Nabi

0
190

Oleh: Angiia Widianingrum

Seruan boikot produk-produk Prancis menggema di sejumlah negara-negara Arab di Timur Tengah. Aksi ini sebagai reaksi atas penghinaan terhadap Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wassallam yang dilakukan majalah satire Charlie Hebdo dengan membuat karikatur sosok yang mulia itu. Juga perkataan Emmanuel Macron yang dinilai rasis dan memerangi Islam.
Di Indonesia, MUI juga mengeluarkan imbauan kepada umat Islam untuk memboikot segala produk asal Prancis. Selain seruan aksi boikot, MUI juga meminta Presiden Prancis Emmanuel Macron mencabut ucapannya dan meminta maaf kepada umat Islam sedunia.
Saat konferensi pers secara virtual dari istana Jakarta, Sabtu (31/10/2020) Presiden Jokowi juga mengecam keras pernyataan Emmanuel Macron yang telah melukai perasaan umat Islam di seluruh dunia. Jokowi menyebut pernyataan Macron dapat memecah belah persatuan antarumat beragama di dunia. Dan menyatakan keberatan atas pengaitan agama dengan tindakan terorisme.

Di Kuwait, jaringan supermarket swasta mengatakan bahwa lebih dari 50 gerainya berencana memboikot produk Prancis. Dan sejumlah toko grosir membuat tulisan pernyataan bahwa mereka tidak menjual produk asal Prancis.
Ucapan Macron juga dikritik oleh Presiden Turki, Recep Tayyib Erdogan. Ia menyebut bahwa kesehatan Macron perlu diperiksa serta menginisiasi ajakan boikot produk-produk Prancis.
Di sisi lain, dalam peluang bisnis Indonesia, pengamat ekonomi sekaligus dosen Perbanas Institute, Piter Abdullah memastikan gerakan boikot produk Prancis tidak berpengaruh banyak kepada Indonesia, baik dari segi investasi maupun ekspor-impor. Sebab, produk-produk Indonesia sendiri tidak banyak yang bisa menjadi substansi produk Prancis. Alasannya produk Indonesia belum dapat dijadikan pengganti barang-barang Prancis yang kerap digunakan sebagai gaya hidup.

Sebagai negara dengan pangsa ekspor mencapai lebih 30 % ke negara-negara muslim, ekspor Prancis ke negara-negara tersebut pasti akan mengalami penurunan. Mengacu pada data Observatory Economic Complexity 2018,total ekspor Prancis ke berbagai negara muslim mencapai USD 41.1 miliar setara dengan 7,29% dari total ekspor keseluruhan negara itu, yang mencapai lebih dari USD 530 miliar.
Para ekonom menilai dampak ekonomi yang akan ditimbulkan dari pemboikotan ini terbilang kecil dan hanya bersifat sementara saja. Andrew Kenningham, kepala ekonom Eropa di Capital Economics mengatakan bahwa ada banyak ekspor persenjataan dan beberapa merk mewah dimana Anda mungkin akan melihat beberapa dampak, tetapi persentase ekspor Prancis yang masuk ke negara-negara itu akan sangat kecil. Jadi jika Anda berfikir, apa dampaknya pada perekonomian secara keseluruhan, itu tidak akan terlalu besar sama sekali. Merk-merk mewah sampai batas tertentu masih dapat tertahan oleh pemulihan di China sebagai konsumen besar merk-merk mewah. Menurutnya akan jauh lebih penting daripada apa yang akan terjadi di Timur Tengah, bahkan jika terjadi boikot.

Sebagai seorang mukmin memang sudah seharusnya kita marah terhadap siapa saja yang menghina Islam dan manusia paling mulia Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam. Marah sebagai refleksi keimanan dan kecintaan kita terhadap Rasul Muhammad.
Marah yang saat ini hanya bisa diekspresikan dengan kecaman dan seruan pemboikotan. Rupanya aksi boikot ini sudah terjadi beberapa kali akibat dari aksi yang sama yang pernah dilakukan oleh negara Denmark pada tahun 2015 silam dan sekarang terulang lagi. Harus berapa kali lagi penghinaan yang akan mereka lakukan sementara umat islam saat ini tidak berdaya dan masih terpecah belah, baik oleh batas negara maupun pemikiran?

Memang sejatinya haq dan batil tidak akan pernah bersatu. Kafir barat yang mewakili kebatilan akan terus merongrong umat Islam dan ajarannya hingga akhir zaman. Sunatullah pergulatan peradaban akan terus berlangsung sampai hanya ada satu peradaban yang akan memimpin dunia.

Saat ini, barat dengan sekuler demokrasinya mendominasi peradaban. Menjejali pemikiran kaum muslimin dengan ide-ide kufur tentang HAM, kebebasan, demokrasi dan nasionalisme. Tanpa sadar, kaum muslimin dengan suka rela menerima bahkan menjadi agen propaganda barat ditengah umat. Padahal mereka hanya dijadikan alat bagi penjajah kafir barat agar umat islam tetap tunduk dibawah pengaruh aturan mereka. Lewat jalan aturan perundangan dan investasi, negeri-negeri muslim dirampok sumber daya alamnya. Dengan ide kebebasan ini pula mereka bebas menghina ajaran Islam dan Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasallam.
Seperti firman Allah
ولن ترض عنك آل يهود ولا ٱلنصرى حتى تتبع مالتهم
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan ridho kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka”

Seperti yang dikatakan pejabat Prancis, bahwa posisi yang dipertahankan oleh negaranya adalah mendukung kebebasan hati nurani, kebebasan berekspresi, kebebasan agama dan penolakan panggilan untuk kebencian.

Tapi hipokritnya, ketika kebebasan itu digunakan kaum muslimin untuk berbicara kebenaran, menentang kezoliman penguasa boneka yang tidak berhukum dengan hukum Allah, bahkan untuk menolong saudaranya yang tertindas, kebebasan itu tak berpihak. Para penyuara kebenaran akan di ancam, ditangkap, tak jarang diperlakukan dengan kekerasan dan kriminalisasi untuk membungkam suara rakyatnya jika tak sejalan dengan keinginan rezim.

Semestinya dengan kejadian ini dapat membuka cakrawala berfikir umat islam, bahwa tak cukup hanya dengan memboikot produknya namun juga pemikiran-pemikiran rusak Demokrasi, HAM, kebebasan dan Nasionalisme yang menjauhkan umat islam dari pemikiran islam dan ajarannya.

Ide Nasionalisme adalah agenda barat yang pernah mereka lakukan untuk mencabik persatuan kaum muslimin di bawah kekuasaan institusi khilafah yang terus merongrong Turki Utsmani. Mereka juga membagi-bagi wilayah bekas cakupan Daulah Islam bak harta ghonimah. Mereka menempatkan agen-agen mereka yang sejatinya para penguasa yang hanya menjalankan agenda barat.

Umat pun disibukkan dengan mengejar materi dan kepentingan pribadi, hingga aturan agama dicampakkan, tak peduli lagi dengan halal-haram. Umat Islam juga tak berdaya ketika saudara muslim di belahan dunia lain mengalami penindasan dan kezoliman. Kita pun tak berdaya ketika Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasallam dihina dan dilecehkan. Padahal islam telah melarang keras menista Rasulullah. Allah subhanahu Wa Ta’ala berfirman :

والذين يؤذون رسول الله لهم عذب

“Orang -orang yang menyakiti Rasulullah itu, bagi mereka azab yang pedih”.
(QS.at- Taubah :61)
Padahal bagi penghina Nabi, Qadhi Iyadh menegaskan tidak ada perbedaan di kalangan kaum muslimin tentang hukuman. Jika seorang muslim ia telah dinyatakan murtad dan dihukum mati (Imam Malik, Imam al-Laits, Imam Ahmad bin Hanbal, Imam Ishaq bin Rahawih dan Imam as-Syafi’i, dalam Qadhi Iyadh, As-Syifa bi Tarif Huquq al Musthafa, hal. 428).

Tak ada sosok seperti Sultan Sulaiman al-qanuni Qonuni yang membawa Ottoman di puncak kejayaan yang disegani Eropa yang juga membawa kemajuan Turki Utsmani sebagai pusat ilmu pengetahuan, politik, ekonomi dan militernya.
Tak ada sosok Khalifah Harun al- Rasyid sang Mu’tashim Billah yang akan segera mengutus puluhan ribu bala tentaranya tatkala ada seorang muslimah yang dilecehkan oleh kafir Romawi.

Sudah saatnya umat islam sadar akan pentingnya kekuasaan politik islam. Yang akan mengimplementasikan penerapan syari’at Islam yang dibimbing wahyu, meliputi keadilan dimuka bumi, melaksanakan seruan jihad fi sabilillah untuk menyebarkan Islam dan melanjutkan kehidupan islam ke penjuru dunia. Sudah saatnya umat islam bangun dari tidur panjangnya dengan buaian ide-ide barat kufur dan kembali pada identitas kaum muslimin yang mulia yang di puji Allah subhanahu wa Ta’ala sebagai pemimpin umat dengan tegaknya Khilafah Rasyidah yang kedua yang telah dijanjikan Allah subhanahu wa Ta’ala. ***
Wallahu a’lam Bisshowwab.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here