Oleh : Desi Anggraini, Pendidik Palembang
Seorang perempuan di Leuwiliang, Kabupaten Bogor ditemukan tewas dengan kondisi leher menggantung di sebuah tali. Korban berinisial W (21) tersebut tewas saat membuat konten candaan gantung diri di hadapan teman-temannya via video call. Agus mengatakan peristiwa tersebut terjadi ketika W sedang melakukan panggilan video dengan teman-temannya. Kepada teman-temannya, W sempat menyebut hendak membuat konten gantung diri, dengan kain melilit di leher.
Teman-teman W yang sedang video call pun langsung mendatangi kediaman korban di Cibeber 1, Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Namun setiba di lokasi, korban yang tinggal seorang diri ini sudah tidak bernyawa. Agus menyebutkan jenazah W sempat dibawa ke RSUD untuk divisum. Pihak dokter memastikan W tewas karena gantung diri dan tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan di tubuh korban, (CNN Indonesia, Jumat, 03/03/2023).
Tidak ada akibat tanpa sebab mengapa banyak konten “sampah” dan nirfaedah yang diproduksi di media sosial? Bahkan, hal itu dikomersialisasi agar mendatangkan materi. Kehidupan sekuler kapitalisme mengajarkan agar manusia hidup sesuai kehendaknya. Akidah sekularisme telah menggeser taraf berpikir manusia. Dari keterikatan terhadap aturan ilahiah menjadi ketundukan terhadap hawa nafsu yang diperturutkan atas nama kebebasan.
Ideologi kapitalisme telah mengalihkan tujuan hidup manusia yang semula untuk beribadah dan taat kepada aturan Allah Swt., menjadi serba materialistik. Tujuan hidup mencari kebahagiaan materi sebanyak-banyaknya tanpa peduli standar agama sebagai pedoman hidup yang sesungguhnya. Saat ini, pemikiran sekuler kapitalisme banyak menjangkiti generasi muda. Lahirlah budaya liberal dan gaya hidup hedonis yang hanya tahu hidup untuk bersenang-senang dan bahagia menurut definisi manusia.
Islam adalah agama sempurna yang mengatur seluruh aspek kehidupan. Islam sangat memahami bahwa generasi muda adalah aset peradaban yang wajib dibina dan dijaga. Oleh karenanya, Islam memberi perhatian khusus terhadap generasi muda, yaitu mendidik dan membina mereka menjadi generasi bertakwa, cerdas, mulia, dan berkepribadian Islam. Begini cara Islam membina generasi.
Pertama, menerapkan sistem pendidikan Islam yang akan menghasilkan anak didik berkperibadian Islam. Ditunjang pendidikan keluarga yang menanamkan akidah Islam kepada anak-anak mereka sejak usia dini. Dengan begitu, visi misi hidup yang tercipta dalam diri mereka sesuai fitrah penciptaannya, yaitu beribadah serta taat pada aturan Allah Taala.
Kita tentu ingat sosok Mush’ab bin Umair setelah tersentuh Islam. Ia mendedikasikan hidupnya hanya untuk Allah dan Rasul-Nya. Ia rela kehilangan segala kemewahan demi berislam secara kafah dan menjadi duta Islam pertama dalam sejarah umat Islam. Inilah sosok pemuda panutan yang akidahnya kuat, tutur katanya bernas, dan perannya sangat besar dalam memotori perubahan masyarakat.
Kedua, menyediakan fasilitas penunjang belajar yang mumpuni agar generasi mampu mengembangkan diri di berbagai disiplin ilmu. Islam melahirkan banyak tokoh berilmu yang tidak hanya cerdas dalam ilmu dunia, tetapi juga ilmu akhirat. Ada ilmuwan hafal Al-Qur’an, ada ulama sekaligus seorang ilmuwan. Artinya, tidak ada dikotomi antara ilmu agama dan dunia.
Ketiga, menyaring berbagai konten dan tayangan yang merusak pemikiran Islam. Dengan perkembangan teknologi yang canggih, kecerdasan dan keilmuan pemuda bisa digunakan untuk membuat konten dan tayangan yang edukatif, mengajak amar makruf nahi mungkar, bahkan membuat aplikasi yang memudahkan masyarakat mengenal dan memahami Islam lebih luas hingga mendunia.
Keempat, memberdayakan potensi pemuda yang energik dan fisik yang kuat dengan membentuk mereka menjadi mujahid yang siap bertempur di medan peperangan, yaitu berjihad di jalan Allah Taala.
Semua tahapan ini hanya bisa berjalan tatkala negara menerapkan Islam secara fundamental dan menyeluruh. Satu-satunya bentuk negara yang bisa merealisasikannya adalah sistem Khilafah.
Generasi muda Islam adalah generasi emas pemimpin masa depan. Mereka adalah generasi terbaik umat yang perlu disiapkan menyongsong peradaban dan kebangkitan Islam. Tanamkan akidah, sirami dengan tsaqafah, dan berdayakan untuk membela dan memperjuangkan Islam, sebagaimana perkataan sahabat Jundub bin Abdillah, “Kami bersama Nabi saat kami masih remaja. Kami belajar iman sebelum Al-Qur’an. Kemudian Ketika kami belajar Al-Qur’an, bertambahlah iman kami.” Wallahualam bissawab